PART 12

6.4K 496 42
                                    

Delam jongkok di pinggir jalan dengan tangan menopang dagu, acuh karena jalanan belum terlalu ramai, ini masih terlalu pagi untuk memulai rutinitas.
Bibirnya mendecak, untuk kesekian kali melihat ke ujung jalan. Seseorang yang ditunggunya belum juga menampakkan diri.

Delam mengecek handphone. "Muter Bogor dulu kali ya, lama bener otewe palsu," katanya berceloteh sendiri. Yang semula jongkok, kini jadi duduk bersila, pegel juga lama-lama. Dengan sebelah tangan masih menopang dagu, Delam merunduk sembari memainkan kerikil-kerikil kecil.

Brrrrmm ....

"Lama banget si ah, pagi-pagi muka gue udah tebel aja nih sama debu jalanan,"
omelnya begitu sebuah Ducati Panigale merah berhenti di hadapannya. Delam berdiri menepuk-nepuk bokongnya yang mungkin kotor.

"Lagian lo kepagian. Mau ngapain sih ke sekolah pagi-pagi?" tanya si pengendara motor.

"Lah, lo juga pagi-pagi."

"Ya, gue jelas ada urusan."

"Tau deh yang ketua OSIS."

Arsen memutar bola mata. "Buruan naek," titahnya sebal. Ngomong mulu
si Delam naek kagak.

-

"Sama-sama, Delam."

"MAKASIH!"

Delam berteriak tanpa menoleh ke belakang. Berjalan begitu saja setelah motor Arsen sampai di parkiran. :) Emang budiman sekali sepupunya yang satu itu.

Seperti biasa Delam duduk di kantin ditemani lontong sayur dan teh botol.
Menyantap sarapan sembari menonton film dengan earphone di telinga. Setelah selesai makan, Delam celingukan. Aman, tak ada yang dia kenal, dikeluarkannya plastik ziplock kecil dari dalam saku seragam, berisi beberapa pil yang sudah Delam siapkan dari rumah.

Mengeluarkan pil itu lalu meminum semuanya sekaligus, didorong dengan teh botol yang dia minum lewat sedotan.
Tak sulit, karena Delam punya pengalaman bagus dalam hal meminum obat-obatan.

Baru jam enam lewat sepuluh. Bosen juga ternyata berangkat terlalu pagi.
Biasanya Delam berangkat jam 6, dan itu udah termasuk kepagian.

Tidur di kelas aja kali, ya. Delam meraih tas ranselnya yang ada di atas meja. Menyampirkan di bahu kemudian berjalan keluar kantin. Menyusuri koridor yang mulai ramai, diramaikan anak-anak kelas 1. Delam bisa menebak dari warna dasi yang mereka pakai. Maklum kelas satu semester satu, berangkat masih pagi.

Jadi nostalgia ke satu tahun yang lalu.
Saat itu Delam masih awam dengan situasi sekolah formal, selalu berusaha memberikan kesan stay cool padahal dalam hati celingukan. Sampai-sampai kesan pertama dari teman-temannya kepada Delam tak terlalu bagus. Katanya Delam itu orangnya sok, belagu. Anak kelas 1 tapi jalannya udah songong, kepala mendongak dengan tampang sengak. Padahal tak tahu saja mereka, itu semua dilakukan untuk menutupi kekatroannya. Supaya Delam tak terkesan kayak anak aneh, celingukan tak jelas, jalan merunduk, anak seperti itu kan sering jadi sasaran bully. Ya maklum dulu Delam tahu sekolah cuma dari sinetron-sinetron yang memperlihatkan orang yang jalannya merunduk pasti kena bully.

"Lah, si Jenit tumben banget lo pagi."
Selesai flashback, Delam sampai di kelas.
Terlihat baru ada satu orang, si cewek yang duduk di barisan tengah.

Jenit yang semula fokus menonton sesuatu di handphonenya, mendongak melihat Delam. "Iya nih, gue ngikut abang gue, pagi banget, resek. Lam, sini dah."

Delam tak jadi berjalan menuju bangkunya, berbelok menghampiri Jenit,
Menarik kursi terdekat lalu duduk di samping cewek itu.

"Dengerin coveran gue enak apa kagak. Mau gue masukin YouTube." Jenit memakaikan satu earphonenya ke telinga Delam lalu menekan play pada sebuah video.

"Lah, melow biasanya juga lo dangdut," komentar Delam.

Delam 1999 (Selesai) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें