Chapter 7

1.2K 185 14
                                    

Buat panggilan readers, diganti [Name] aja ya, kalo (Namamu) kaya terlalu gimana gitu.
.
.
.
.
.
.
.
Author POV

Mereka semua sudah selesai makan, mereka pun melanjutkan perjalanan.

"Huwahh, makanan buatan Sanji-kun memang tidak ada yang bisa menandingi. Aku kenyaaang" ucap [Name]

[Name] berjalan ke arah depan kapal lalu mencoba naik ke atas kepala merry. Saat sudah berhasil naik, dia kemudian duduk diatasnya, dia sangat terkagum-kagum.

"Jadi ini yang Luffy lihat saat duduk di atas kepala merry? Padahal yang kulihat hanya hamparan laut yang luas dan tenang, tapi sangat indah sekali"

[Name] turun dari kepala merry, lalu berlari ke kamar untuk beristirahat. Saat sudah di kamar, dia berbaring di lantai karena kasurnya sudah dipakai Nami dan Vivi.

"Bagaimana hidupmu disini?" tanya seseorang tiba tiba.

"HIYA!! Siapa itu?! Bagaimana bisa suaramu ada dikepalaku?!" [Name] terlonjak kaget.

[Name] langsung menatap Nami dan Vivi, memastikan mereka tidak terbangun karena teriakannya.

"Hahaha, lama tidak mendengar suaraku, apa kau sudah melupakanku? tidak merindukanku?" tanya orang itu.

"Eh? Suara ini? Josh? Astagaaa, kemana saja kau beberapa tahun ini? Aku merindukanmu tauu!" ucapku dalam hati.

"Hey, aku ini juga sibuk. Kau pikir dewa itu pekerjaannya sedikit?" ucap Josh.

"Hehe, maaf maaf. Aku terlalu senang bisa mendengar suaramu lagi"

"Jadi? Bagaimana kehidupanmu disini?" tanyanya lagi.

"Hum, lebih baik daripada di dunia asalku. Aku tidak perlu dipukuli ayah lagi, tidak perlu disuruh suruh ibu lagi, tidak perlu dibully teman lagi. Disini aku dapat teman yang sangat perhatian padaku, setidaknya aku lebih bahagia ada di dunia ini" [Name] tersenyum lirih, mengingat kehidupan lamanya yang bahkan tak pantas disebut kehidupan seorang manusia.

Dia selalu dipukuli ayahnya yang pemabuk, diperbudak dan dipukuli juga oleh ibunya yang pecandu obat obatan, meskipun punya kakak, kakaknya tidak pernah mau mengakuinya sebagai adik, memalukan katanya. Bahkan disekolah pun dia dibully dan banyak rumor jelek tentangnya. Di kehidupannya dulu, wajahnya memang tak secantik yang sekarang, dia selalu diejek babi, kulit hitam, kutu buku, bahkan tidak sedikit orang yang memanggilnya jalang atau pelacur. Padahal dia hanya pernah sekali mengajak ngobrol ketua kelas yang merangkap jadi ketua osis yang merupakan pangeran sekolah untuk membahas tentang tugas kelas dan kegiatan seputar osis. Kenapa teman teman sekolahnya itu sangat posesif dan sensitif sekali? [Name] hanya bisa tenang saat ada di kamarnya, meskipun saat tidur dia tetap bermimpi buruk.

Sebenarnya [Name] malah berterima kasih kepada perampok yang membunuhnya itu, dia sudah tidak merasakan neraka lagi. Hidupnya sekarang lebih baik dengan para kru topi jerami di sisinya. Untuk pertama kalinya, dia merasa aman.

Belum selesai berbicara dengan Josh, [Name] malah ketiduran karena terlalu lelah.

Esok paginya

"[Name] bangun, kenapa kau tidur di lantai?" tanya Nami.

[Name] bangun lalu duduk.
"Di kasur sudah ada kalian berdua, tidur kalian terlihat sangat nyenyak. Aku tidak tega membangunkan kalian hanya untuk menyuruh kalian bergeser"

"Astaga maafkan aku, padahal aku yang tamu disini. Tapi malah membuat [Name]-san tidur di lantai, maafkan aku!" ucap Vivi sambil ber ojigi.

"Iie iie, daijobu Vivi-chan. Lagipula kau memang butuh istirahat yang cukup dan tempat yang nyaman. Kau sudah berusaha keras untuk negaramu, kan?" ucap [Name] sambil tersenyum.

One Piece x Readersजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें