25• Di dekatmu ☪︎

Mulai dari awal
                                    

Cowok itu mengusap wajahnya gusar, mengapa gadis itu bisa terkunci di dalam gudang dengan keadaan memprihatinkan. Ditambah luka memar keunguan di pipi Naura, membuat Galeen semakin khawatir terhadap gadis itu.

"Siapa yang buat lo gini? Ngomong ya? Biar gue hajar orang itu! Bisa-bisanya ngelukain princessnya Galeen," monolog Galeen sembari terkekeh diakhir perkataannya.

Perlahan namun pasti, Naura membuka matanya sambil mengerjapーmenyesuaikan sorotan lampu dari UKS masuk ke matanya.

"Na? Udah bangun?" Segera Galeen memberikan minum dan membantunya duduk.

Naura menampilkan senyum tipisnya dan menerima air putih yang Galeen sodorkan dengan senang hati.

"Makasih," katanya lirih setelah ia minum lalu dibantu Galeen untuk tidur kembali.

Galeen tersenyum senang, tangannya mengelus lembut rambut Naura dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya. "Kalo ada masalah, bilang ya? Jangan dipendem sendiri, sakit Na ...." Naura terdiam sejenak, matanya langsung membelalak ketika menyadari dirinya 'tak memakai masker.

"Masker Naura mana?" tanya Naura panik. Ia meringis pelan saat pipinya yang memar akibat tamparan yang Ayahnya berikan kemarin masih membekas.

Galeen memberikan masker yang ada di nakas dan memberikannya pada Naura. "Nih, nggak sesek emang?" tanya Galeen.

Naura 'tak menjawab pertanyaan Galeen, ia bergegas memakai masker sebelum Galeen melihat semuanya.

"Percuma, gue udah liat luka memar lo," kata Galeen seperti ia tahu apa yang Naura cemaskan.

Naura duduk di ranjang dengan punggung ia sandarkan. Merasa perih akibat cambukan sabuk mematikan dari Ayahnya, Naura menempatkan bantal di belakang punggungnya lalu menatap kosong ke arah depan.

"Gue nggak tahu harus gimana lagi," kata Naura mengundang atensi Galeen. Gadis itu menatap miris selang infus yang tertancap di tangannya dan tersenyun samar.

"Gue merasa nggak pantes buat siapa-siapa, gue nggak pantes dicintai, gue ... g-gue pengen nyerah." Segala rasa kini ia curahkan pada Galeen yang sedang terdiam, Naura merasakan usapan lembut di tangannya, gadis itu menoleh, ia menatap Galeen sendu, seakan memperlihatkan luka batin serta tekanan yang ia alami.

Di balik masker medis yang ia pakai, Naura menggigit bibirnya mati-matianーagar isak tangis dan buliran bening di mata cokelatnya.

Ingin rasanya ia tertidur dan 'tak bangun lagi. Ia ingin sehari saja 'tak merasakan beban yang ia tanggung sendiri. Namun apa daya, ia harus hidup demi Bundanya. Bunda yang kini telah berada di sisi Tuhan selalu menyemangati dirinya meski lewat mimpi saja.

"Gue tahu apa yang lo rasain sekarang, kalau pengen cerita, cerita aja ke gue, kalau lo pengen meluk seseorang, dada dan bahu gue selalu siap buat nampung kesedihan lo. Jangan merasa sendiri lagi ya? Ada gue, temen-temen lo, dan Tuhan yang nggak akan ninggalin lo." Ucapan tulus itu keluar dari mulut Galeen, ia benar-benar peduli pada gadis dihadapannya.

Ia berjanji, tidak akan membuat Naura lebih sengsara lagi, ia ingin dirinya menjadi alasan Naura tersenyum, ia ingin Naura tertawa bahagia tanpa beban karenanya.

"Gue, Galeen! Gue akan selalu sedia buat lo, Naura! Gue nggak akan buat lo nangis, gue jamin, lo nggak akan sendiri lagi. Sekarang ada gue, yang selalu ada buat lo, yang bakal maju paling pertama kalau ada yang buat lo nangis. Ingat itu!" tegas Galeen membuat Naura terkekeh. Dirinya merasakan aura semangat lagi saat Galeen mengatakan hal demikian, ia merasa bahwa dirinya 'tak lagi kesepian, 'tak lagi takut menghadapi masalan serta cobaan yang Tuhan berikan padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang