Sagara-28

738 139 26
                                    

◇◇◇

Seperti janji Saga pada teman-teman satu kelasnya, bahwa dia akan membawa mereka bermain ke rumah Dewa untuk memasak nasi liwet dan menu lainnya. Akhir pekan inilah Saga baru bisa melaksanakan niat tersebut. Ia baru saja selesai mengerjakan semua laporan yang ditugaskan Kamal kepadanya beberapa hari lalu.

Rumah yang biasanya sepi, kini terdengar begitu berisik. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Entah itu di ruang televisi, taman belakang yang terdapat kolam renangnya, atau lapangam kecil tempat Dewa bermain basket sendirian ketika bosan.  Kalau dapur, jangan di tanya lagi, para cewek-cewek yang berbeda karakter itu bergabung menjadi satu untuk menyiapkan semua menu masakan yang sudah Mereka list sebelumnya. Seketika, suasananya terasa semakin hangat berkat acara ini. Mereka yang biasanya saling cuek, kini justru membaur menjadi satu. Tali pertemanan mereka terasa jadi semakin erat.

Lain dengan yang lain, Saga justru tengah menyendiri di sebuah gazebo yang tak jauh dari kolam renang. Saga tampak sibuk dengan kanvas dan cat air. Wajahnya datar sekali dengan tatapan hanya terfokus pada satu titik—kanvas.

"Dewa bantuin Saga atuh kamu teh! Malah main game, itu kan kerja kelompok kita berempat," tegur Nadine dengan wajah kesalnya. Ia baru saja selesai memotong kangkung untuk ditumis.

"Apaan ah, ganggu aja lo," sahut Dewa tanpa mengalihkan fokus dari layar. Saat ini, dia sedang bermain PS dengan Mahesa. Di sana ada sekitar enam orang, termasuk Dewa dan Mahesa. Empat orang lainnya tentu saja jadi supporter keduanya, yang masing-masing kebagian 2 orang supporter.

Melihat itu, Nadine mendengkus sebal. Ia pun kembali ke dapur setelah sebelumnya sempat melirik Saga melalui kaca jendela.

"Udahlah Na, mending beresin dulu ini aja. Lagian kan salah pacar kamu juga, masa disuruh bakar ikan aja enggak mau." Ini Nova yang akhirnya bersuara.

Jadi sebelum semua ini terjadi, mereka sudah menyusun tugas secara merata dengan cara diundi. Sialnya, Saga malah kebagian membakar ikan bersama dua orang lainnya. Namun karena Saga tidak suka bau ikan, jadilah ia mendapat hukuman. Yakni mengerjakan tugas kelompoknya seorang diri, dan yang lain pun menyetujuinya.

"Iya juga sih. Padahal kan ikan bakar tuh enak. Emmh, aku samperin Saga dulu tapi ya," sahutnya sambil berlari kecil ke luar.

"Heh manusia bucin, hendak pergi ke mana kau!!" teriak Igo si anak Medan dengan logatnya yang khas. Saat ini ia sedang membakar ikan bersama Bian.

"Kepo ah maneh mah," ujar Nadine seraya bergegas menghampiri Saga.

"Mau ngasih minum pacarnya kali Go, kayak yang enggak tahu orang baru jadian aja," timpal Bian sambil mengipasi arang. Igo hanya terkekeh kecil mendengar hal itu.

***

"Serius amat Pak? Pacarnya dateng aja enggak disapa tuh," katanya dengan wajah malas.

"Kan aku lagi belajar buat seriusin kamu Na," jawab Saga dengan tatapan lembutnya untuk Nadine. Hal itu jelas membuat pipi Nadine bersemu kemerahan. Ia melotot pada Saga yang masih fokus membubuhkan cat pada kanvas dengan kuasnya.

"Kamu jangan bikin aku meleyot terus dong Sagara. Enggak kasihan apa sama jantung aku?"

Dengan jahilnya Saga menggelengkan kepala, membuat Nadine sebal tapi juga salah tingkah dalam waktu bersamaan.

"Saga ih! Tahu enggak, ini aku belom cuci tangan. Padahal baru beres bershinin ikan, mau cium bau ikan?" bohongnya dengan nada dan juga tatapan jahilnya.

Saga nampak panik. Bau ikan adalah musuh terbesar dalam hidupnya. Dengan sigap ia pun menghindari gadis itu yang terus saja mendekat ke arahnya.

"N-na, jangan dong. Nanti aku marah."

Sagara [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang