Sagara-2

1.4K 157 18
                                    

◇◇◇

Nadine dan Saga memang satu kelas, tetapi interaksi mereka adalah yang terminim di antara yang lainnya. Namun sepertinya, semesta takkan membiarkan itu terjadi sampai berlarut-larut. Buktinya, kali ini semesta benar-benar memberikan kesempatan di mana mereka bisa mengobrol bersama, hanya berdua saja.

Sama-sama berteduh di depan Indomaret karena terjebak hujan sehabis pulang sekolah. Sungguh, semesta tahu saja moment manus seperti ini. Saga yang melihat Nadine yang sudah lebih dulu berteduh pun hanya bisa tersenyum seraya mengucap syukur sebanyak-banyaknya. Akhirnya mereka punya moment berdua, pikirnya.

"Eh, Nadine. Neduh juga?" sapa Saga yang baru tiba dengan pakaiannya yang setengah basah.

Nadine merasa canggung, ini pertama kalinya mereka berbicara hanya berdua seperti ini.

"Nggak bawa jas ujan?" tanya Saga lagi sambil menyampirkan hoodie yang sedikit kebasahan tadi, di lengannya.

"Eng-gak, aku kira teh nggak bakalan ujan." Nadine tersenyum tipis, matanya berpencar mencari sebuah ketenangan akibat jantungnya yang mulai berdetak tak normal. Namun tetap saja, pandangan itu akhirnya kembali pada sosok lelaki tersebut.

Saga nampak tersenyum dengan sangat memesona hingga Nadine lupa bagaimana caranya berkedip. Saga adalah lelaki yang tak banyak bicara, rajin belajar dan tidak banyak tingkah. Anggota OSIS andal yang cukup di segani. Padahal ia tidak pernah terlihat marah, tetapi karena kepribadiannya yang cuek, dingin, tetapi baik, membuat orang-orang merasa canggung terhadapnya. Saga suka menolong dan tak pernah memandang siapapun orang yang ditolongnya, entah berandal atau bukan Saga tetap pada niatnya. Karena itulah anak-anak nakal sekalipun terkadang akan menurut jika Saga yang kebetulan menegur.

Sore itu hanya suara hujan deras yang memenuhi pendengaran kedua anak manusia beda jenis tersebut. Tak ada niatan untuk kembali membuka obrolan. Rasanya percuma saja mengobrol dengan diiringi gemuruh hujan, yang ada mereka akan lelah karena saling berteriak satu sama lain hanya agar suara mereka terdengar jelas oleh si lawan bicara. Terlebih akan sangat memalukan sebab bukan hanya mereka saja yang sedang berteduh di sana.

Sebenarnya Nadine merasa tak nyaman, entah mengapa berada di dekat Saga suasananya jadi sangat mencekam. Antara malu dan tidak percaya diri tentunya. Yang bisa ia lakukan kini hanya mengedarkan pandangan dengan harapan agar hujan bisa dengan cepat berhenti.

Karena suhu udara yang semakin rendah, Nadine pun berinisiatif menggosok kedua belah tangannya untuk mencari kehangatan. Hal itu pun tak luput dari pandangan Saga. Lelaki yang terlampau peka itu akhirnya memasuki Indomaret dan membeli dua cup coklat panas.

"Na, diminum nih biar nggak kedinginan." Saga memberikan satu cup untuk gadis itu.

Nadine terpaku, ia sedikit gugup apalagi Saga menatapnya dengan jarak yang lebih dekat. Ia tersenyum canggung seraya menerimanya.

"Makasih Ga,"

"Sama-sama. Ngomong-ngomong, kamu lucu juga ya, kalo lagi salting begitu."

Nadine melototkan matanya, merasa apa yang Saga katakan itu berlebihan. "Siapa yang salting? Enak aja, enggak kok. Biasa aja tuh," katanya berusaha menyangkalnya. Meski sebetulnya apa yang Saga katakan adalah benar. Ya, lagi pula gadis mana yang tidak akan salah tingkah saat seorang lelaki setampan Saga memperlakukannya dengan sangat manis? Nadine kira hanya gadis bodoh saja yang tahan akan pesona Saga.

"Ya udah sih, aku cuma mau nagsih tahu aja kalo coklatnya ketinggalan di sudut bibir kamu. Kita nggak lagi ngonten, jangan dibikin seolah ini iklan. Kita nggak lagi endorse minumannya."

Sagara [Revisi]Where stories live. Discover now