00. Prolog

123 29 62
                                    

"Jika kamu berpikiran buruk, maka apa yang dipikirkan akan menjadi kenyataan. Jadi, berusaha lah untuk berpikiran baik."

'Na dan Kayvan

Udara malam sangat menyejukkan, semilir angin menerpa rambutku dengan lembut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Udara malam sangat menyejukkan, semilir angin menerpa rambutku dengan lembut. Langit malam juga terlihat indah karena hadirnya bulan purnama dan kemerlap bintang. Langit tampak bahagia, berbanding terbalik denganku yang merasa di dalam rasa ketakutan.

Aku berdiri di depan ruangan yang disuruh oleh orang yang mengirimkan sebuah pesan tadi sore. Jika aku tidak datang, maka sesuatu terjadi pada kedua temanku.

Dengan perasaan ragu dan tangan yang bergemetaran, aku mengetuk pintu sambil memejamkan mata. Takut. Ya, aku takut dengan perkataan orang itu kedepannya.

"Buka saja." Suara bariton itu berasal dari dalam ruangan.

Dengan perlahan, aku membuka knop pintu dan mengucapkan permisi. Walaupun aku sangat mengenali mereka, tapi aku takut akan tatapan tidak suka seorang wanita yang duduk di samping pria yang mengirimi aku pesan. Tatapannya itu menunjukkan rasa tak suka padaku.

"Maaf aku telat, Bunda, Om," ujarku sambil sedikit membungkukkan badan.

"Tidak apa-apa, Na."

Aku tersenyum tipis lalu duduk di depan kedua orang tua dari kedua temanku itu. Gugup dan cemas. Terlebih aku mengingat jelas isi pesan tersebut.

"Langsung saja, ya, Nak Nasya. Apa kalian bertiga mau berliburan ke desa tempat Paman Dev?" tanya Om Andra kepadaku. Aku melihat Om Andra dan Bunda Nava secara bergantian. Aku pun menganggukkan kepala, bahwa memang iya, aku dan Kayvan bersaudara akan berliburan ke desa dan itu saran dariku.

Percakapan kami mulai masuk ke dalam tahap serius. Aku hanya sesekali berbicara dan mengangguk. Selebihnya Om Andra dan Bunda Nava yang berbicara, mengambil alih percakapan. Hingga, pada suatu topik yang tidak ingin aku jumpai, datanglah sudah.

Om Andra dan Bunda Nava memberiku sebuah amanat yang harus aku lakukan. Kurasa amanat itu tak sesulit yang kubayangkan, tapi setelah Bunda Nava memberikan perkataan sinis, aku menjadi tak percaya diri kalau aku bisa melaksanakan amanat mereka berdua.

"Om yakin kamu bisa memilih, Nak. Waktumu tidak sebentar, masih ada beberapa bulan lagi." Om Andra berdiri dari duduknya dan menghampiriku untuk mengelus kepalaku.

"Tapi, Om, aku ragu kalau Van nggak kuat beberapa bulan lagi." Aku memberanikan diri untuk jujur bahwa masih ada keraguan di dalam diriku setelah menerima sebuah amanat dari mereka.

"Kamu nggak percaya anak saya itu kuat?" bentak Bunda Nava membuatku terdiam sembari menunduk ke bawah.

"Tenang, Nava. Hanya Nasya yang bisa bantu kita selain Kay. Mereka berdua pasti bisa membuat Van bahagia. Jadi, kamu tidak boleh kasar begitu ke Nasya. Kita butuh bantuan dia," ujar Om Andra yang bisa didengar olehku.

Tidak ingin memperumit lagi, aku akhirnya membuka suara untuk menerima permintaan Om Andra dan Bunda Nava.

Bunda Nava hanya diam dan menatapku tidak suka. Aku sedikit memaklumi kenapa Bunda Nava seperti itu, biasanya beliau sangat ramah ke semua orang, termasuk aku.

Sudahlah, aku tidak mau memikirkan yang tidak penting seperti itu. Yang harus aku pikirkan adalah bagaimana aku bisa melaksanakan amanat Om Andra dan Bunda Nava?

Aku berjalan keluar dari bangunan itu tanpa semangat apa pun. Kurasa, saat ini tidak perlu terlalu memikirkan hal itu, sebaiknya aku mampir sebentar ke rumah Kayvan bersaudara untuk melepas penat dan rasa gelisah. Kay dan Van adalah anak Om Andra dan Bunda Nava, aku sangat dekat dengan mereka berdua. Makanya, aku memberi nama istimewa untuk mereka, yaitu Kayvan bersaudara.

Sifat Kay yang heboh, dan Van yang kalem bisa membuatku merasa tenang. Ya, mungkin saja bisa. Aku bergegas memanggil taksi untuk ke rumah Kayvan.

Semoga liburan akhir semester ini akan membawa kebahagiaan padaku dan Kayvan bersaudara. Sehingga aku tidak akan pernah berpisah dengan mereka berdua yang telah menjadi sebagian hidupku.

 Sehingga aku tidak akan pernah berpisah dengan mereka berdua yang telah menjadi sebagian hidupku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vdarkdry, I comeback.

Hai semuanya, ini cerita yang sebenarnya udah berdebu lalu dibangkitkan lagi dengan alur dipertengahan berubah jalur. Bagi yang pernah baca mohon baca ulang dan yang baru baca selamat membaca, yaa

Fall ApartWhere stories live. Discover now