Part 12

653 85 25
                                    

"sayang kok kamu tadi pegang-pegang dia sih! Kan aku cemburu!" Ucap seorang laki-laki sambil memeluk laki-laki yang sedang tertawa di dekapannya.

"Ihhhh kok ketawa." Rengek laki-laki yang memeluk pinggang cowok yang tertawa tadi.

"Hahaha, kamu ini, cuma sama temen kok cemburu sih, lucu deh kalau ngerengek haha." Ucap laki-laki yang sedang dipeluk sambil mengelus lembut kepala laki-laki yang sedang menelusupkan kepalanya ke ceruk leher putih miliknya.

"Tapi kan aku cemburu, jangan gitu lagi pokoknya!" Ucap laki-laki yang memeluk cowok didepannya sambil mencium pipi laki-laki itu.

"Iya-iya nggak gitu lagi, udah ya nanti ketahuan orang, disekolah loh ini." Ucap laki-laki yang dicium pipinya tadi sambil mengelus lembut kepala cowok yang bersender di bahunya.

•••

Kringgg....kringgg.... kringgg

Bel telah berbunyi Bu Tini masuk bersama tiga murid baru perempuan.

"Selamat pagi anak-anak." Ucap Bu Tini, lalu duduk di kursinya.

"Pagi Bu." Jawab semua murid lalu memutar bola mata malas karena kelakuan Bu Tini yang tidak patut dicontoh.

"Ibu nggak suka basa-basi jadi langsung kenalkan diri kalian!" Ucap Bu Tini tegas pada ketiga murid baru itu.

"Kenalin nama gue Nabila Andira Wijayanti, yang paling cantik diantara kita bertiga."

"Kalau gue Sabrina Pratiwi Wijayanto, yang paling pinter diantara kita bertiga."

"Kalau aku Nadia Vega Wijaya, kita pindahan dari Bandung. Salam kenal semua."

Dari antara mereka bertiga hanya Nadia lah yang paling kalem, dan kenapa nama belakang mereka hampir sama? Karena orang tua mereka yang bersaudara.

"Silahkan duduk ditempat yang masih kosong, saya mau keluar dulu ada rapat, dan kerjakan tugas matematika dari saya, halaman dua puluh sampai dua puluh lima." Ucap Bu Tini lalu pergi begitu saja.

"Dasar orang nggak punya otak, lo pikir gue robot apa!"

"Tauk, gue? disuruh ngerjain matematika? Oh, gugel jalan satu-satunya."

"Untung gue pinter."

Ya begitulah kata-kata murid yang tak terima diberi soal matematika banyak.

"Boleh gue duduk disini?" Tanya Nabila seraya menunjuk bangku depan Zahra dan Sarah. Sedangkan Nadia sudah duduk dimeja sebelah Sarah bersama Sera.

"Boleh-boleh aja, silahkan." Ucap Sarah sambil mengalihkan pandangannya kearah Nabila dan Sabrina, yang tadinya sedang mencari jawaban.

"Makasih." ucap Naila dan Sabrina bersama yang hanya dibalas dengan anggukan Sarah karena sedang fokus menulis jawaban.

•••

Sedangkan dikelas 12 IPA Ken dan teman-temannya termasuk Vino si murid baru, sedang dimarahi oleh pak Yanto habis-habisan, karena telat masuk kedalam kelas. Pak Yanto itu guru paling galak melebihi Bu Tini.

"Kalian ini ya, sering banget bolos! mau jadi apa kalian hah! Mau jadi pemulung! Kamu lagi murid baru, kenapa telat! Pasti kamu temennya Ken tukang bolos kan, baru pertama kali sekolah aja udah bolos! Mau jadi apa kamu hah!" Ucap pak Yanto tegas dan memukul-mukul meja dengan penggaris kayu.

Semua seisi kelas hanya diam, tak ada yang berani berbicara jika sudah berhadapan dengan pak Yanto.

"Untuk kamu anak baru, cepat perkenalkan dirimu, saya tidak punya banyak waktu!" Ucap pak Yanto tegas.

"Gue Vino Danendra Wicaksono pindahan dari Singapura." Ucap Vino tanpa senyuman.

"Sekarang kalian kerjakan soal yang sudah saya tulis dipapan tulis dan kumpulkan sebelum jam istirahat! Gara-gara kalian saya jadi telat untuk rapat! Kerjakan sekarang juga!" Ucap pak Yanto lalu pergi.

"Iya soalnya cuman satu, tapi jawabnya nauzubillah banyak kali mak."

•••

Jam istirahat telah tiba semua murid SMA GARUDA sedang berlomba-lomba untuk menuju kantin seperti semut yang mengerubungi gula.

"Lo semua mau makan apa? Biar gue pesan." Tanya Sarah kepada Zahra Nabila Sabrina dan Nadia sambil berdiri dari duduknya. Mereka berlima telah menjadi teman.

"Aku mie ayam aja deh." Ucap Zahra sambil tersenyum dan diam-diam mengelus perutnya. Sepertinya anaknya ini pengen makan mie ayam.

"Oke, yang lain samain aja ya." Ucap Sarah dan dijawab anggukan dari mereka semua.

"Kalau minumnya es jeruk aja gimana?" Tanya Sarah dan dijawab anggukan lagi oleh mereka semua.

"Gue ikut Sar, mau lihat cogan gue, barangkali aja ada yang mau sama gue, secarakan gue cantik!" Ucap Naila sambil berdiri dari duduknya dan pergi bersama Sarah. Setelah beberapa menit mereka kembali sambil membawa nampan yang berisikan pesanan mereka semua tadi.

•••

Di kantin pojok Ken dan teman-temannya sedang berbicara dan melihat sekeliling. Kecuali Ken yang sendari tadi menatap Zahra, ada sesuatu yang membuat jantungnya bergemuruh.

"Itu murid baru, cantiknya oii." Ucap Natan sambil melihat kearah Nadia.

"Ingat! lo sama dia beda tuhan!" Ucap Nathan sambil menatap adiknya dengan alis terangkat sebelah.

"Ck, nancep banget sih omongan lo bang." Ucap Natan tanpa mengalihkan tatapannya dari Nadia.

"Iya, itu yang duduk di samping kanan Zahra cantik banget." Ucap Erlangga sambil melihat kearah Sabrina dengan senyum tipis.

"Lo mah enak, udah jadi Islam satu tahun yang lalu, bisa suka sama yang seiman, lah gue?" Ucap Natan sambil pura-pura menangis.

"Sad boy dadakan." Celetuk Dewa dengan senyum mengejek.

"Dewa monyet!" Ucap Natan sambil melempar hp nya ke arah Dewa, tapi sebelum mengenai wajah Dewa sudah ditangkap terlebih dahulu oleh Nathan.

"Kalau ni hp rusak, Lo nggak gue beliin lagi." Ucap Nathan lalu memasukkan hp milik adiknya kedalam saku.

Jangan ditanya apa yang sedang dilakukan oleh papa muda yang satu ini, apalagi kalau bukan mendengarkan celotehan anaknya yang sangat menggemaskan lewat video call. Dan dengan dikerubungi oleh teman-teman Ken yang sangat gemas dengan anak Vino, bahkan mereka dibuat tertawa sampai sakit perut karena tingkat anak Vino yang sungguh sangat luar biasa pecicilannya.

•••

Tidak ingin membuat dirinya tertangkap basah sedang menatap Zahra, Ken memutuskan untuk menyegarkan pikirannya dengan tidur.

"Yah, ni atu, dedena ayah."

"Yah dede angen ayah."

"Ayah ndak inat dede tama bunda."

"Ayah dahat!"

Lalu Ken terbangun dengan nafas terengah-engah dan langsung meminum minumannya sampai habis. Yang membuat semua teman-temannya bertanya-tanya, ada apa dengan bosnya ini?

Mimpi itu, mimpi yang selalu menghantuinya setiap malam. Sudah satu minggu Ken selalu bermimpi bertemu seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia tiga tahunan sedang membawa susu di dotnya, tetapi ia tak dapat melihat wajahnya, karena wajahnya tertutup cahaya berwarna putih.

"Mimpi itu lagi." Ucap Ken sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah dengan menutup matanya.

-------------

29 November 2021

NOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang