KEMATIAN TERUS TERJADI

En başından başla
                                    

Akan tetapi, tidak banyak dari manusia itu sadar. Meskipun dari beberapa bagian menyadarinya, mereka berpura-pura tidak tahu, karena mereka menganggap remeh ancaman yang akan datang menghampiri.

Bersama langkah seribu, Jefri pun kembali memasuki taksi dan menuju bandara di pusat kota.

***
Malam telah tiba, akhirnya Jefri pun sampai di Kota Medan. Seraya keluar dari dalam mobil travel, Jefri berbincang sejenak pada sopir di depan teras.

"Pak, ini ongkosnya." Jefri menyodorkan uang untuk membayar.

"Terima kasih, Pak." Sopir itu pun mengambil sodoran uang dari Jefri, akan tetapi netranya terbelalak menuju bangunan yang ada di samping rumah.

Karena gelagat sopir itu membuat Jefri sangat penasaran, dia pun mengikuti kerlingan lelaki yang menganakan seragam serba kuning di hadapan, tatapan mereka sejurus pada gudang bercat hijau.

"Pak, lagi lihat siapa?" tanya Jefri sedikit berbisik.

"Di sana, Pak, ada pagelaran pernikahan." Sopir itu menunjuk ke pusat tatapan.

Karena sangat penasaran, Jefri celingukan dan mengubah posisi berdirinya. "Enggak ada siapa-siapa, Pak."

"Benar, Pak. Kalau di sana lagi ada pesta pernikahan, saya tidak bohong," pungkas sopir itu lagi.

Selepas berkata, lelaki yang mengenakan seragam serba kuning itu menapak ke pusat tatapan, dia seperti memasuki sebuah acara pernikahan. Musik gamelan pun terdengar pasih di telinganya. Namun, Jefri masih tetap tidak percaya perihal perkataan itu.

Lamat-lamat, mereka berdua beringsut mendekat dan semakin dekat. Pintu gudang pun terbuka dan tertutup sendiri, menurut dari penglihatan Jefri, pintu itu seperti terkena tiupan angin malam. Tetapi tidak untuk sopir travel, dia merasakan bahwa pintu gudang itu tempat keluar dan masuknya sebuah istana alam gaib.

"Sungguh rumah ini adalah istana makhluk halus." Secara spontan, sopir mengawali perkataannya.

Mendengar ucapan itu, Jefri pun menoleh ke posisi kanannya, dia celingukan dan berkacak pinggang. "Ada-ada aja kamu, Pak. Tahun 2021 masih percaya dengan hantu."

Sebenarnya, Jefri hanya sekadar basa-basi untuk menetralisir ketakutan itu. Dia sudah paham betul apa yang ada di sekitar rumahnya. Namun, Jefri tak ingin membongkar pada orang lain perihal kediamannya, karena berhantu, dan membuat bulu kuduk meremang.

"Kalau hal mistis seperti ini, saya punya sahabat yang bisa membantu," kata sopir itu.

"Membantu bagaimana, Pak?" tanya Jefri penasaran.

"Iya, dia bisa menghilangkan semua hantu yang ada di rumah ini," timpalnya.

"Coba saja telepon orang itu, Pak, kalau benar dia bisa mengusir makhluk gaib." Jefri menantang sopir itu.

Kemudian, si sopir pun mengambil ponselnya dan menelepon. Menunggu sekitar beberapa menit, akhirnya paranormal itu datang. Di tangan kirinya telah ada keris bercahaya—merah, entah untuk apa gunanya, Jefri tidak tahu-menahu.

"Selamat malam, Kisanak?" tanya paranormal itu.

"Selamat malam, Pak," jawab Jefri.

"Apa yang bisa saya bantu," titahnya.

"Jadi begini, Pak. Rumah ini sangatlah penuh dengan mistis, coba lihat di ujung sana." Sopir travel pun menyambar ucapan dan menunjuk ke sebuah gudang.

Paranormal itu mendudukkan badannya di depan teras rumah, dia menyiapkan berbagai sesajen dan membakar kemenyan. Aroma kemenyan sangat kental, ditimpali bunga kantil juga datang menghampiri. Ternyata, paranormal itu kerasukan arwah seseorang, karena tingkahnya mendadak aneh.

"Untuk apa kau mengundangku ke sini," tanya paranormal itu, tetapi nada suaranya berubah menjadi perempuan.

Karena Jefri merasa sangat takut, dia pun mendekatkan posisi badannya ke samping sopir itu. Dalam masalah ini, si sopir yang menanggapi, dan mereka berdialog.

"Maaf, Kisanak. Kami tidak ingin mengganggumu, kami hanya ingin tahu kau siapa!" pekik sopir travel.

"Kau tak perlu tahu siapa aku! Kalau kalian tidak ingin mati di tanganku, tolong secepatnya pergi dari rumah ini!" pekik paranormal itu.

"Tidak! Kami tidak akan melepaskanmu begitu saja, Kisanak." Sopir travel itu bersikeras dengan ucapannya, dalam dialog antara makhluk gaib dan manusia sangatlah mengundang gemetar.

Tak lama setelahnya, paranormal itu pun membanting badan di atas lantai. Dengan mata telanjang, lelaki berpakaian serba hitam itu memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya.

"Ach ... ampun, Kisanak, aku tidak akan menganggumu lagi." Paranormal itu tersadar setelah mendapat ganjaran dari ulahnya barusan.

Dengan dibantu sopir travel, Jefri pun membangkitkan paranormal itu seraya mendudukkan badannya.

"Pak, apa yang terjadi?" tanya Jefri penasaran.

"Saya tidak bisa mengusir setan di rumah ini, Pak. Karena dia adalah wanita yang pernah ada dalam hidupmu. Kami sempat berdialog, kalau dia menginginkanmu untuk menjadi suaminya."

"Apa! Tidak mungkin! Saya tidak mau menikahi makhluk gaib, emangnya siapa perempuan itu, Pak?" tanya Jefri bertubi-tubi.

Belum selesai berkata, paranormal itu pun mengembuskan napas untuk selama-lamanya. Dalam posisi bergeming, Jefri saling tukar tatap pada sopir travel itu. Sementara darah segar masih keluar dari mulut si paranormal.

"Innalillahi, wainnailahi, roziun ...." Secara serempak, mereka pun berkata. Lalu, Jefri menutup kedua netra paranormal itu yang masih terbuka sangat lebar.

Tak berapa lama, gerimis pun datang melanda pesisir Pantai Sejarah, ditimpali petir dan kabut putih bergerak ke sana dan ke mari, sopir travel—selaku sahabat baik dari paranormal itu membawa pergi jenazah dari lokasi.

"Pak, saya akan membawa jenazah ke rumahnya sekarang," kata si sopir.

"Baik, Pak, silakan." Dalam posisi bergeming, Jefri mempersilakan.

Jenazah pun dibawa pergi oleh si sopir. Ketika mobil itu telah keluar dari gerbang, Jefri memutar badannya 180 derajat. Ketika dia berbalik arah, netranya terbelalak. Pasalnya, berjarak semeter dari posisi berdiri, seorang wanita mengenakan kebaya serba cokelat tengah menatap wajah Jefri sangat kesal.

Yang membuat Jefri gemetar bukan sekadar kehadiran wanita itu saja, akan tetapi setiap sudut wajahnya dipenuhi sayatan benda tajam, seperti telah dimutilasi oleh seseorang.

"Siapa kau!" hardik Jefri.

"Malam ini, kau harus mati di tanganku!" pekiknya.

"Apa yang kau inginkan dariku! Jadi ... kematian semua orang-orang terdekatku adalah ulahmu!?"

"Hi-hi-hi ...." Tanpa menjawab, wanita itu hanya terkekeh-kekeh di posisinya.

Langkah kaki wanita itu sangat kencang layaknya embusan angin, dia berada di hadapan Jefri seraya membulatkan kedua bola matanya. Menggunakan satu tangan, wanita berbusana pengantin itu mengangkat Jefri dengan mencengkeram.

"Lepaskan aku! Lepaskan! Tolong ...," teriaknya tanpa mampu memalingkan tatapan.

"Hi-hi-hi ...."

"Allahhuakbar, Allah ... huakbar."

Tak berapa lama, suara kumandang azan salat isya pun terdengar. Berkat hadirnya kumandang azan, wanita itu pun menghempaskan Jefri secara spontan. Suasana rumah menjadi netral dan damai. Hiruk pikuk tak lagi terdengar, kemudian Jefri membangkitkan posisi badannya dan memasuki rumah.

Tepat di ruang tamu, Jefri mendudukkan badan seraya celingukan. "Bu ... Ibu ...."

"Iya, Tuan ...," jawab seseorang yang datang dari dapur.

Dengan berjalan sedikit limbung, Jefri pun menapak menuju dapur dan menatap sejurus ke pintu kamar mandi. Suara kecipak terdengar dari dalam ruang minimalis itu, lalu Jefri meletakkan daun telinganya karena kepo.

Pengantin KutukanHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin