“Kakak....”

Anak laki-laki itu tidak menyahut. Matanya yang dingin meliriknya singkat sebelum beralih menatap lantai.

Azalea bergeming sesaat ditempat, ini pertama kalinya ada orang yang tak acuh padanya. Alih-alih menjauh, gadis kecil itu malah mengambil tempat di samping anak laki-laki itu.

“Ini di mana?” tanyanya kepada anak laki-laki itu. Tidak mendapat jawaban, Azalea mencuatkan bibir. “Om-om di lual selam. Kata Mama, jangan pelcaya olang asing. Kakak pasti dikasih pelmen, kan?” celetuknya dengan cadel.

Mendengar serangkaian kata-katanya, anak laki-laki itu akhirnya menoleh menatapnya tanpa riak di matanya.

Mata Azalea mengerjap, bersitatap dengan dengan anak laki-laki itu membuatnya tercengang. Namun hanya beberapa detik sebelum anak laki-laki itu membuang wajahnya.

“Kakak, Mama dan Papa bakal datang, kan?” Azalea berbisik pelan. “Kakak pasti gak ngelti bahasaku kayak om tadi. Aku juga gak ngelti bahasa kalian.”

Sejam penuh Azalea berbicara dengan anak laki-laki itu, meski tanpa sahutan darinya. Melihat bibir kering dan pecah-pecah anak laki-laki itu, buru-buru Azalea merogoh saku jaketnya dan menyerahkan dua permen.

“Hadiah peltemuan!”

Anak laki-laki itu melirik dari ujung matanya. Di telapak tangan mungil yang putih dan bersih itu, terdapat dua bungkus permen. Karena ada di tangannya yang kecil, permen tersebut terlihat besar.

“Ambil!” Azalea memaksa menaruhnya di tangan Nakusha.

Semakin malam, Azalea mengusap lengannya kedinginan. Satu-satunya pintu yang tertutup perlahan terbuka. Pria yang tadi mengantar Azalea, masuk dengan sebuah nampan.

Hey, little girl.” Dia memberikan Azalea segelas air hangat dan semangkuk bubur. Sebuah sandwich dingin dia letakkan di depan Nakusha dengan sebotol air. Sangat jelas perbedaan perlakuan di antara mereka.

Azalea melirik makanan anak laki-laki itu, mengerutkan kening tidak senang. Pria itu lalu mencolek pipi Azalea, membuat gadis itu sedikit meringsut risih.

Stay calm here, I'll give you a delicious food tomorrow.” Seolah tidak menyadari penolakan Azalea, pria itu menepuk kepala Azalea lalu pergi dari sana.

Semua gerakan Azalea jatuh di mata anak laki-laki itu.

“Om itu menyebalkan,” sungut Azalea kecil sambil mengusap pipinya kesal.

“Dia menyukaimu,” sahut anak laki-laki itu dengan suara kecil.

Sontak Azalea menoleh ke arahnya dengan mata melebar. Tertegun sejenak, senyum bahagia merekah di bibirnya. “Kakak bisa mengelti bahasaku!”

Anak laki-laki itu tidak menghiraukannya. Perlahan dia membuka bungkus sandwich dan menggigitnya dengan tenang.

Azalea juga merasa lapar setelah melihatnya makan. Mencoba bubur yang diberikan pria tadi, gadis itu mendelik. Rasanya kurang enak.

“Itu enak?” tanya gadis itu pelan. Namun seperti sebelumnya, tidak ada jawaban dari anak laki-laki itu.

Sesekali Azalea akan mencuri pandang pada sandwich di tangan anak laki-laki itu. Dia ingin mencobanya, tetapi takut membuatnya marah.

Anak laki-laki itu jelas merasakan tatapannya. Dia menatap sandwich yang sudah dia gigit dengan ekspresi samar. Dengan kaku merobek bagian yang telah dia gigit dan mengulurkan yang bersih kepada Azalea.

Tentu saja gadis itu tercengang. Buru-buru dia mengambil setengah sandwich itu dan memasukkannya ke mulut, di bawah ekspresi datar anak laki-laki itu. Takut anak laki-laki itu menyesal memberikannya.

Merasakan roti kasar di mulutnya, Azalea mengernyit samar. Namun melihat sosok di sampingnya memakan sisa sandwich dalam diam, seolah sandwich itu cukup lezat, Azalea mencoba menelan makanan di mulutnya lalu buru-buru meneguk air hangat. Perutnya yang kosong langsung terisi dan tubuhnya sedikit menghangat.

Melihat air yang masih banyak di gelasnya, Azalea berniat berbagi. “Ailnya hangat, enak.” Ada sedikit kecemasan dalam nadanya, tidak sadar mendeskripsikan rasa sehingga anak laki-laki itu tidak menolak.

Anak laki-laki itu menatapnya. Awalnya ingin mengabaikannya, namun melihat wajah kecilnya yang cemas dan penuh harap, dia menerimanya dan menyesapnya. Ada sedikit riak di matanya. Benar-benar hangat....

Azalea menatap anak laki-laki itu lekat, suka melihat wajah tampannya yang tenang. “Nama kakak siapa?”

Mata mereka bertabrakan. Anak laki-laki itu menatapnya sejenak sebelum membuang muka dan menjawab, “Jehan.”

Punggung Azalea yang tegak karena kaku perlahan menjadi rileks. Sudut bibirnya terangkat, merasa anak laki-laki itu akhirnya mau berteman dengannya.

Dengan senyuman cerah, Azalea memanggil namanya dengan suara manis, “Kak Ehan!”

TBC

November 18, 2021.

6K.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang