BAB 5

7.2K 644 67
                                    

-Selamat Tidur Jean|BAB 5-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"PENYIKSAAN"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Plak!

Plak!

"Dasar pembawa sial!"

Tak cukup pukulan saja yang ia rasakan, tapi sebuah makian juga harus ia dengarkan.

Jean hanya bisa diam meringkuk dan menangis menahan sakit ketika tali ikat pinggang tersebut berayun mengenai punggung polosnya. Atasannya telah tanggal, yang tersisa hanya celana seragam sekolah yang masih terpasang di kakinya.

Sudah Jean duga, ini akan menjadi seperti malam-malam yang sebelumnya. Malam dimana akan ada penyiksaan yang dilakukan oleh 2 orang sekaligus. Membunuh Jean secara perlahan.

Naren, si pelaku, tak segan-segannya mengayunkan tali ikat pinggang ke punggung Jean sehingga meninggalkan rasa perih dan ruam merah yang akan membekas cukup lama. Teriakan minta ampun sama sekali tak didengarkan oleh Naren, dianggap hanya sebuah gonggongan anjing yang tidak berguna.

Sakit, perih, pedih, sesak, bercampur menjadi satu meninggalkan rasa trauma mendalam untuk Jean. Belum hilang luka lama, kini luka baru sudah muncul kembali.

"A-ampun, Bang..." Suara Jean bahkan tidak keluar lagi saking sakitnya pukulan yang diberikan oleh Naren. Hanya gerakan bibir yang bisa ia lakukan ketika tali ikat pinggang tak kunjung berhenti menyapa punggungnya. Bibirnya sampai putih pucat karena mulutnya terbuka menahan sakit. Obsidian bening yang keluar dari matanya, jatuh dan membasahi lantai.

Oh, Tuhan! Sungguh, rasanya benar-benar sangat sakit!

"Rasa sakit ini belum seberapa sama rasa sakit yang kita berdua alami! Dasar anak pelacur!" teriak Naren kesetanan.

Plak!

Bunyi itu kembali terdengar dan menyapa punggung Jean. Ruam merah sudah tak terhitung, menghiasi punggung yang sebelumnya sudah ada bekas luka, bahkan masih ada bekas luka yang basah.

Dinginnya lantai kamar seolah menambah deritanya dan perihnya pukulan menjadi siksaan pedih untuk Jean malam itu. Tidak ada yang menolongnya keluar dari zona mengerikan yang mampu membunuhnya secara perlahan. Bahkan, malaikat sekalipun.

"Maafin Jean, Bang..." Lirihan dari sang bungsu terdengar, namun sekali lagi, Naren tidak memperdulikan rintihan kesakitan dari sang adik tiri. Naren benar-benar kesetanan malam itu saat menyiksa adiknya, tidak ada kata ampun sama sekali.

Naren membuang ikat pinggang ke sembarang arah, menjambak rambut Jean hingga sang empunya mendongak menahan sakit. Jean sangat kacau malam itu, ia sekarat, sedikit lagi hampir mati jika saja malaikat maut berkenan mencabut nyawanya.

Tapi sayangnya Tuhan belum menyuruh malaikat maut untuk menjemput Jean.

Tuhan ingin Jean merasakan pedihnya dunia ini. Dia tahu bahwa Jean adalah anak kuat.

"Apa? Sakit?" geram Naren, giginya bergemelatuk menahan amarah yang ada di ujung kepala. "Ini belum seberapa sama rasa sakit yang gue dan Joe rasakan selama ini!"

Dugh!

Kepala Jean terhantuk ke tepi tempat tidur yang keras, Naren yang mendorong laki-laki itu. Seketika pandangan Jean memburam, kini rasa sakitnya bertambah sepuluh kali lipat.

Bugh!

Tak sampai disitu, Naren melayangkan tendangan kuat ke perut Jean, hingga si bungsu melolongkan teriakan kesakitan yang cukup nyaring.

Jean: Selamat Tidur Jean (S1, end) & Pulanglah Jean (S2, on going)Where stories live. Discover now