10

23.2K 2.6K 185
                                    

Jaemin sudah sampai didepan rumah putih megah, ia berdiri selama 10 menit karena Jeno tidak menjawab pesan terakhirnya.

jaemin takut salah rumah.

Sekarang Jaemin memutuskan untuk menekan bel untuk memastikan, ia berharap Jeno sendiri yang akan membukanya. Karena jaemin itu pemalu dan kadang agak canggung dengan orang-orang baru atau yang tak ia kenal. tak lama setelah bel berbunyi, seorang wanita cantik dengan apron yang menggantung dilehernya membuka pintu.

"eoh? Na Jaemin ya?" tanya nya lembut. senyumnya sangat cantik, Jaemin sampai terpana. 

ini pacarnya Sajangnim?

"ah, iya Nyonya. saya Na Jaemin. apa disini ada Jung Jeno sajangnim, nyonya? kebetulan saya sekertarisnya diminta menemu beliau." ucap Jaemin sopan.

"hahaha santai saja Jaemin-ssi, panggil Noona saja ya. ahh, dan aku juga yang meminta Jeno untuk memanggilmu kesini. mari masuk" katanya mempersilahkan.

Jaemin berjalan dibelakang wanita tersebut dengan pikiran negatif yang mengerayangi kepalanya, ia juga sedang menerka-nerka apa ia akan dipecat dan dimaki? Eh memangnya apa pikiran Jaemin....

Ya Tuhan, apa jangan-jangan pacarnya Sajangnim tau kemarin Sajangnim menginap dirumah. eoh, atau yang ia tidur semalaman diranjang rumah sakit sambil berpelukan? AHHH APA JANGAN-JANGAN TENTANG KEJADIAN DIHOTEL??!!!! -batin Jaemin

"Kita makan dulu ya Jaemin-ssi, ini terlalu pagi. sepertinya kamu belum makan juga kan?" Jaemin menangguk. ia dibawa ke ruang makan.

Jaemin pikir, pacar sajangnim-nya baik sekali. lembut, sopan, ramah. ah, jahat sekali rasanya kalau sajangnim selingkuh. ia juga merasa jahat karena terkesan mau mau saja saat disuruh skinship lebih oleh sajangnim-nya.

"bi, tolong siapkan makanan ya. siapkan seperti biasa saja, hari ini ada tamunya Jeno yang akan bergabung." ucapnya.

"baik Nyonya Irene." bibi membungkuk lalu pergi menyiapkan makanan.

"duduk Jaemin-ssi."

Rumahnya sepi, Jaemin juga tak melihat kehadiran Jeno disini. apa ia benar-benar akan di introgasi empat mata oleh pacarnya Jeno?

Sambil makan, keduanya berbincang mulai sedikit berbincang. "Jaemin-ssi, sudah berapa lama jadi sekertarisnya Jeno?" tanya Irene.

"mungkin hampir 2 bulan nyonya." 

"eihhh, jangan nyonya dong. noona saja. ahh, lebih baik kita bicara informal saja. bagaimana Jaeminie?" Irene tersenyum, lagi-lagi senyumnya membuat Jaemin tertegun.

"baik noona."

"Gimana Jaeminie makanannya? Enak gak?"

"Enak banget noona, ini noona sendiri yang buat?" Jujur, rasanya seperti masakan seseorang yang ia pernah kenal dulu.

Jaemin juga berpikir awal bertemu tadi, ia merasa familiar dengan wanita didepannya. Tapi jaemin sendiri tidak begitu ingat namanya, hanya rasa masakannya saja.

Tak lama setelahnya mereka berdua menuntaskan sarapannya. "Ayo Jaeminie kita ke kamar Jeno, belum bangun dia."

Jaemin mah mengangguk angguk saja mengikuti tuan rumah. Mereka berhenti di depan pintu putih dengan gantungan dipintu bertulisan.

nono's room

"Masuk Jaemin."

Noona tersebut jalan duluan menghampiri Jeno yang masih bergelung didalam selimut.

"nono sayang bangun yuk." Ditepuknya pelan bahu si lelaki. Jeno tak bergeming.

"nono, sayang nakal banget sih gak mau bangun." Kini hidungnya dicubit. Si empu akhirnya merasa terganggu, ia menggerakkan badannya sembarang.

More Than Anything | [NOMIN] END✅Where stories live. Discover now