Senyum Azalea membeku. “Ehan, kenapa di sini?!”

Nakusha melirik ke dalam kelas, melihat warna-warna cerah di sana dengan ekspresi kusam para laki-laki yang setengah hati melayani tamu, sebelum kembali melirik Azalea. “Udah sore. Jalan-jalan?”

Mendengar tawaran laki-laki itu, Azalea langsung tergoda. Sejak siang dia memang sudah bekerja untuk kelas. Tidak salah, bukan, sore ini dia meluangkan waktu untuk berjalan-jalan?

Memikirkannya, Azalea jadi bersemangat. Buru-buru dia memasuki kelas, mengatakan waktunya sudah habis lalu segera menarik Nakusha pergi. Sangat kentara bahwa gadis itu bersemangat.

Sebelum pergi lebih jauh, Nakusha menariknya ke ruang OSIS dan mengeluarkan dua hoodie serta topi. Dia melepaskan apronnya lalu memakai salah satu hoodie, sebelum sisa hoodie diberikan kepada Azalea. “Pakai.”

Azalea menunduk, menatap kostum maidnya dengan raut tidak suka. Buru-buru dia melepaskan dasi kupu-kupu di leher serta rompinya sebelum mengenakan hoodie yang ternyata cukup kebesaran di tubuhnya. Melirik hoodie Nakusha, dia menjadi lega. Untung saja warna mereka tidak sama sehingga menentang pikirannya mengenai menggunakan hoodie couple.

Berjalan melewati kelas-kelas yang semakin hidup, Azalea mengamati dengan penasaran. Banyak sekali ide yang diambil setiap kelas, bahkan banyak konsumen yang tertarik untuk menikmati. Tentu saja ini mempunyai keuntungan. Mereka mengeluarkan modal menggunakan uang kas, jika mendapatkan keuntungan dari kegiatan ini bukankah lebih baik?

“Mau masuk?” tawar Nakusha tatkala melihatnya menatap kelas-kelas yang mereka lalui dengan kagum.

Azalea langsung menggeleng. Dia hanya suka memandang, bukan ingin menikmati berada di sana. Menoleh menatap Nakusha, dia bertanya penasaran, “Kelas Ehan buat apa?”

“Lukis.”

Memikirkan apron penuh bercak warna, Azalea mengangguk mengerti. Ketika berada di luar gedung pengajaran, Azalea merasa seperti terbebaskan sekaligus tercengang. Ternyata keramaian di gedung hanya seperempat, sisanya berada di luar gedung menikmati pemandangan SMA Lesmana sembari pergi ke stand demi stand.

Sebelum melangkah lebih jauh, Nakusha memaksanya menggunakan topi dan menutupi kepalanya dengan tudung hoodie. Melihat gadis itu tenggelam dalam hoodie, dia tersenyum samar lalu menggenggam tangannya.

“Ayo pergi.” Ada nada kepuasan dalam suaranya.

Azalea mengulum bibirnya. Nakusha sengaja mempersiapkan ini agar ketika berada di publik, mereka tetap bisa bergandengan tangan? How sweet...

Berjalan-jalan dan menikmati berbagai jajanan di stand-stand, Nakusha menggiring dia menuju aula sekolah. Azalea menatap papan bertuliskan 'Rumah Hantu Lesmana' dengan tatapan terkejut.

“Ada rumah hantu di sini?!” tanya gadis itu menatap Nakusha tak percaya.

Nakusha mengangguk. “Milik kelompok Black Thunder. Mau masuk?”

Azalea menyipitkan mata memandang gedung, tidak tahu bahwa kelompok mereka menyiapkan hal ini, lalu tersenyum cerah. “Siapa takut!”

Laki-laki itu terkekeh pelan sembari mengelus kepalanya yang masih terbungkus topi serta tudung hoodie, menariknya membeli tiket kemudian masuk bersama rombongan.

Suara tawa langsung menggema begitu mereka masuk. Azalea menggeleng-geleng pelan. Terdengar seperti tawa rubah.

Gedung aula yang luas nan kosong kini terlihat berliku-liku, dibagi menjadi ruangan demi ruangan agar terlihat lebih mengerikan. Keheningan tempat tersebut tanpa sadar membuat bulu kuduk berdiri, apa lagi ketika memasuki tempat ini, matahari sudah tenggelam.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Where stories live. Discover now