Dua puluh enam

6.1K 891 70
                                    

"Masih jauh, Tae?" Tanya Jimin pada Taehyung entah sudah keberapa kalinya.

"Taehyung, apa masih jauh? Sebenarnya kita mau kemana?"

"Taehyung, aku lelah."

"Taehy--"

Jimin terdiam saat tiba-tiba Taehyung berbalik dan menatap padanya dengan wajah serius.

"Kau diam di sini sebentar, aku akan mengecek apa di sana aman atau tidak."

Jimin mengangguk kaku dan bersembunyi di balik pohon besar yang berada tepat di sampingnya. Sebaiknya ia ikuti saja apapun perintah Taehyung, karena Jimin hanya percaya pada pria itu sekarang.

Dalam keterdiamannya, Jimin menatap jengkel pada monyet putih yang menoel-noel kakinya. Jimin menatap monyet itu galak, "Ada apa?!"

Monyet yang Jimin kenal jahil dan menyebalkan itu nampak berbeda kali ini. Sekarang monyet itu hanya menatap diam Jimin membuat Jimin merasa salah tingkah.

"Kenapa tiba-tiba diam?" Tanya Jimin bingung.

Jimin menunduk memperhatikan monyet itu lebih dekat. "Ada apa?" Tanya Jimin lagi meski tahu monyet itu tidak akan bisa menyahutinya.

Tangan Jimin ditarik pelan oleh tangan mungil berbulu putih yang sangat halus bagai kapas. Jimin sendiri heran, kenapa bisa ada monyet liar berbulu bersih dan sehalus ini.

Benda berkilau nampak diserahkan oleh monyet itu pada Jimin. Sebuah kalung dengan bandul kalung permata besar berwarna merah darah yang nampak bersinar saat berada di telapak tangan Jimin.

"Kalung dari mana ini? Kau dapat ini darimana? Ini terlihat sangat mahal. Apa kau mencurinya?"

Jimin nampak kagum memandang kalung indah yang beraura-kan mistis, tanpa sadar jika monyet itu terus memberi isyarat agar Jimin segera memakai kalung itu di lehernya.

Jimin berdecak, "Kau ingin aku memakai ini?" Tunjuk nya pada kalung di tangannya.

Monyet itu menganggukkan kepala.

"Tapi aku tidak ingin memakai ini jika ternyata kalung ini hasil curian."

Monyet itu menggeleng.

"Ini bukan barang curian?"

Monyet itu lagi-lagi menggeleng membuat Jimin tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah, aku akan memakainya. Lumayan ini sangat indah, sayang jika harus menolak barang sebagus dan semahal ini." Ujarnya tersenyum memakai kalung indah tersebut.

"Jimin, ayo." Ajak Taehyung tiba-tiba sudah berada di belakang tubuh Jimin.

Jimin mengangguk dan mengikuti pria tampan tersebut, diikuti monyet putih yang juga naik ke punggung Taehyung tanpa sadar jika kalung di leher Jimin terus bersinar.

Mereka berjalan ke arah sebuah rumah tua yang tampak sangat kotor oleh dedaunan dan ranting. Terlihat jika rumah itu kosong tanpa penghuni di dalamnya.

"Ini rumah siapa?" Tanya Jimin bingung.

Taehyung tidak langsung menjawab, ia lebih memilih fokus menyingkirkan kayu besar yang menutupi pintu kayu tua rumah itu.

BRAK

Suara kayu besar yang Taehyung lempar ke sembarang arah menghasilkan suara gedubrak yang lumayan keras membuat hewan kecil juga burung berada di pepohonan sekitar mereka terbang dan pergi karena kaget dan takut.

"Kau akan tahu jika kita sudah ke dalam. Ayo, kita masuk." Ajak Taehyung yang terlebih dahulu masuk ke dalam rumah tua gelap itu.

Meski sebenarnya sedikit merasa takut Jimin tetap memberanikan diri mengikuti langkah lebar Taehyung yang berada di depannya. Sebenarnya apa yang hendak Taehyung tunjukkan padanya di rumah setua ini?

"Taehyung, sebenarnya kau ingin menunjukkan padaku apa?" Tanya Jimin memasuki sebuah kamar tempat Taehyung baru saja memasukinya.

Di sana Taehyung duduk di kursi samping ranjang yang terdapat dua orang pria dewasa tengah tertidur lelap. Merasa penasaran, Jimin mendekat ingin melihat lebih jelas siapa kedua orang yang tengah tertidur itu.

Deg.

Jimin kaget sampai tidak bisa berkata-kata saat melihat dan mengenali siapa dua orang itu.

Mereka... Mereka, mereka...

Mereka dua orang pria yang sering masuk ke dalam mimpi Jimin!

***

"Mereka ayah dan ibuku, Jimin."

Jimin yang tengah duduk gelisah di ujung ranjang menatap pada Taehyung yang tengah menceritakan siapa dua orang pria di samping mereka ini.

"Mereka kakek dan nenekmu," Tambah Taehyung lagi.

Jimin masih diam tidak tahu harus berkata apa, dirinya masih tidak menyangka jika dua orang yang selalu meminta bantuannya di dalam mimpi ternyata keluarganya.

"Setelah di sihir mereka tertidur dan tidak pernah bangun sampai sekarang."

Jimin meneguk ludah kasar. Haruskah ia ceritakan apa yang terjadi pada kedua orang tua Taehyung di alam mimpi? Jiwa kedua pria ini tengah terikat dan tersiksa di sana. Jimin saja tidak tega jika teringat itu, bagaimana jika Taehyung mengetahui kondisi mereka? Pasti Taehyung akan sangat sedih.

"Tapi Taehyung, kenapa kau ingin menunjukkan mereka padaku?"

"Karena hanya kau yang bisa membangunkan mereka, Jimin."

"Aku? Bagaimana bisa aku membangunkan mereka?"

Taehyung menggeleng singkat, "Aku juga tidak tahu bagaimana caranya tapi menurut ramalan jika ratu dari tiga kerajaan bisa mematahkan sihir ini, dan aku yakin kau adalah ratu tiga kerajaan itu."

Jimin menggeleng kuat, "Itu tidak mungkin. Tidak mungkin aku."

Taehyung tersenyum kecil. Yang penting Taehyung yakin jika orang itu adalah Jimin, jadi tidak apa-apa jika mereka belum tahu bagaimana cara membebaskan kedua orang tuanya.

"Tapi aku yakin jika itu kau Jimin."




TBC





Gpp dikit aja yg penting update.

Queen [Kookmin/Jikook]Where stories live. Discover now