Join now

54 8 5
                                    

Suara tumbukan itu terdengar saling berpacu. Di pusat olahraga yang terlihat cukup mengerikan, karna interiornya yang seperti gedung tak terurus. Ada seorang remaja masuk lewat pintu belakang. Berjalan dengan sorot kekosongan. Hawanya langsung bertebaran begitu dia membelah puluhan manusia yang sedang melakukan boxing.

"Dimana Doyoung?"

Salah satu dari mereka menoleh. "Siapa yang bertanya?"

"Kau tak lihat aku berdiri di depan mu?"

"Itu maksud ku bocah. Kau tak lihat siapa yang berdiri di depanmu? Mana sopan santun mu brengsek?"

Anak itu mengeram. "Jawab pertanyaan ku."

Pria dewasa itu tersenyum smirk. Merasa harga dirinya di rendahkan oleh bocah tak tau diri ini. Dia menjentikkan jarinya ke belakang. Dan dua orang berbadan kekar pun maju. Berniat untuk menghajar remaja tinggi yang barusan menantangnya itu.

"Keparaat! Sini kau!"

Bocah itu menghindar dengan ringan, tatapannya tak berubah meski di serang dua orang sekaligus. Masih kosong.

Bugh!

"Akh!" Satu pria tersungkur setelah anak laki laki itu menendang tulang keringnya dari belakang saat menyelip dari bawah tangan pria itu ketika dia menyerang. Lantas satu lagi berhasil mendorongnya hingga anak itu linglung.

Sstt

pria itu mengeluarkan pisau silet dari balik celana.

"Kau tau dimana sekarang kau berada?"

Orang orang tidak ada yang berniat ikut campur. Sebagian fokus berlatih sebagian lagi menonton dan bertaruh.

"Menurutku, aku sedang berada di kuburanmu. Bukan begitu paman?"

"Kurang hajar.  Hiyaaa!"

Dor!

Seketika suasana pusat olahraga senyap. Satu ledakan peluru berhasil membungkam seluruh suara dalam sepersekian detik.

"Sudah ku bilang, belum saatnya kalian bertarung.. kalian sangat tidak sabar sekali, haha.."

Semua orang tak berkutik. Anak laki laki yang belum sempurna berdiri itu bangkit. Dan tatapannya langsung bertemu dengan-

"Doyoung Hyung?"

"Ahh.. kau..?"

Anak itu maju beberapa langkah dan menarik senyum. Sambil mengulurkan tangan ke hadapan pria bernama Doyoung.

"Kenalan lamamu, Andy."

Doyoung sedikit melotot tak menyangka. Kemudian balas menjabat tangan bocah di depannya itu.

"Lama tak bertemu Andy."

***

Jaehyun menghela napas. Bisa bisanya dia selalu terikat dengan anak kecil ini.

"Mou, kau tidak akan pulang?"

Mou menggeleng sambil terus menikmati eskrim nya. "Tidak."

"Kenapa?" Jaehyun lelah

"Rumah detektif lebih nyaman dari rumahku."

"Makanya buat rumahmu senyaman mungkin untuk di tinggali." Jaehyun menyandarkan kepalanya ke setir pasrah.

Mou terdiam dan menoleh, menatap kepala belakang detektif Jung. "Rumah yang nyaman itu bukan berarti bangunannya. Tapi tempat yang membuatmu merasa nyaman dan pulang. Itu baru rumah."

Agent AnWhere stories live. Discover now