8 - Perpustakaan

20.2K 2.8K 85
                                    

≪•◦ Happy reading ◦•≫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≪•◦ Happy reading ◦•≫

Saat ini, Fiona baru saja memasuki perpustakaan. Terlihat dinding bercat warna putih, rak-rak tinggi ditempeli tanda jenis buku yang menempati rak itu supaya memudahkan orang-orang mencari buku yang mereka inginkan, sejumlah meja dikelilingi empat kursi berjejer di antara setiap rak, beberapa komputer tersusun rapi dengan posisi di dekat meja pengurus perpustakaan, dan ada 4 AC mendinginkan ruangan.

Di dalam ruangan itu sekarang hanya ada seorang wanita yang merupakan pengurus perpustakaan, dan Fiona.

"Kok ke sini, Nak? Gak belajar?" tanya pengurus perpustakaan, Laras Sadiya.

"Jamkos Bu, jadi daripada di kelas, saya ke sini aja, sekalian nyicil belajar sebelum TO," jawab Fiona sopan.

"Oh ya sudah, sini tanda tangan dulu," ujar bu Laras.

Fiona menulis nama, kelas dan tanda tangannya ke atas buku tanda masuk perpustakaan. Untunglah dia sempat melihat tanda tangan Fiona asli di KTP-nya saat membuka dompetnya kemarin, jadi ia tidak kebingungan.

Setelah Fiona menaruh pulpen ke atas meja, dia menoleh, melihat Raymond memasuki perpustakaan. Laki-laki itu tersenyum untuk menyapanya tetapi dia membalas dengan ekspresi datar saja. Tidak ingin berbasa-basi, Fiona segera masuk ke perpustakaan lebih dalam dan mulai mencari buku-buku.

Fiona sekarang memeluk tumpukan buku yang ia ambil dari beberapa rak sebelumnya. "Kurasa udah cukup," gumamnya.

"Mau gue bantu bawain?" tawar Raymond tiba-tiba muncul.

Fiona berjengit kaget kemudian menghela nafas kesal karena laki-laki itu tiba-tiba muncul seperti setan. Sementara Raymond terkekeh pelan, menurutnya ekspresi terkejut Fiona sangat lucu karena biasanya gadis itu jarang sekali berekspresi, bahkan saat dikagetkan, kejadian ini langka sekali.

"Gak perlu," tolak Fiona kemudian menjauhi posisi Raymond.

"Oke." Raymond memeluk buku miliknya sendiri dan menyusul langkah Fiona dari belakang.

Fiona melihat keberadaan 4 kursi dan sebuah meja lebar di bagian belakang ruangan. Sepi, lumayan tertutup dari mata orang-orang yang mungkin akan masuk ke perpustakaan juga, ciri-ciri tempat yang dia sukai saat belajar di perpustakaan sekolah.

Fiona segera mendudukkan tubuh di salah satu kursi tersebut yang tepat berada di samping jendela. Baru saja tersenyum lega, ia seketika menghela nafas kesal karena Raymond duduk di samping kanannya secara tiba-tiba.

"Ngapain?" tanya Fiona datar.

"Duduk," jawab Raymond menyenderi kursi sambil membuka bukunya.

"Gue lebih fokus belajar sendiri. Bisa lo pindah ke tempat lain?" ujar Fiona.

Raymond menoleh santai. "Gak."

Fiona menatap dingin. "Mau lo apa?"

"Bukannya ada yang harus lo bilang sama gue? Mungkin ucapan terima kasih? Gue udah nungguin sejak kemaren," ujar Raymond tersenyum.

Miss Scapegoat Changed Her Destiny ✔ EndWhere stories live. Discover now