#Zevky Marlon

856 103 8
                                    

  Zevky Marlon, kerap disapa Zevky dan memiliki segudang prestasi akademik, juara satu di kelas, juara umum, dan juaranya dalam hal melukis. Di balik kehebatan, kecerdasan intelektual yang cukup besar Zevky adalah cowok setinggi 175 cm dengan berat badan 53 kg mendapat gelar, atau panggilan khusus di sekolahnya sebagai si culun. Terlahir dari keluarga biasa saja, jika di dapuk dalam urutan kelas ekonomi, keluarga Zevky adalah kelas bawah.

  Panggilan culun adalah hal yang nggak asing di telinga cowok berkulit putih itu, banyak yang mempertanyakan genetik siapa kiranya yang diwarisi Zevky mengenai warna kulitnya itu. Faktanya, Ibu Zevky adalah wanita blasteran Jepang-Indonesia. Masih ada darah suku Dayak di dalam darahnya, karena Neneknya Zevky dulunya adalah gadis dari suku Dayak yang menikah dengan laki-laki Jepang. Tak perlu ditanyakan soal genetik yang diwarisi Zevky, baik atau buruk, nyatanya manusia tetaplah manusia dengan segala bentuk rupa dan warna kulit mereka. Semua orang cantik dan tampan dengan ciri khas masing-masing.

  Zevky merasa panggilan si Culun akan berakhir sekarang, karena dirinya sudah melangkah pelan mengekor seorang Guru wali kelas barunya yang akan mengantarkan dirinya ke kelas baru dan teman baru, ini adalah lingkungan baru. Sekolah di tengah kota, nama sekolah yang saat ini ia masuki adalah Jakarta intercultural school (JIS). Sekolah bertaraf internasional dengan kurikulum IB asal Selandia baru—sekolah yang berada di jajaran dengan biaya termahal di Indonesia.

  Kaki mereka berhenti tepat di depan kelas yang sangat bersih, ruangannya tertutup rapat, ada beberapa jendela tirainya dibuka, namun jendela itu tak dibuka. Zevky menelan salivanya, tangannya terasa dingin dan jantungnya berdegup cukup kencang. Guru wali kelas tersenyum padanya, lalu membuka pintu kelas diikuti Zevky yang melangkah cukup ragu memasuki kelas ini.  Semua mata terarah padanya, kelas ini wangi, sangat bersih—bahkan Zevky tidak melihat kertas atau pun sebilah pulpen ada di lantai.

"Hari ini, kita kedatangan siswa baru. Dia murid pindahan yang akan belajar bersama kalian," Guru itu membuka suara dan semua siswa-siswi yang ada di kelas bungkam tak bersuara, Zevky sendiri yakin ini bukanlah kelas seperti di sekolah sebelumnya, di sini sangat tertib dan disiplin. Zevky menyukainya.

"Perkenalkan diri mu." Guru wali kelas menggeser posisinya, kedua matanya menatap Zevky sembari memberikan  ruang bagi Zevky sendiri untuk menyapa teman barunya.

"Kenalin, gua Zevky Marlon. Kalo males panggil Zevky, panggil aja Zev. Terima kasih." Perlu diketahui, Zevky bukan tipikal orang yang berbelit-belit, dia simpel dan Fleksibel dalam segala hal yang dilakukannya. Urusan kehidupan di dunia ini baginya bukanlah hal yang muluk-muluk namu tak juga mulus.

"Pindahan dari mana lu bro?!" Suara berat dari cowok ganteng kebarat-baratan mempertanyakan asal sekolah Zevky, cowok itu tidak kalah saing soal tinggi badan, perawakannya bagus, besar dan berisi. Rambutnya bergaya pompadour yang sangat cocok untuk bentuk wajahnya, Zevky sendiri cukup kagum melihatnya.

"SMA Negeri Harapan Bangsa." Jawab Zevky dengan lantang dan percaya diri, namun  jawaban itu mengundang gelak tawa seisi kelas ini. Zevky jadi bingung sendiri, kalau dipikir-pikir olehnya tidak ada kalimat yang mengandung lawak untuk mengundang gelak tawa yang terucap dari bibirnya.

Mata Zevky menyusur setiap wajah siswa-siswi yang ada di kelas ini. Semuanya terlihat terbahak-bahak, seolah-olah jawaban tadi adalah lelucon berkelas namun faktanya Zevky merasa selera humor teman-teman barunya ini cukup buruk. Di sela gelak tawa itu, Guru wali kelasnya meminta Zevky segera duduk di bangku kosong paling belakang, bersebelahan dengan cowok kuning Langsat yang memiliki fitur wajah oval dengan under cut slick back sebagai gaya rambut yang sangat cocok untuk bentuk wajahnya.

  Zevky mengangguk patuh, dia segera mengambil langkah melewati siswa-siswi yang masih tertawa, meskipun sekarang sudah cukup reda dan yang terdengar hanyalah tawa kecil. Zevky memperbaiki kaca matanya yang sedikit terulur karena berjalan  menunduk, tiba-tiba saja tangan kanannya ditahan oleh cowok yang menanyakan asal sekolah Zevky.  Mata Zevky menatap penuh pertanyaan dan kebingungan, seisi kelas tiba-tiba dia. Cowok itu mengangkat satu alisnya dan berkata, "Lu yakin nggak salah tempat?"

IT'S I AM HIGH SOCIETYWhere stories live. Discover now