chapter 17: chaste

5.7K 660 68
                                    

setelah makan siang, Jay memutuskan untuk berendam air hangat di bath tub. merilekskan otot-otot tubuhnya, dan yang pasti pikiran. mengingat kembali kenangan yang sudah susah payah ia kubur sedalam-dalamnya karena hujan guntur semalam, membuatnya cukup stress.

"huftt", hela Jay sambil menenggelamkan mukanya sampai di batas mata.

setelah dipikir-pikir, ia tidak pernah menghubungi Jake semenjak kejadian di hotel. saudaranya itu juga tidak mencarinya.

"ah, kok jadi overthinking?", narasi Jay.

karena tidak mau pusing dengan pikirannya sendiri, Jay segera mengeringkan tubuhnya. dirinya berwangi lemon segar saat ini, sepertinya Heeseung cukup narsis. ingat bukan bahwa pheromone Heeseung berbau lemon dengan aroma tajam seperti tequila?

Jay hanya menggelengkan kepalanya pelan. oh tentu saja dirinya lupa membawa baju, takdir memang tidak sudi membiarkannya menjalani satu hari dengan tenang. saat dirinya mandi tadi, Heeseung sedang tidak ada di kamar. jadi, aman kan?

setelah melingkarkan handuk di sekeliling pinggangnya, Jay pun keluar dari kamar mandi. luar biasa, dominant alpha itu sedang duduk di depan meja kecilnya yang langsung menghadap ke arah kamar mandi.

"sudah selesa—", ucapan Heeseung terhenti saat ia melihat tubuh bagian atas Jay tanpa benang sehelai pun.

pinggang ramping Jay, bagian perutnya yang sedikit berotot, bahu bidangnya, dan kedua dadanya yang cukup berisi. rambut Jay yang berantakan serta basah, menambah kesan menariknya. Heeseung tanpa sadar hampir berfantasi liar. libido-nya mulai naik, dirinya langsung menelan ludahnya kasar dan dengan cepat melihat ke arah muka Jay, hanya fokus pada wajahnya saja. ini hal tersulit yang ia lalukan sejauh ini.

Jay cukup malu, terlihat dari telinganya yang memerah. dirinya seperti sedang menggoda, tapi Heeseung tidak mungkin tergoda dengannya kan?

"sudah, tapi aku tidak ada baju", kekeh Jay.

biasanya saat masa heat-nya, pelayan akan mengganti bajunya dengan baju Heeseung. tapi ia tidak tahu dimana Heeseung menyimpan bajunya. buktinya di kamar ini tidak ada lemari.

Heeseung menggeleng pelan, "ah maaf, biar aku ambilkan". alpha itu bangkit dari duduknya dan mengarah ke luar kamar. ternyata di sebelah kamar ini ada walking closet.

ia memilah baju yang akan nyaman dipakai oleh Jay. dirinya pun mengambil celana panjang kain berwarna hitam dan baju putih. semua ini pas di tubuhnya, semoga saja tidak terlalu kebesaran untuk Jay.

Jay melihat tangan kekar yang menaruh baju di atas meja yang ada di samping pintu. ia tersenyum, Heeseung sangat menghargainya. atau tidak ingin melihat badannya?

'kenapa terus-terusan overthingking Jay Shim?!', batin Jay kesal.

ia memakai baju putih yang sangat kebesaran di badannya. untung saja celana panjang itu bisa dilipat serta ada tali dibagian pinggangnya. jika tidak, entah bagaimana nasibnya.

"Heeseung?", panggil Jay dan seketika alpha itu sudah berada di depan pintu, memandang ke arahnya. rupanya Heeseung menunggunya.

"boleh pinjam hp?", tanya Jay.

"kamu mau pulang?", Heeseung malah bertanya balik.

untung saja nada Heeseung tidak seperti mengusir, bila ya, mungkin Jay akan mulai menangis saat ini. menanggapi pertanyaan Heeseung, dirinya mengangguk. dia juga tidak bisa terus menahan Heeseung di sini. ia tahu bahwa dominant alpha itu sangat sibuk. dirinya tidak pernah lepas dari tablet-nya kecuali saat Jay membutuhkan perhatiannya.

inilah pentingnya tidak perlu bertanya bila mengharapkan jawaban sebaliknya. ada secercah harapan bahwa Jay akan berkata tidak. tapi tidak mungkin juga hal itu terjadi.

encounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang