29. Tentang Fakta

8.7K 1.3K 293
                                    

Halo kawan

Dokter Taeil Rembulan tersenyum tipis sembari mengalungkan kembali stetoskopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dokter Taeil Rembulan tersenyum tipis sembari mengalungkan kembali stetoskopnya. Jemarinya tak luput membenarkan sedikit letak selang infus agar tidak mudah tersenggol.

Jaemin mengerjap lemah dan semakin menenggelamkan wajah pada ceruk leher Haechan. Haechan mengusap punggung sang kembaran dengan hati-hati agar tidak mengganggu posisi selang infus yang kini tertancap di punggung tangan Jaemin.

Taeil sudah diberi tahu oleh anak-anak Saga yang lain saat Jaemin masih pingsan, tentang bagaimana sifat dan keadaan yang berubah beberapa waktu belakangan. Bagaimana Jaemin semakin terlihat lemah dari hari ke hari dan semakin sensitif, namun menolak keras mendapat pertolongan medis. Sifat dan pola hidup yang berubah juga tatapan mata yang kosong membuat enam saudara itu semakin khawatir.

"Nata.."

Suara lembut Taeil membuat Jaemin menoleh sedikit pada sang dokter pribadi.

"Sudah mau berbicara?"

Jaemin menggeleng lemah lalu kembali menyembunyikan wajah. Haechan menghela napas dan mengusap kepala sang adik dengan lembut.

Ini yang membuat mereka kebingungan setengah mati. Sejak tersadar dari pingsan dan mendapati keberadaan Taeil di kamarnya, Jaemin enggan berbicara sepatah katapun dan membuat Taeil kesulitan memberi diagnosa jika ia tidak tahu apa yang sang pasien rasakan. Hanya berbekal informasi dari Haechan dan anak Saga lain, Taeil memutuskan untuk memberi infus sebagai pertolongan pertama.

Ini kali pertama Jaemin bersikap kontra terhadap tenaga medis dan menolak apapun yang bertujuan untuk membantunya sembuh. Padahal Jaemin sendiri adalah mahasiswa kedokteran yang seharusnya paham pada kondisi-kondisi tubuh seseorang yang membutuhkan pertolongan. Namun lihatlah sekarang.

"Nana," Haechan berbicara dengan suara kecil. "Nana mau apa? Nanti Echan turutin deh semua keinginan Nana. Tapi ngomong sebentar ya sama Om Bulan? Ngobrol aja gitu."

Jaemin menggeleng, membuat Haechan nyaris menghela napas frustasi.

"Atau mau ngobrol berdua aja sama Om Bulan? Echan sama yang lainnya diluar, jadi Nana bebas ngomong apa aja."

Tawaran yang diberikan Haechan membuat Jaemin nampak bergeming sesaat untuk berpikir. Lalu senyum Haechan terbit saat Jaemin akhirnya mengangguk kecil dan mau melepas pelukannya.

"Nana mau ngobrol berdua aja sama Om Bulan. Kita keluar dulu." Haechan bertitah pada lima saudaranya yang lain. Raut wajah kelimanya seketika mengeruh namun tidak ada protes apapun yang keluar sehingga satu persatu mulai beranjak keluar kamar.

Haechan yang hendak bangun dari kasur, seketika terhenti saat Jaemin mencengkram ujung kemejanya. "Mau Echan."

"Oke Echan di sini." Haechan membatalkan niatnya untuk pergi, lantas membantu Jaemin untuk mengubah posisi menjadi duduk. Haechan bersandar pada headboard dengan tangan kiri merangkul Jaemin yang menyandarkan kepala pada bahunya.

My Stupid Brothers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang