19. Who Are You?

11.5K 1.7K 406
                                    

"Perkiraan lahir kapan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Perkiraan lahir kapan?"

Jaemin mengangguk kecil sembari melangkah memasuki lobi apartemen dengan tergesa, fokusnya penuh pada sambungan di seberang telepon. Ia memencet tombol lift dan menunggu sesaat.

"Bulan depan?" Jaemin mengernyit. "Semua perlengkapan udah kebeli kan?"

Kakinya mengetuk lantai dengan tak sabar. Lift turun lambat sekali, sedangkan kini sudah tiga orang yang menunggu termasuk Jaemin sendiri. Dua wanita di belakangnya asyik berghibah sesuatu dengan tawa nyaring. Tipikal ibu-ibu sosialita.

"Ya terus?" Jaemin memutar bola mata kala mendengar jawaban ditelinganya. "Terserah lo aja. Beli barang yang menurut lo penting bukan cuma buat sebulan atau dua bulan tapi sampai jangka panjang yang menahun. Inget, lo cuma tinggal berdua sama tuh bayi. Tugas gue cuma ngasih kalian tunjangan hidup, bukan teman hidup."

Suara wanita di seberang sana menjawab lirih.

"Pokoknya kalau ada apa-apa, langsung ke rumah sakit gue aja."

Lift terbuka bersamaan dengan Jaemin yang mengakhiri telepon singkatnya. Kakinya melangkah masuk dengan kepala tertunduk pada ponsel. Setelah menekan tombol 16 bergantian dengan dua wanita yang ikut bersamanya, Jaemin menyandarkan tubuh pada sisi lift dengan fokus tak terpecah.

Ting!

Jaemin melirik, ternyata ia baru sampai pada lantai 4. Ia kembali fokus pada ponsel dan mengabaikan orang lalu lalang yang masuk dan keluar lift secara bergantian sepanjang jalan menuju lantai atas. Ketika sampai di lantai 16, Jaemin melangkah keluar dengan buru-buru karena Hyunjin sudah sangat berisik di chat mengenai presentasi mereka.

"Bodoh banget sampe laptop aja lupa dibawa." Gerutu Jaemin sebal. Ia melupakan laptopnya di unit sementara ia ada presentasi kelompok hari ini, membuat Hyunjin nyaris menendang Jaemin jika tidak sayang nyawa.

Ia tidak menyadari ada langkah kaki dibelakangnya karena terendam oleh lantai yang berlapiskan karpet. Ketika Jaemin menutup pintu unit dengan agak keras, kaki berlapis sepatu kets yang mengikuti sang putra Saga berhenti tepat di depan pintu dengan nomor unit 1613.

Setelah melihat sekeliling, pria jangkung itu tersenyum puas dan kembali melangkah santai meninggalkan unit Jaemin. Telunjuknya menekan tombol lift guna mencapai unitnya sendiri yang hanya berbeda dua lantai. Pintu lift yang terbuat dari kaca membuat pria itu bisa melihat dengan jelas refleksi dirinya sendiri yang tengah tersenyum miring.

Tangannya naik untuk merapikan sisi rambut yang sebenarnya masih rapi itu. "Ah, Lucas Hasibuan memang yang paling tampan."

••••

"Pulang ke rumah yaaaaa?" Haechan memeluk Jaemin dari depan dan menumpukan dagunya di pundak sang adik kembar. "Gue kangeeeeennnn. Lo betah banget sih nginep di rumah Felix." Cibirnya.

My Stupid Brothers ✔Where stories live. Discover now