Zea menyeruput teh sambil duduk di samping Ibunya.

"Apa ini, apa kalian bertengkar? Arkan menghubungiku terus menanyakan kabarmu." ucap Tazkia yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Zea.

Ibu langsung menatap Zea, penasaran dengan apa yang dikatakan Putri bungsunya.

"Ah tidak, bukan apa-apa. Bu, aku tidur dulu." ucap Zea.

Ibu hanya diam dan menatap putrinya itu dengan tatapan sendu, kemudian menarik tangan Tazkia agar ikut keluar bersamanya.

Saat mereka baru saja keluar dari kamar Zea, Ibu langsung berlari saat mendengar suara dentuman keras dari kamarnya. Tazkia ikut berlari dan melihat apa yang terjadi.

Betapa terkejutnya mereka setelah melihat Ayah sudah terbaring di atas lantai.

"Zea!!! Kak Zea!! " teriak Tazkia.

Sedangkan Ibu sudah menangis dan memangku suaminya.

Zea yang mendengar keributan itu langsung keluar dari kamar dan berlari kekamar orang tuanya untuk melihat apa yang terjadi.

"Ayah, ada apa ini? " tanya Zea.

"Pamanmu, sepertinya dia menggunakan sertifikat rumah kita dan menggadaikannya. Lihatlah ini, Ibu mendapatkan ini ditangan Ayahmu." ucap Ibu.

"Ayo bawa Ayah kerumah sakit dulu Bu." ucap Zea kemudian membantu Ibunya dan Tazkia membawa Ayahnya memasuki mobil.

Zea kemudian langsung melajukan mobilnya menuju jalanan menuju rumah sakit.

***

Setibanya dirumah, Reza langsung mengentikan langkahnya saat melihat Ayah dan Ibunya yang duduk di ruang tamu sambil menatapnya.

"Jangan bermain-main, waktumu tinggal sedikit. Cari pasanganmu sendiri atau Ayah yang akan mengurusnya." ucap Ayah.

Reza tersenyum kemudian memasuki kamarnya.

Ibu langsung berdiri dan menatap suaminya.

"Bukankah itu berarti dia sudah menemukan pasangannya? Dia tersenyum." ucap Ibu.

"Bocah tengik itu juga akan tersenyum saat dia sedang marah, kau tidak bisa menyimpulkannya begitu saja." jawab Ayah.

Tatapan Ayah dan Ibu kemudian tertuju kepada Asraf yang baru keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur, kemudian meminum air dan kembali berjalan ke kamarnya

"Oii!! Kau pikir kami ini pengurus panti? Kenapa kerjamu hanya makan tidur dan tidak melakukan apapun hah?! " ucap Ayah.

Asraf langsung terkejut mendengar suara Ayahnya.

"Kenapa Ayah tidak memberitahu kalau sedang ada disitu, aku terkejut." jawab Asraf.

"Dasar bocah." ucap Ayah dan ingin memukul Asraf.

Namun, Asraf sudah lari dengan kencangnya menuju kamarnya.

"Yang satu gila kerja, yang satu gila main. Aku benar-benar beruntung punya anak." ucap Ayah kemudian masuk ke dalam kamarnya.

***

Ayah Zea langsung dilarikan kerumah sakit dan ditangani oleh Dokter, Zea, Tazkia dan Ibunya sudah menunggu di luar ruangan. Tiba-tiba Arkan berlari menghampiri Zea dan berdiri di hadapan Zea sambil mencoba mengatur nafasnya, Zea merasa terkejut melihat kedatangan Arkan, dari mana pria itu bisa tau keadaan Ayahnya. Melihat Zea yang kebingungan, Tazkia langsung menatapnya dan bicara.

"Aku yang meneleponnya, kupikir dia harus tau mengingat hubungan kalian yang sudah lama." ucap Tazkia.

"Bisakah meminta izinku dulu tentang itu? " ucap Zea kesal.

Karena tidak ingin melihat Ibu semakin khawatir, Zea menarik tangan Arkan untuk pergi menjauh dari keluarganya, agar mereka bisa berbicara dengan nyaman.

"Bagaimana keadaan Ayah? Apa dia baik-baik saja? Kudengar Pamanmu penyebabnya." ucap Arkan.

"Itu bukan urusanmu, sekarang pergilah dan jangan pernah mengurus tentang kehidupanku lagi. Hubungan kita sudah berakhir." ucap Zea.

"Zea, kamu gak bisa mutusin aku secara sepihak kayak gini, aku masih Cinta sama kamu. Aku khilaf Zea, aku salah, jadi aku mohon kasih aku kesempatan." ucap Arkan.

Zea tidak menghiraukan ucapan Arkan dan berjalan pergi, namun Arkan langsung menarik tangan Zea dan ingin memeluknya, namun tiba-tiba, sebuah tangan datang dengan cepat dan menahan tangan Arkan untuk memeluk Zea.

Tatapan mata Arkan langsung tertuju kepada orang yang menahan tangannya, begitu pun dengan Zea yang ikut terkejut.

Hey BoyWhere stories live. Discover now