Bagian 4

223 24 0
                                    

"Tidak, bukan begitu maksudku. Biasanya kamu lebih suka ke tempat yang tidak memakan waktu banyak dan tidak jauh seperti disini." ucap pria itu.

"Aku hanya ingin menikmati suasana baru dan ternyata malah melihat sesuatu yang sangat-sangat tidak kuduga. Sudah berapa lama kau begini Arkan? " ucap Zea.

"Zea aku." ucap Arkan kemudian ingin memegang tangan Zea, namun Zea langsung menjauh agar Arkan tidak dapat menyentuh tangannya.

Zea kemudian menatap gadis yang berdiri di samping Arkan, gadis itu hanya tertunduk.

"Apa kau mengetahui kalau dia punya pacar? " tanya Zea kepada gadis itu.

Gadis itu mengangguk pelan.

"Haha kau masih meneruskan hubungan saat tau dia punya pasangan, kalian sungguh gila. Oii!! Kau tau? Seseorang yang sudah punya pacar dan malah mengincarmu itu berarti dia bajingan, dia tidak akan berubah dan akan terus saja begitu. Setelah dia bosan denganmu, dia akan mencari simpanan lainnya, begitulah seorang bajingan melakukannya." ucap Zea sambil menatap Arkan dan gadis itu secara bergantian.

"Zea maafkan aku, aku bersalah. Aku akan melepaskannya, tapi jangan marah padaku. Aku akan berubah dan tidak akan melakukan ini lagi, bukankah kamu ingin kita menikah? Ayo menikah Zea, jadi maafkan aku." ucap Arkan.

"Waw, bukankah dia terlalu jahat untuk mengatakan itu." ucap Nasha yang duduk di samping Reza.

"Menikah? Kau pikir aku akan menikahimu setelah seperti ini? Bahkan untuk berhubungan denganmu lagi aku tidak sudi. Kesalahan lain mungkin masih bisa diperbaiki, tapi kalau berselingkuh, akan sulit untuk mengubahnya." jawab Zea kemudian menarik tasnya dan berjalan pergi.

Arkan langsung berlari ingin menarik tangan Zea, namun Zalfa sudah berdiri di hadapan Arkan dan menyiramkan segelas air ke wajah Arkan.

"Aku tau Zea tidak suka kekerasan, karena itu dia menahan dirinya untuk melukaimu padahal kau sudah sangat menyakitinya. Kita saling mengenal dari SMA Arkan, tapi tidak kusangka kau akan seburuk ini." ucap Zalfa kemudian berjalan pergi mengejar Zea.

Arkan langsung memukul-mukul kepalanya karena merasa kesal, marah dan menyesal. Dia tahu kalau Zea lah gadis yang di cintainya, tapi keinginannya untuk terus bermain dengan wanita lain membuat hubungan mereka hancur.

Reza tersenyum kemudian menyeruput minuman yang ada di hadapannya.

"Daiyan, pesanlah apa yang ingin kalian makan, aku akan membayar semuanya." ucap Reza.

Nasha langsung menatap Reza heran, dia bertingkah seperti dia sedang bahagia.

"Kenapa tiba-tiba melakukan itu? " tanya Nasha.

"Hmm? Ah, karena aku tadi menang dalam balapan, pesanlah." jawab Reza kemudian menatap kearah Zea yang masih terlihat memasuki mobil.

***

"Kau yakin akan pulang sekarang? Kondisimu tidak memungkinkan." ucap Zalfa.

"Aku harus pulang, jika tidak itu akan lebih mencurigakan." jawab Zea.

"Aku akan bilang pada Bibi kau menginap dirumahku membantuku mengerjakan sesuatu, bagaimana? "

"Tidak, aku juga butuh waktu sendiri." jawab Zea.

Mau tidak mau akhirnya Zalfa hanya bisa mengikuti kemauan sahabat nya dan mengantarkan Zea pulang kerumahnya.

Setibanya dirumah, Zea langsung memasuki kamarnya dan mengganti pakaian. Ibunya kemudian masuk ke kamarnya dengan membawakan secangkir teh.

"Kau baru saja dari luar, minumlah teh hangat ini agar tidak masuk angin." ucap Ibu.

"Terima kasih Bu." jawab Zea sambil tersenyum.

Hey BoyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora