04

4.7K 413 116
                                    

Yeyy aku up^^

Sebenernyasih masih males banget buat ngetik, tapi ngeliat kalian yang komen jadi semangat ngetij^^

Please jangan terlalu berekspektasi tinggi sama cerita ini:))

Jangan lupa vote+comen yang banyak biar aku semangat!

I love you<3








****

Hembusan semilir angin menerpa wajah cantik Abel, suara kendaraan terdengar mengalun di telinganya, matanya pun tak lepas dari orang-orang yang sedari tadi berlalu larang di sekitaran taman.

Maklum saja, ini malam minggu tidak heran jika banyak muda-mudi sedang berkencan, bahkan Abel saja sampai ingin memuntahkan isi perutnya melihat manusia-manusia alay ini.

"Mata gue sampe sakit gini liat orang pacaran," monolog Abel dengan kesal.

Menurut Abel, mereka sangat kejam membiarkan sang jomblo merana karena perbuatan mereka.

"Anjing emang," ucapnya lagi ketika melihat dua orang manusia berpelukan, seakan mereka baru saja saling bertemu.

Abel datang ke taman bermaksud mencari udara segar juga menghilangkan suntuk malah di suguhi pemandangan yang bikin sakit mata, dia 'kan jadi merasa iri.

Mari di ingat kembali, Abel rasanya tidak pernah di ajak malam mingguan oleh Abi, manja-manjaan saja rasanya kurang sekali, jika ingat dengan laki-laki bernama Abi itu rasanya tidak ada kenangan yang benar-benar manis.

"Kapan gue ketemu anak gue?" tanya Abel dengan menatap langit malam yang di taburi bintang-bintang.

"Abu bilang, anak gue masih hidup tapi ... kenapa gelagat Abu rada aneh, ya?"

Abel tidak bodoh untuk sadar bagaimana gelagat Abu saat di cafe tadi, dia seperti tengah menutup-nutupi sesuatu darinya tapi apa.

Tiba-tiba Abel mengingat nomor yang Abu berikan padanya tadi, dengan segera dia membuka ponsel dan menghubungi nomor yang Abu berikan tadi.

"Hallo? Siapa ini?"

Senyum Abel mengembang mendengar suara sahabat seperjuangannya, sebenarnya dia jijik mengatakannya, tapi demi apapun dia sangat merindukan sahabatnya yang satu ini.

"Hallo? Woy! Lo budek, hah?!" teriak orang di sebrang sana membuat Abel terkekeh pelan.

Ternyata sahabatnya yang satu ini tidak pernah berubah, yap dia adalah Laura.

"Woy jawab! Lo pasti orang yang suka hipnotis 'kan? Gue tahu siasat lo, gak mempan buat gue!" cerocos Laura.

"Laura," ucap Abel dengan jantung yang berdegup kencang.

"Heh siapa nih? Lo kenal gue?!"

"Gue kangen sama lo," ucap Abel dengan tulus.

Sedangkan Laura di sebrang sana sudah memandang aneh ponselnya, dia jadi bergidig ngeri membayangkannya. "Amit-amit! Gue masih normal, ya?! Lo kalo suka sama gue please lah, gue masih demen laki!"

Raut wajah Abel langsung berubah datar mendengar apa yang Laura katakan, dia kira Abel sudah belok?

"Goblok! Gue masih normal, lo emangnya gak kangen sama gue, hah?!" tanya Abel dengan sewot.

"Lo siapa? Jangan bikin gue penasaran! Gue gak kenal lo, suara lo juga gue gak kenal," balasnya penuh penekanan.

Jika seandainya Laura ada di hadapannya sekarang, bisa di pastikan Abel akan memukul Laura dengan kencang saking emosinya.

Second Life (Sequel A2)Onde histórias criam vida. Descubra agora