•••Akhir•••

Start from the beginning
                                    

"Huff, gini amat,"

Athira diam, dia harus memakan sesuatu tapi di sini semuanya sibuk. Tapi beruntungnya ada Gia yang menghampirinya.

"Aunty, ini dari Abi Saddam," ujar Gia memberikan sebuah nampan kecil berisi segelas susu coklat dan roti.

"Aaah, gak berat sayang?" tanya Athira mengambil alih nampan itu.

"Enggak, Gia kan kuat,"

"Ayo duduk di samling Aunty, nanti Aunty kasih rotinya,"

"Iyaa,"

Athira tersenyum saat membaca surat diatas nampan itu.

"Sayang maaf yah rada telat, aku ada kerjaan. Gak bisa datengin kamu, jadinya lewat Gia"

"Aunty bentar lagi Dedeknya lahir yah?" tanya Gia menyentuh perut Athira dengan jari telunjuknya.

"Iyaa, sebentar lagi. Nanti Gia punya adik,"

"Gia mau adik laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan, biar bisa main sama Gia,"

Athira diam, memori di otaknya memutar waktu dimana dia dan Saddam bertengkar jenis kelamin anak mereka.

Flashback On

"Aa' mau anak cewek atau cowok?"

"Cewek,"

"Athira maunya cowok,"

"Aa' maunya cewek, biar bisa Aa' manja-manjain,"

"Tapi aku maunya cowok, nanti pasti ganteng kayak Abinya,"

"Cewek,"

"Cowok,"

"Cewek,"

"Yaudah anak kita kembar cewek, cowok," cicit Saddam.

"Ishh,"

"Biar adil sayang,"

Flashback Off

"Aunty jangan ngelamun," tegur Gia menarik ujung baju Athira.

"Aunty cantik kayak Bundanya Gia, pakai tutup muka,"

"Gia lebih cantik, imut, lucu," cicit Athira mencubit pipi gembul Gia.

"Aunty aku main dulu yah, dah Aunty," pamit Gia berlari menjauh.

"Hati-hati sayang,"

•••

Hari sudah sore, rumah keluarga Dalbert pun sudah sepi hanya tersisa beberapa orang. Sedangkan ibu hamil itu sedang tertidur di atas sofa. Sepertinya dia kelelahan. Saddam meliriknya, dia merasa tak tega untuk membangunkannya.

"Tinggal bangunin aja, sini gue bangunin. A-"

Saddam menutuo mulut Irgi, "Suut, jangan bangunin,"

"Lepasin dulu tangannya," gumam Irgi terdengar sedikit tidak jelas.

Saddam melepaskannya, lalu beralih ke Athira. Dia berniat untuk menggendong Athira ke mobil. Dia akan membawa Athira pulang, dengan keadaan dia tertidur pulas.

"Bilang ke Mami, kita pulang yah. Maaf gak bisa bilang langsung," bisik Saddam kepada Irgi.

"Iyaa, hati-hati adik Ipar,"

Setibanya di dalam mobil, Saddam langsung meletakkan istrinya itu di samping pengemudi secara perlahan. Athira itu ibarat sebuah berlian, yang harus dijaga dan dirawat secara lembut agar tidak rusak.

Impian Athira Where stories live. Discover now