10 ೫ Pancingan?

136 19 10
                                    

ထ • • ೫ • • ထ

Gue nggak akan berubah asal lo jangan temuin cowok manapun, termasuk cowok itu. Tau kan maksud gue siapa...?

Setelah memberi pesan agar lelaki itu tidak berubah saat di Sekolah, Alfa justru menekankan  peringatannya pada Viola agar tidak bertemu lelaki manapun. Atas dasar apa Alfa mengekangnya bagai terkurung di sangkar emas, mustahil kan Alfa ada rasa cemburu jika Viola bersama lelaki lain.

Setelah pikiran menghilang sejenak, ia kini memilih sepatu yang akan ia pakai untuk Sekolah. Lalu teringat jika ayahnya besok akan pulang. Ayahnya pergi saat ia sedang mengurung diri, namun sekarang dirinya sudah membaik walaupun tidak melupakan kejadian itu. Bahkan belum bisa berbaikan dengan dirinya sendiri untuk memaafkan Alfa, mungkin bagi banyak orang ini hanya hal sepele tapi tidak untuk dirinya.

Siap untuk berangkat, ia baru saja membuka gerbang rumahnya dan ada sosok tegap yang membuatnya terkejut.

"Gue nggak tau caranya manggil nama lo."

Viola mengerjapka mata tidak percaya, sejatinya Alfa hanya malu mengatakaan sejujurnya jika lelaki itu malu. "Kamu nggak bisa nelfon?"

Mendengar pertanyaan balik Viola yang membalasnya membuat matanya malas, susah payah ia mencari alasan. Tanpa berniat untu membalasnya ia mengalihkan dengan pertanyaan lagi, "Bisa buka pintunya kan? Yaudah cepet masuk."

Setengah perjalanan Alfa justru mengarahkan mobilnya kearah yang lain, tidak mungkin Alfa melupakan jalan ke Sekolah. Lalu ia teringat ini jalan menuju rumah Fafa, dulu ia sering melewati jalan ini namun sekarang terasa asing sekali. 

"Gue orangnya adil, karna lo sama Fafa itu milik gue jadi satu dijemput yang satu lagi juga harus gue jemput. Lo nggak keberatan kan?" Alfa tanpa sedikit pun menjelasan dengan polos pada Viola. "Nanti lo pindah kebelakang ya, gue takut Fafa nggak mau ikut."

"Sebenarnya kamu sama Fafa itu masih ada hubungan? Terakhir kali Fafa pernah cerita kalo dia pindah Sekolah karna mau menghindar dari mantan pacarnya, itu kamu kan?"

"Mantan? Gue sama Fafa belum putus. Dia yang pergi gitu aja tanpa jelasin apapun. Kalo lo, kenapa bisa jauh sama Fafa bukannya dulu kalian sahabat."

"Eum.. Iya, cuma sebentar. Aku nggak bisa temanan sama siapapun, aku nggak bisa jadi temen yang baik. Tapi Fafa murid pindahan mau jadi temen aku, dan aku bisa ngerasain gimana rasanya punya temen. Karna dari dulu aku cuma Levi. Tapi baru beberapa hari Fafa mulai berubah, awalnya aku kira mungkin suasana hati Fafa lagi buruk dan setelah itu Fafa jauhin aku. Mungkin emang dunia ngelarang aku buat temenan sama siapapun."

Alfa terlihat cuek, tapi sejujurnya ia mendengarkan dengan detail penjelasan dari Viola. "Bukan lo yang nggak diizinin buat berteman, tapi dunia nggak mau kalo cewek cantik temenan sama orang yang salah." Tapi cukup senang Viola membuka dirinya, walaupun ia belum meminta maaf.

"Maksud kamu Fafa orang yang salah buat aku?"

"Hah?! NGGAK JUGA."

"Kalo menurut Levi, Fafa itu nggak suka karna aku banyak suka.." cukup ragu untuk mengatakannya hal itu membuat suara Viola mengecil. 

"Perasaan cantikan Fafa." balas Alfa tidak mau kalah.

"Cuma kamu yang bilang gitu." Viola kembali menjawab dengan tawa kecil membuat Alfa berdecak.

Hening kembali, dan Viola mengingatnya lagi, "Atau Fafa nggak kuat temenan sama aku..?"

"Maksudnya?"

"Karena sesudah deket sama aku banyak gangguan yang Fafa alamin. Sedangkan setelah menjauh Fafa punya banyak teman."

"Secara nggak langsung lo mikir kalo orang-orang nggak mau lo temenan sama siapapun?!" Kini Alfa mulai tertarik dengan kisah simpel Viola.

LilacWhere stories live. Discover now