05 ೫ Pemenang ++

383 25 6
                                    

ထ • • ೫ • • ထ

"Lo gak takut sama gue?" Alfa menoleh kearah Viola.

Viola menatap mata Alfa, mata penuh makna. Ia mulai merasakan aura tidak enak. Alfa menatapnya dengan lekat, itu membuatnya lebih ketakutan.

"Gue dapet kode bukunya." Alfa melangkahkan kakinya pada jajaran rak buku yang menjulang tinggi, ia melangkah pada rak yang pojok.

Viola mengikutinya.

"Ini ada banyak, mau bawa semua atau mau lo pilih?"

Viola melihat arah tatapan Alfa, lalu Alfa kembali menatapnya aneh.

"A-aku pilih dulu."

"Gue tunggu." Alfa menyentuh jajaran buku didepannya dengan penuh tatapan datar. Ini seperti bukan Alfa saat di Sekolah.

"Gue mau cerita, entah lo mau denger atau gak." Alfa melirik pergerakan Viola yang langsung berhenti. "Dulu gue paling males ke perpus ini, tapi setelah tau ruangan ini punya banyak rahasia, perpus ini jadi salah satu tempat favorit gue. Lo mau tau rahasia perpus ini?"

Viola menegukkan salivanya.

Alfa terus menerus menatap deretan buku didepannya. "Sebelah sini." Alfa seperti ingin mengambil suatu buku, namun ternyata dugaannya salah. Lelaki itu mengarahkan tangannya pada sesuatu, dan Viola tidak melihat itu.

"Ini..." Dengan nada rendah, Alfa menjeda kalimatnya. "Ruang bermain gue." Alfa menyeringai.

Rak buku menjulang tinggi itu tergeser, sebuah pintu besi ada dibaliknya. Viola langsung lemas melihatnya, ia sangat takut dengan maksud Alfa yang belum ia mengerti.

"Mau liat dalemnya?"

Alfa gila.

"Aku mau pulang, Alfa."

Alfa membuka pintu besi itu tanpa menyentuhnya, setelah pintu itu terbuka. Menampakkan deretan tangga hitam dalam kegelapan. Tanpa menoleh Alfa menahan lengan Viola yang hendak pergi, ia dengan tega mendorong Viola kearah tangga.

Viola terjatuh, berguling menuruni tangga. Tubuhnya terasa remuk dan terbujur kaku. Matanya mengarah pada Alfa disana. Air matanya mengalir tanpa ia sadari.

"Ayah... Viola takut.." lirihnya tanpa memedulikan sakit disekujur tubuhnya, semuanya menjadi satu ketakutannya pada Alfa.

Diatas sana Siluet Alfa sungguh menakutkan, Alfa mulai mendekat setelah rak dan pintu besi itu tertutup, kini hanya ada kegelapan disana.

"Viola, ayo kita bermain."

Jika saja Viola langsung pulang tepat waktu, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Viola hanya bisa menyesali semuanya, ia tidak tau kenapa Alfa mengincarnya. Apa krena dirinya yang terlalu sombong untuknya?

Viola bergerak mundur, tidak ada jalan keluar. Lalu memekik saat Alfa menginjak pergelangan kakinya yang terkilir. Matanya yang berkaca-kaca sudah mengeluarkan bulir airmata.

"Alfa... Sakit..."

"Bangun!" Alfa menyeret Viola memasuki lorong lebih dalam dimana ada sebuah pintu berwarna hitam, Alfa membukanya dan membawa Viola masuk. Sebuah ruangan semacam unite studio Apartemen, dimana ada ranjang dengan kamar mandi didalam dan dapur serta sofa, semuanya ada dalam satu ruangan.

LilacWhere stories live. Discover now