Chapter 33: The Truth

9.8K 2.2K 145
                                    

Yuhuu update😍😍

#Playlist: Kintani - Titip Rindu Buat Ayah (Cover lagu Ebiet G Ade - Titip Rindu Buat Ayah)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Playlist: Kintani - Titip Rindu Buat Ayah (Cover lagu Ebiet G Ade - Titip Rindu Buat Ayah)



Gempar tidak pulang ke rumah. Dia sudah izin sama orangtuanya untuk menjaga Mint di rumah sakit. Ketiga kakak Mint pulang, begitu dengan Maya. Mereka akan datang lagi esok hari. Hanya tersisa Salty, yang kebetulan sedang pulang mengambil pakaian Mint. Keluarga Mint memberikan kesempatan padanya untuk menemani seharian penuh. Lagi pula besok libur. Gempar tidak perlu terburu-buru pulang.

Di kala lapar menyerang, Gempar makan di luar lebih dahulu. Mint sudah tidur jadinya dia berani keluar kamar. Setelah kenyang Gempar bergegas kembali ke kamar Mint.

Saat membuka pintu dengan pelan, Gempar menyadari ada pria yang tengah berdiri di samping tempat tidur Mint. Dia tidak dapat melihat wajahnya karena pria itu memunggungi pintu. Yang dapat Gempar lihat hanyalah punggungnya.

Walau tidak bisa melihat wajah, Gempar dapat mendengar suara isak tangis yang tertahan. Selain itu, Gempar dapat melihat kepala pria itu tertunduk dan satu tangannya menggenggam tangan Mint yang diinfus. Gempar yakin akan satu hal bahwa pria itu adalah Lukman, ayahnya Mint. Postur tubuh kakak-kakaknya Mint berbeda dari pria itu. Dan semua keyakinannya terjawab dengan satu kalimat.

"Maafin Papa, Mint. Maaf. Papa nggak bisa menjadi ayah yang melindungi kamu. Papa orang yang buruk."

Dari kalimat itu Gempar menangkap getar dan kesedihan yang amat dalam. Gempar tahu hubungan Mint dan ayahnya tidak baik, tapi melihat bagaimana Lukman datang dan menangis, dia yakin ada hal yang tidak pernah terjabarkan.

"Maafin Papa..." Lagi, suara itu berucap pelan dengan nada lirih.

Diam-diam Gempar mengabadikan momen itu dalam potret kamera ponsel. Setelah selesai Gempar menutup pintu pelan-pelan, membiarkan sang penjenguk menghabiskan waktu dengan Mint.

Belum seberapa jauh, Gempar mendengar panggilan dari belakang. Kontan, dia berhenti dan menoleh ke belakang dan menemukan Lukman.

"Malam, Om," sapa Gempar dengan senyum tipis.

"Malam, Gempar. Kamu tadi..." Lukman menghentikan kata-katanya, menunjuk pintu kamar yang merawat putrinya.

Seolah paham maksudnya Gempar langsung mengangguk. "Iya, tadi saya mau masuk. Berhubung ada Om jadinya saya nggak jadi masuk. Kalo Om masih mau jenguk Mint, nggak apa-apa. Saya tunggu di ruang tunggu."

"Om udah selesai. Boleh kita bicara?"

"Boleh, Om."

Gempar mengikuti Lukman dari belakang. Sebelum pergi Gempar sempat menitipkan pada suster yang berjaga--yang mana kebetulan kamar Mint berada di depan tempat para suster memantau.

Mint (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang