19

1K 127 2
                                    

happy new year everyone!
oke, ini hadiah tahun baru.
gatau cerita ini ada yang nunggu
atau tidak tapi,
maaf banget baru update sekarang.
idenya bener bener lagi mampet,
gatau apa yang mau di tulis.
tapi ya, ini dia.
so, happy reading guys!

Is He Mine?

Kalian boleh berpikiran yang aneh-aneh tentang kedekatanku dengan Draco belakangan ini. Karena memang aku sering sekali menghabiskan waktu berdua dengannya. Bahkan ketiga temanku pun heran mengapa aku selalu menghilang saat sedang berkumpul. Ya, bukan salahku juga. Itu semua salah Draco yang selalu seenaknya menarikku seusai kelas dan membawaku ke tempat-tempat yang dia mau. Dia sama sekali tidak mengizinkanku untuk bersenang-senang dengan ketiga temanku. Ya, bukan Draco Malfoy jika dia tidak seenaknya.

Aku sedikit bersyukur setidaknya aku tidak satu asrama dengannya, jika saja aku masuk Slytherin mungkin nasibku akan benar-benar malang. Bayangkan saja setiap hari harus bertemu dengannya di kelas, koridor, bahkan asrama--kalau-kalau aku masuk Slytherin tapi untungnya tidak.

Kalian tahu, aku masih benar-benar tidak habis pikir bahwa manusia pirang itu menyukaiku. Walau ku akui aku menyukainya lebih dulu tapi, aneh rasanya mengetahui bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Maksudku, dia tampan dan pintar, mengapa harus menyukai gadis Gryffindor sepertiku? Akan lebih baik bila dia menyukai teman seasramanya. Ugh, entahlah.

Rasanya karena belakangan ini selalu bersama dia, perasaanku jadi tidak terkendali. Kadang rasanya aku merasa bahwa dia adalah milikku, tapi aku sadar dia sama sekali tidak pernah menjadi milikku. Memang pada dasarnya aku yang terlalu bodoh.

"Chris?" Ah, suara itu lagi. Acara melamunku sore ini lagi-lagi harus terganggu karena kedatangannya. Kenapa sih dia muncul terus?

"Kenapa?" tanyaku tanpa ingin melihat wajahnya.

"Apa yang kau lakukan sendirian di sini?" Dia bertanya dengan nada keheranan. Ya, aku akui tempat ini sangat sepi untuk seorang gadis duduk sendirian sambil melamun sepertiku.

"Melamun, apa lagi?"

Setelah mendengar jawabanku itu, dia ikut duduk bersamaku di hamparan rumput yang luas itu. Kalian ingat tempat di mana Hermione memukul Draco saat tahun ketiga? Entah apa yang membawaku sampai aku duduk di sana seorang diri. Tidak, aku tidak meninggalkan teman-temanku. Lebih tepatnya, aku kehilangan mereka. Makanya aku berakhir di tempat ini. Asal kalian tahu saja, pemandangan dari sini itu indah, lho.

"Kau itu memang suka sekali melamun, ya?"

"Memangnya kenapa kalau aku suka?"

"Ya tidak apa-apa, tapi kau kelihatan lebih cantik kalau melamun."

Lihat? Dia mulai lagi. Setiap hari hanya kata-kata seperti itu yang aku dengar asal tahu saja. Bukannya capek mendengarnya, tapi kalian tahu kan kalau kata-kata seperti itu tidak baik untuk kesehatan jantung seseorang. Apalagi orang itu adalah aku.

"Berhenti berkata begitu, Malfoy," kataku malas.

Entah kenapa dia hanya diam saja. Biasanya dia akan protes jika aku bilang seperti itu. Karena bingung, aku akhirnya berbalik menatapnya. Dan jebakan. Dia menatapku sedari tadi ternyata.

"K-Kenapa?" tanyaku gelagapan begitu bertemu tatap dengan dirinya.

"Boleh aku katakan sesuatu?" tanyanya dengan raut wajah serius. Dan aku benci itu.

"Silahkan," kataku ragu. Aku tidak ingin mendengar hal-hal yang aneh.

Dia sempat memutuskan kontak mata denganku. Menatap rumput hijau yang kami duduki. Tapi sesaat berikutnya dia kembali menatapku. Ah, mata itu selalu jadi kelemahanku. Jantungku mendadak berdegub dengan kencang.

REDAMANCY || Draco MalfoyWhere stories live. Discover now