8

1.3K 144 1
                                    

Hogsmeade

Untuk merealisasikan rencana Hermione beberapa waktu yang lalu, bahwa kami membutuhkan guru untuk pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, gadis itu mengajak kami pergi ke Hogsmeade hari ini. Walau pun salju turun dengan begitu kencang, tapi kami berempat nekat menerobos keluar dari Hogwarts.

Awalnya aku sedikit malas untuk keluar dari Hogwarts karena udara begitu dingin. Tapi karena ancaman Hermione tentang aku yang tidak akan mendapatkan kesempatan di ajar oleh Harry, jadinya aku mengalah.

Harry belum mendengar rencana Hermione sama sekali sebelumnya. Dia baru mendengar soal itu hari ini dan langsung melayangkan protes. Membuat aku agak pusing mendengar ocehannya sepanjang perjalanan menuju Hogsmeade ini. Ingin ku sumbat dengan salju tapi aku tidak sejahat itu. Jadi aku berusaha menahan kekesalanku saja.

"Jangan gila, Hermione. Siapa yang ingin di ajar olehku? Kau lupa, mereka bahkan menganggapku gila!" Harry masih memprotes bahkan ketika kami hendak memasuki sebuah pub kecil.

"Kita tidak akan tau kalau tidak mencobanya, Harry." Hermione menghela napasnya, aku tahu dia juga lelah mendengar ocehan Harry.

"Tidak akan ada yang mau, Hermione."

"Harry, kau berisik sekali! Kalau mereka tidak mau, aku mau kok. Kau bisa menjadi guru kami saja kalau mereka tidak tertarik," kataku mencoba untuk membungkam mulutnya yang cerewet itu.

"Tapi--"

"Sudahlah, Harry. Setidaknya kau lebih baik dari wanita berwajah kodok itu," kata Ron menyembulkan kepalanya dari balik punggung Harry. Aku setuju sekali dengan perkataan Ron, setidaknya Harry lebih baik dari profesor sinting itu.

Ku dengar Harry menghela napasnya, pasrah karena ketiga temannya ini tidak mau mengalah sama sekali. Biarkan saja. "Kalau begitu, siapa yang akan kita temui?"

"Hanya beberapa orang," kata Hermione kemudian membuka pintu pub yang berada dj hadapan kami.

Ketika masuk ke dalam, aku langsung mengernyit. Pub ini seperti bangunan terbengkalai asal kalian tahu. Kayunya sudah reyot, bahkan aku takut akan rubuh sebentar lagi. Padahal banyak tempat yang bisa di pakai untuk pertemuan, tapi kenapa harus di tempat ini?

"Mione, tidak adakah tempat yang lebih layak?" tanyaku dengan nada memelas.

"Aku hanya berusaha memilih tempat yang tidak mencolok, Chris. Jadi jangan mengeluh," katanya kemudian menuntun kami masuk ke dalam pub itu.

Aku sempat bersin beberapa kali karena debu yang beterbangan. Bahkan di pojok-pojok ruangan tampak penuh dengan jaring laba-laba. Pub ini seperti tidak pernah di bersihkan sama sekali. Mungkin karena itu juga tempat ini begitu sepi. Tidak ada pengunjung sama sekali ketika kami masul ke dalamnya.

Sebagai pencetus ide, Hermione memimpin jalan kami memasuki pub semakin dalam. Ruang pertemuan kami ternyata ada di lantai atas. Dan kami terpaksa menaiki tangga kayu yang berderit dengan hati-hati. Aku takut tangganya malah berlubang karena ku injak. Aku tidak siap di mintai ganti rugi jika itu terjadi.

Sampai akhirnya kami berempat memasuki ruangan yang sudah penuh dengan beberapa orang yang Hermione maksud tadi. Menurutku ini bukan beberapa, tapi termasuk banyak karena ruangan hampir penuh. Atau ruangannya yang kecil?

Lupakan saja soal itu. Kami berempat duduk dengan gugup di depan mereka. Sejauh yang ku lihat, mereka yang berada di dalam ruangan ini kebanyakan dari asrama selain Slytherin. Ya, murid di asrama itu sepertinya kebanyakan memihak Umbridge.

Suasana begitu hening untuk beberapa saat. Kami hanya saling pandang dalam ruangan itu. Sampai akhirnya Hermione berdeham pelan, sekan meminta mereka untuk mendengar apa yang ingin dia sampaikan.

REDAMANCY || Draco MalfoyWhere stories live. Discover now