17

1K 128 1
                                    

Maaf banget buat yang nunggu cerita ini
karena aku upnya lama.
Tapi terima kasih juga karena
sudah nungguin ceritanya.
Sekarang, selamat membaca!

• Confession •

Pemandangan malam memanjakan mataku yang sedang termenung di Menara Astronomi sendirian. Malam ini langitnya cukup cerah, jadi aku memutuskan untuk pergi ke menara ini. Tolong jangan menuduhku ke sini karena ingin bertemu Draco. Itu bukan alasanku, walau ada sedikit harapan bertemu dengannya. Tapi alasan terbesarku ke sini, ya, hanya untuk merenung saja.

Sekarang sudah sekitar pukul delapan malam. Udaranya memang sedikit dingin, tapi tidak sedingin saat musim dingin kemarin. Aku hanya keluar dengan sweater rajut cukup tebal, jadi itu bisa sedikit menghalangi hawa dingin saat ini.

Aku menatap kosong hamparan danau di bawah sana, entah mengapa malam ini aku merasa sangat galau. Rasanya seperti hanya ingin sendirian tanpa ada gangguan, merenung hingga aku merasa lebih baik. Tidak ada sebabnya sampai aku seperti ini, hanya terjadi begitu saja. Ugh, sedikit menyusahkan.

Entah sudah berapa lama di sana, aku memilih untuk kembali saja ke asrama. Aku sedikit merasa mengantuk dan ingin tidur akibat angin sepoi-sepoi di atas sini. Sekali lagi aku pandangi langit cerah malam itu lalu berbalik. Aku sedikit terlonjak ketika membalikkan badanku. Mataku menatap lurus ke arah objek yang berdiri beberapa meter di depanku.

"Sedang apa di sana?" tanyaku mengernyitkan dahi.

Dia menarik sudut bibirnya, "menatapmu," katanya lalu berjalan mendekatiku.

Aku berdecih, "aku tau aku ini cantik," kataku yang entah mengapa berkata begitu.

"Ku kira kau tidak sadar bahwa dirimu cantik."

"Tentu saja aku sadar!"

Dia hanya terkekeh pelan lalu berdiri di sampingku. Aku yang tadinya sudah ingin kembali ke asrama malah jadi menemaninya berdiri di sini.

"Sudah berapa lama kau ada di sini?" tanyaku penasaran.

"Sejak kau datang."

"Kau mengikutiku?"

"Kau bisa menyebutnya begitu."

"Dasar penguntit, untuk apa kau mengikutiku?"

"Ingin bertemu," katanya pelan.

"Kau bertemu denganku setiap hari, Malfoy. Bahkan ku rasa kau menguntitku."

"Kalau aku memang menguntitmu, kenapa?" tanyanya membuatku menoleh.

"Sadarkah kau kalau kau menguntitku sampai ke depan toilet perempuan?"

Dia tertawa, "aku sadar, Chris."

Aku menatapnya penuh tanda tanya, "untuk apa kau mengikutiku sampai ke toilet? Kau ingin di katai ferret mesum?"

"Hei! Aku tidak mesum!"

"Kalau tidak, berhenti mengikutiku ke toilet, Malfoy!"

"Baiklah-baiklah! Dasar cerewet!"

"Aku tidak cerewet!"

"Menurutku kau cerewet. Tapi menggemaskan juga," kata Draco membuatku menatapnya heran. "Kenapa?" tanyanya.

"Kau tidak sakit, kan?"

"Aku? Tidak, aku baik-baik saja," dia menggeleng kepalanya.

"Kalau tidak, mengapa kau berbicara aneh sedari tadi?"

Kali ini dia mengernyit heran, "aneh? Aku rasa aku tidak mengatakan hal yang aneh."

"Kau menyebutku menggemaskan dan itu aneh, Malfoy!" seruku sebal, walau sebenarnya aku menahan rasa malu saat mengucapkannya. Setelah mengucapkan hal memalukan itu, aku memalingkan wajahku. Tidak ingin menatapnya.

REDAMANCY || Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang