Part 18

6.1K 613 16
                                    

Big thanks buat yang udah baca sampe part ini, terutama buat yang rajin vote dan komen 💚
buat yang siders, semoga segera tobat ya untuk menghargai kerjanya para author

.....

Jaehyun bangun dari tidurnya karena suara alarm pagi yang terus berdering mengganggu indera pendengarannya. Matanya mengerjap perlahan, tangannya meraba tempat sebelahnya yang ternyata kosong. Jaehyun segera duduk dan mengucek matanya, rupanya istri kecilnya itu sudah bangun lebih dulu.

Pria tampan itu segera turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan sang istri.

Dari arah dapur Jaehyun mendengar suara ribut-ribut, sepertinya seseorang sedang memasak di dapur. Dilihatnya seorang pria cantik sedang sibuk dengan penggorengan dan spatula di tangannya, tubuh rampingnya memakai apron berwarna pink. Aroma lezat masakan menggoda penciumannya.

Ah Jaehyun sangat merindukan saat-saat seperti ini.

Langkahnya semakin mendekat kearah si pria cantik, dan kemudian memeluk pinggang ramping itu dari belakang.

"Jaehyun, kau sudah bangun?" tanya Taeyong yang terkejut karena mendapat pelukan tiba-tiba dari suaminya.

"Hmm... Aku baru bangun. Kau sedang memasak apa, Taeyong?" Jaehyun menciumi ceruk leher istrinya, meski Taeyong belum mandi, tetapi aromanya selalu membuat Jaehyun betah menciuminya.

"Aku hanya membuat omellete untuk sarapan pagi kita, Jaehyunnie. Maafkan aku yang selama 2 minggu ini tidak mengurusmu dengan baik," lirih si pria cantik dengan suara pelan.

"Maafkan aku yang tidak memasak untukmu dan tidak menyiapkan pakaianmu," lanjutnya lagi masih dengan suara lirihnya.

Jaehyun segera mematikan kompor dihadapannya, karena ia lihat omellete buatan Taeyong sudah matang. Dan dengan satu tarikan, ia hadapkan tubuh istrinya berhadapan dengannya, sejujurnya Jaehyun tidak menyukai kalimat yang terucap dari bibir istrinya barusan.

"Taeyong, menikah itu artinya bekerja sama, bukan hanya istri saja yang berusaha, suami pun demikian. Termasuk dalam urusan pekerjaan rumah. Kamu jangan bersedih atau merasa bersalah, Taeyong. Sudah tugasku sebagai suami untuk melengkapimu, dan begitu pun sebaliknya. Aku menikahimu bukan untuk menjadikanmu sebagai pelayan, meski pun pernikahan kita karena perjodohan, tapi aku tak pernah sekali pun menganggapmu sebagai pelayanku. Kamu itu istriku, Taeyong, seseorang yang Tuhan kirimkan untuk menemaniku sampai akhir hayat, mengerti kan?" ucap Jaehyun dengan menggenggam lengan atas Taeyong, dilihatnya mata Taeyong memerah.

"Terima kasih, Jaehyun, kau manis sekali" ucapnya serak menahan air mata yang sepertinya siap untuk kembali menetes.

Jaehyun tersenyum sambil mengusap pipi Taeyong, kemudian mencium bibir istrinya dengan lembut, mengecapi bibir cherry istrinya yang sudah sangat lama ia rindukan.

"Terima kasih karena sudah bertahan sejauh ini, Taeyong, kamu hebat!" Jaehyun membisikkan kata-kata lembut dihadapan wajah sang istri, ia usap lembut bibir Taeyong dengan ibu jarinya.

Jaehyun tidak pernah membayangkan bahwa jatuh cinta rasanya akan sangat berwarna seperti ini. Mungkin karena ia menemukan orang yang tepat.

"Mandi dulu Jaehyun, baru setelah itu kita sarapan," ucap Taeyong lembut, senyuman sudah terukir kembali di wajah cantiknya, hati Jaehyun sangat bahagia melihat pria manis ini tersenyum lagi, ia sangat benci melihat Taeyong yang terus murung dan sedih setiap hari, padahal Jaehyun sudah berjanji akan selalu membahagiakan istrinya.

"Mau mandi bersama?" Jaehyun mengangkat sebelah alisnya, berusaha menggoda Taeyong, supaya pria manis itu tidak kembali merasa sedih.

"Hanya mandi, tidak melakukan hal lain!" Taeyong sangat paham dengan kebiasaan suaminya itu, selalu mesum.

PhobiaWhere stories live. Discover now