Sedari tadi Jungkook tak bergeming ditempatnya, hanya diam terpaku menatap perempuan itu. Jaehyun hanya menatap Jungkook dengan tatapan yang sulit diartikan.

Mereka bertiga melihat jelas pria Jeon itu berjalan menjauh untuk menghampiri yeoja yang dimaksud, apa yang baru saja terjadi?

"Dia itu gay atau straight?" Tanya Mingyu kebingungan.

Eunwoo hanya mengangkat bahunya acuh tidak memedulikan, biarkan saja si Jungkook itu. Toh juga itu terserah dia.

"Apakah kita salah?"

Kalimat Jaehyun barusan membuat kedua temannya menatap Jaehyun dengan keheranan, "Apa maksudmu?"

"Aku rasa ini akan menjadi hal yang buruk, aku tak yakin tapi menurutku Jungkook akan menyakiti salah satu pihak."

Eunwoo mengerenyitkan dahinya, "Siapa?"

"Taehyung."

Mingyu dan Eunwoo saling bertatap-tatapan mendengar hal itu, sebetulnya Jaehyun tak sepenuhnya salah.

Memang sebelumnya Jungkook suka sekali bercerita tentang Taehyung. Ini Taehyung, itu Taehyung. Tapi apa ini? Apakah Jungkook itu betulan cinta atau main-main?

Tapi bukankah mereka berdua belum ada status?

Lalu apa iya Taehyung nantinya akan tersakiti?

Apa maksud dari semua ini?

• • •

Sudah tak terhitung berapa kali Taehyung mondar-mandir sambil menggigiti kukunya resah sambil menatap kearah ponselnya.

"Hubungi tidak ya?"

Sebenarnya ia bingung bagaimana caranya agar menghubungi Kak Namjoon, Taehyung takut nanti saat menelepon dia marah-marah lagi seperti kemarin.

Omong-omong soal kemarin Taehyung kembali balik ke mood buruknya.

Tapi daripada soal dimarahi itu bukanlah yang terpenting, yang paling penting adalah bagaimana caranya membayar uang kuliahnya?

Kalau bukan dari Namjoon dari siapa lagi? Taehyung memang terlalu bergantung, tapi memang begitu adanya. Sedari dulu Namjoon yang melarang dirinya untuk bekerja, tinggal pun diharuskan di apartemen. Beralasan agar mudah didatangi, agar mudah ke kampus, atau alasan yang lainnya.

Dia tahu Namjoon selalu memberikan yang terbaik untuk dirinya, namun apa daya jika keadaannya seperti sekarang? Mau tak mau Taehyung harus bekerja.

Pada akhirnya dia menghubungi nomor telepon Kakaknya itu, setelah beberapa detik menunggu akhirnya terangkat.

Bibir Taehyung kelu ingin mengucapkan 'halo', karena dia masih tidak bisa melupakan kejadian beberapa hari yang lalu.

Namun suara lebih dulu terdengar dari seberang sana, "Halo?"

Anehnya, itu bukan suara Kak Namjoon.

"S-siapa? Dimana Kakakku?" Tanya Taehyung sedikit panik.

"Ini aku Hoseok, Namjoon sedang tidur dan aku memegang ponselnya."

Taehyung merasa lega ternyata Kakaknya baik-baik saja, dia berjalan kearah balkon sambil melanjutkan obrolan itu.

"Kak... Benarkah perusahaan Kak Namjoon bangkrut?" Taehyung berusaha menahan air matanya, pasti Kakaknya begitu tertekan saat tertimpa keadaan seperti ini.

"Hah... Itu benar. Tapi Taehyung, tolong tidak usah kau pikirkan. Kau fokus dengan kuliahmu saja, kami sedang memikirkan cara disini agar perusahaan Namjoon kembali berangsur membaik."

Tangisan Taehyung yang tertahan akhirnya pecah mendengar hal itu.

"Hei Taehyung?! Kau tak apa??"

Taehyung yang mendengar Kak Hoseok panik begitu langsung menenangkannya, "Tak apa Kak..."

"Syukurlah, jangan menangisi Namjoon. Dia memang seperti itu, kuharap kau mengerti."

Taehyung mengangguk pelan walaupun dia tahu Hoseok tak bisa melihat anggukkan itu.

"Apa aku bisa bertemu Kak Namjoon? Aku benar-benar rindu padanya Kak."

Helaan nafas terdengar dari suara telepon itu, "Tidak bisa Tae. Untuk sekarang keadaannya bisa dibilang benar-benar parah, dia tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Aku takut kalau kau kemari malah akan memperburuk keadaan, bisa saja kau yang akan kenapa-kenapa saat bertemu dengannya."

"Iya Kak tidak apa." Taehyung memaklumi hal itu.

"Jangan sedih ya, apakah kau tidak keberatan jika aku yang datang ke Seoul? Aku juga sudah lama tidak bertemu denganmu."

Senyuman yang begitu lebar kembali terbit dibibir manis Taehyung, "Tentu saja Kak! Kapan??"

Terdengar tawa dari Hoseok, baginya Taehyung adalah seorang anak kecil yang masih begitu polos. Ia bertemu dengan Taehyung saja sewaktu anak itu SMA kelas 2, begitu polos dan lugu.

"Sebisa mungkin, sudah ya Taehyung aku masih harus mengurus beberapa berkas yang belum kuurus. Kau jangan lupa makan dan jangan menangis, kau tidak boleh sedih."

"Siap Kak." Kekeh Taehyung pelan, setidaknya Kak Hoseok adalah orang yang baik dan mengerti keadaannya.

"Yasudah aku matikan dulu."

"Dadah!" Jari Taehyung menekan tombol berwarna merah untuk menonaktifkan panggilan tersebut.

Dia menatap langit malam yang begitu indah sama seperti biasanya, Taehyung sering sekali bertanya-tanya bagaimana rasanya terbang lalu mengitari langit dan menyentuh bintang-bintang itu.

Taehyung menunduk sambil tersenyum, mengusap air matanya dengan kasar lalu masuk kedalam. Perasaannya campur aduk sekarang, kejadian yang menimpanya benar-benar terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya spoiler.

Bukannya tidur, Taehyung malah berjalan di malam hari yang begitu dingin hanya dengan piyama yang membalut tubuhnya. Entah untuk apa dia keluar.

Tujuannya tidak pasti, dia hanya melangkah kemana pun yang ia mau. Tanpa sadar berjalan sudah hampir satu jam lamanya, namun kakinya tidak kelelahan.

Tersadar dengan apa yang dia lakukan, segera melihat ke berbagai arah. "Shit. Aku berjalan jauh sekali."

Jalanan terlihat sepi sekali, tidak ada kendaraan yang lewat. Niat ingin menyebrang tapi lagi-lagi pikirannya dikuasai oleh lamunan yang tak ada habisnya, sehingga tak sadar ada sebuah mobil sedan yang melaju cepat kearahnya.

Ia jelas-jelas melihat ada cahaya mobil yang tepat berada didepannya, tapi kedua kakinya terasa begitu kaku untuk sekedar berlari guna menghindar.

BRAK

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Refuser d'y Aller [KV]Where stories live. Discover now