Mayat (2006)

233 37 3
                                    

"Iya... Iya, aku tahu. Mana mungkin kau mau begitu saja untuk dijadikan umpan. Apalagi oleh orang asing yang baru saja kau kenal. Tapi hanya itu cara agar kita dapat keluar dari sini hidup-hidup". Seusai mengatakan itu, Suhendra beranjak dari kasurnya dan perlahan mendekati ku.

Refleks, aku juga perlahan berjalan mundur menjauhinya. Hatiku masih belum percaya 100% kepada orang yang menjanjikan kebebasan padaku ini.

"Keluarga Van Dijk bukanlah keluarga biasa..., Mereka memiliki ilmu kebal hasil dari pemujaan setan. Mereka mengorbankan nyawa siapapun yang datang ke rumah ini untuk dijadikan sesembahan pada setan". Ujar Suhendra dengan suara agak parau. Dia terlihat ketakutan tapi berusaha terlihat tegar.

"Ayo, ikut denganku. Akan ku perlihatkan padamu buktinya". Ajak Suhendra sambil menuntunku kearah loteng yang hanya bisa diakses lewat gudang yang terletak tepat disamping kanan kamarnya.

Saat memasuki gudang, aku disambut oleh sergapan jaring laba-laba yang menempel erat di rambutku. Aroma debu terasa begitu pekat disini. Terlihat banyak barang-barang berserakan di ruangan yang hanya setengahnya dari luas kamar tempatku disekap.

 Terlihat banyak barang-barang berserakan di ruangan yang hanya setengahnya dari luas kamar tempatku disekap

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Baju dan ranselku juga ternyata berada disini. "Baguslah, aku tidak perlu meninggalkan barang-barang ku saat ku melarikan diri dari sini". Ucapku dalam hati

"Ayo, naik.." ajak Suhendra sambil menaiki tangga kecil yang menghubungkan gudang dengan loteng. Aku pun menaiki tangga kecil berdebu itu untuk mengetahui bukti apa yang hendak ia berikan padaku.

Sesampainya diatas, aku pun refleks menutup rapat-rapat mulutku. Aku takut teriakan ku akan terdengar sampai ke lantai bawah. Lagi pula siapa yang tidak akan berteriak sekuat tenaga apabila didepan matanya terlihat dua sosok mayat dengan kondisi sudah terawetkan.

 Lagi pula siapa yang tidak akan berteriak sekuat tenaga apabila didepan matanya terlihat dua sosok mayat dengan kondisi sudah terawetkan

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Sssttt..., Jangan berteriak" ujar Suhendra sembari menutup mulutku yang memang sudah tertutup oleh kedua tanganku. Rasanya aku ingin berteriak sekaligus pingsan melihat dua sosok mayat didepan mataku. Mungkin karna ini kali pertama aku melihat mayat.

Dua mayat tersebut berjenis kelamin pria. Yang satu terdapat bekas luka senjata tajam pada lehernya dan yang satu lagi tidak terlihat satu pun luka atau tanda-tanda fisik yang menyebabkan kematiannya.

"Mereka adalah tumbal Keluarga Van Dijk.., apakah kau tidak heran mengapa mereka bisa mendapatkan segala kebutuhan mereka tanpa pernah menginjakkan kaki ke luar rumah?, Ini lah alasannya". Ucap Suhendra kepadaku yang masih shock berat atas apa yang terlihat di depan mataku.

"Dengar Ami, jika kita tidak bekerjasama bukan tidak mungkin nasib kita akan sama seperti mereka. Karena itu dengarkan kata-kataku..."

"Mereka saat ini sedang berpesta dibawah sana, karena hari ini adalah hari pengorbanan itu. Hari ini aku akan ditumbalkan oleh mereka" tambahnya sambil terlihat ketakutan.

"Aku ingin kau yang turun kebawah sana karena mereka tak mungkin menyakiti atau membunuh mu. Kau baru bisa dikorbankan setelah menetap satu bulan di rumah ini. Karena  itulah selama ini mereka tidak berani menyakitimu dan hanya mengurung mu saja di dalam kamar "

"Aku ingin kau mengacau disana,  arahkan pecahan kaca itu tepat ke leher Surtinah dan ancam mereka untuk tidak bergerak atau kau akan membunuh Surtinah. Jauhkan mereka dari kamar Godert. Paksa mereka berjalan menuju ruang makan. Ulur lah waktu sampai aku datang membawa senjata api dan kunci rumah dari dalam kamar Godert lalu kita akan kabur dari sini" ujar Suhendra penuh keyakinan akan kesuksesan rencananya.

 Ulur lah waktu sampai aku datang membawa senjata api dan kunci rumah dari dalam kamar Godert lalu kita akan kabur dari sini" ujar Suhendra penuh keyakinan akan kesuksesan rencananya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Yaah, aku rasa menjadi umpan tidaklah begitu buruk daripada hanya berdiam diri saja menunggu sampai aku menjadi tumbal yang berikutnya. Aku pun mengangguk tanda setuju.

Kami pun turun dari loteng meninggalkan dua mayat itu terbujur kaku diatas sana. Begitu Suhendra memberikan aba-aba, aku akan berlari sekencang mungkin menuruni tangga, membelakangi Surtinah, menjambak rambutnya kearah belakang sembari menempelkan pecahan kaca ini ke leher nya.

Suhendra mulai memberikan aba-aba lewat jari tangannya.

3.....

2...

1..

Sekarang!

KELUARGA VAN DIJKKde žijí příběhy. Začni objevovat