Pada Malam yang Berbadai (1999)

668 52 0
                                    

Sial! Aku tidak bisa menaiki tanjakan ini. Tanahnya terlalu licin untuk didaki dan tak ada satu ranting pun yang bisa ku gunakan untuk menjadi pegangan. Sebaiknya aku berjalan menelusuri sungai dengan kemungkinan terburuk tersapu banjir dibanding terjebak di sini.

 Sebaiknya aku berjalan menelusuri sungai dengan kemungkinan terburuk tersapu banjir dibanding terjebak di sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teman-teman ku entah berada dimana, kami terpisah saat tiba-tiba turun hujan lebat. Rencana pendakian gunung yang telah disusun selama berminggu-minggu jadi berantakan.

Harusnya jam 4 dini nanti hari kami sudah berada dipuncak gunung, meminum secangkir kopi hangat dan menunggu detik-detik matahari terbit dengan indahnya. Namun lihatlah aku sekarang, tersesat di hutan, kebasahan, kelaparan, dan beberapa kali terjatuh di aliran sungai yang kian lama kian melebar.

Hujan yang turun semakin lama semakin deras layaknya tak kenal lelah, rasanya tidak mungkin aku berlama-lama mengitari sungai ini. Setelah kupikir-pikir aku tidak mau mati terbawa arus. Suka atau tidak, aku harus kembali memasuki hutan sembari berteriak, kalau-kalau salah satu temanku dapat mendengar suara ku di tengah gemuruh petir ini.

 Suka atau tidak, aku harus kembali memasuki hutan sembari berteriak, kalau-kalau salah satu temanku dapat mendengar suara ku di tengah gemuruh petir ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara lolongan anjing hutan mulai terdengar. Aku merasa bagai buah simalakama. Jika kembali ke sungai, aku akan mati terbawa arus. Jika tetap ditengah hutan, aku akan mati tercabik-cabik oleh serigala.

Belum sempat ku berdoa kepada Tuhan, aku melihat sebuah atap rumah dibalik pepohonan di ujung sana. Tentu saja itu adalah rumah yang sangat besar apabila atap rumahnya saja masih bisa terlihat walaupun ditutupi pohon-pohon setinggi kurang lebih 20 meter.

Keberadaan rumah itu jauh melebihi harapanku, aku hanya mengharapkan ada sebuah gubuk tua yang bisa aku gunakan untuk sejenak berteduh dari rintik hujan yang makin lama makin terasa tajam menusuk kulit.

Namun lihatlah yang ku dapat sekarang.... Sebuah rumah yang bahkan lebih besar dari rumah ku.

 Sebuah rumah yang bahkan lebih besar dari rumah ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa basa-basi aku berlari menuju rumah itu. Beberapa kali aku terjatuh karena licinnya tanah, namun persetan dengan semua itu, aku harus masuk ke rumah besar itu sebelum aku jadi santapan serigala.

Beberapa detik kemudian aku berhenti tepat didepan gerbang rumah itu. Siapapun yang punya mata akan terkejut dengan pemandangan yang sedang ku saksikan sekarang ini...

KELUARGA VAN DIJKWhere stories live. Discover now