Bab 2

58.4K 6.7K 169
                                    

Saat sedang asyik berselancar membuka sosial media di ponselnya, Arimbi mendengar pintu kamarnya diketuk pelan. Lalu pintu terbuka sedikit dan kepala Prabakesa menyembul diantaranya.

"Gue bawa seblak nih. Mau gak?" tanya Prabakesa.

Arimbi langsung mengambil posisi duduk di kasurnya mendengar kata seblak. "Level berapa?" tanya Arimbi semangat.

"Buat lo level tiga kayak biasanya."

"Mau!"

"Yaudah pindahin ke mangkok gih. Punya gue sekalian. Gue mau mandi dulu," ucap Prabakesa.

"Siap bos!" Arimbi segera beranjak dari kasurnya. Ia menyambar ponselnya dan berjalan ke luar kamar menuju ruang makan. Di atas meja makan, terdapat dua bungkusan seblak. Ia segera mengambil mangkok dan menyiapkan seblak miliknya dan Prabakesa. Karena kebaikan hati Prabakesa padanya, Arimbi berinisiatif membuat es jeruk untuk Kakaknya itu.

"Wah enak banget nih ada es jeruk segala," ucap Prabakesa yang baru saja memasuki area ruang makan dalam keadaan segar dengan memakai baju rumahan. Bertepatan dengan Arimbi yang baru selesai menyiapkan es jeruk untuk mereka berdua.

Arimbi mengambil duduk di depan Kakaknya dan mulai menikmati seblak miliknya. "Ini beli yang di pojokan itu ya?"

"Hmmm... rame banget yang ngantri."

"Emang seblak di situ enak banget. Beberapa meter dari situ juga ada yang jual seblak juga. Tapi aneh rasanya. Rasa saos tomat doang. Mana variannya gak sebanyak yang di pojokan."

"Yang gerobak biru itu?" tanya Prabakesa memastikan.

Arimbi mengangguk membenarkan. Sesekali ia menyeruput es jeruknya karena rasa pedas dari seblak yang ia makan.

"Kok lo tau gerobak biru seblaknya gak enak?" tanya Prabakesa. "Gue lihat masih ada yang beli juga kok."

"Penah nyoba aku tuh. Sekali doang. Terus kapok deh," jawab Arimbi. "Tapi emang beberapa orang suka seblak gerobak biru. Namanya juga selera orang. Pasti beda-beda," tambahnya.

"Jam segini makan seblak. Nanti malem pasti gak bakal makan malem," ucap Mama yang baru saja berjalan melintasi ruang makan.

"Makan kok Ma nanti. Ini seblak cuma buat ganjel doang. Mana kenyang makan segini doang," sahut Prabakesa.

"Mbi nih pasti gak bakal makan kalo udah makan seblak," gerutu Mama.

Arimbi hanya meringis tanpa dosa. Ia mengangkat mangkuknya dan menunjukkan pada Mamanya. "Mama mau nggak?" tawarnya.

Mama memgambil duduk di sebelah Prabakesa dan mencomot tahu goreng yang ada di meja. "Nggak. Mama mana doyan makan begituan. Pedes banget. Mana kerupuknya letoy gitu."

"Namanya juga seblak Ma. Kalo krupuknya garing mah namanya bukan seblak dong," sahut Prabakesa terkekeh.

"Kamu jangan sering-sering makan gitu ya Mbi," tegur Mama.

"Aku dibeliin Abang kok Ma," ucap Arimbi.

Mama mendelikkan matanya kesal ke arah Prabakesa. "Kamu ini, udah tau Adiknya susah makan nasi. Malah dikasih jajan terus."

"Daripada Mbi nggak makan Ma," kilah Prabakesa.

Mama hanya berdecak mendengar itu.

"Mama beneran gak mau nyobain?" tanya Arimbi sekali lagi.

"Nggak ah, beneran gak doyan Mama," jawab Mama. "Kamu tumben jam segini udah balik kantor?" tanya Mama heran menatap Prabakesa.

"Lagi gak banyak kerjaan. Jadi gak perlu lembur. Tadi sekalian mampir ketemu Regita bentar," jawab Prabakesa.

Remedial [Completed]Where stories live. Discover now