Prolog

134K 9.1K 154
                                    


Suasana pagi di rumah bergaya minimalis ini, penuh kehangatan oleh penghuni di dalamnya. Seorang wanita paruh baya sedang menyiapkan sarapan di dapur dibantu oleh Asisten Rumah tangga. Seorang pria paruh baya sedang duduk di meja makan dengan segelas kopi hangat dan koran di tangannya. Lalu terdapat Kakak dan Adik yang sedang beradu pendapat mengenai hal-hal yang tidak penting sepagi ini.

"Kalian ini kenapa sih ribut banget," tegur Olin, Mama mereka. Ia meletakkan beberapa makanan di meja makan dibantu oleh Asisten Rumah Tangga sebelum mengambil duduk di sebelah suaminya.

"Ini Ma, Abang. Masa ngeselin banget daritadi," adu Arimbi. Anak bungsu dalam keluarga.

"Masa Mbi mau minta pindah jurusan. Padahal bentar lagi semester akhir. Tinggal ngerjain penelitian aja," sanggah Prabakesa. Anak sulung dalam keluarga.

Juan, Papa mereka melipat koran di tangannya dan meletakkannya di sebelah gelas kopinya. "Bener gitu Mbi?" tanya Papanya tegas.

Arimbi yang ditanya begitu oleh Papanya seketika menciut. Ia menunduk dan memandang papanya takut-takut. "Aku ngerasa gak cocok sama jurusan ini. Lagian dulu yang pilihin jurusan kan Abang. Bukan kemauan aku sendiri," ucapnya pelan.

"Karena dulu kamu gak jelas mau masuk mana. Bahkan gak ada keinginan buat kuliah. Dikasih yang gampang malah ngeluh," seloroh Prabakesa.

"Gampang dari mana? Jurusan ekonomi itu susah tau," sanggah Arimbi dengan kesal.

"Terus kamu mau pindah kemana emang? Kenapa gak dari dulu bicara soal jurusan?" tanya Mamanya lembut.

"Kalo mau pindah ke desain boleh gak Ma?" tanya Arimbi menatap Mamanya penuh dengan harap.

Mendengar itu Prabakesa tidak bisa menahan tawanya. "Gambar aja kagak bagus pake mau masuk desain."

Arimbi mencebik kesal.

"Kamu itu gak bisa gambar, Mbi. Kenapa mau masuk desain?" tanya Papa.

"Ya gak papa, siapa tau itu memang jurusan yang cocok buat aku," ucap Arimbi asal.

"Kamu gak perlu pindah jurusan. Selesaikan semua yang sudah kamu mulai. Dari awal, Papa sama Mama sudah nanya soal ini ke kamu. Kamu jawabnya bingung terus. Waktu Prabakesa nyuruh masuk jurusan ekonomi, kamu iya-iya aja gak ada bantahan. Papa mau anak Papa bertanggung jawab sama keputusannya. Jadi, selesaikan semuanya Mbi. Jangan pindah-pindah," ucap Papa dengan lugas.

Arimbi hanya bisa menundukkan kepalanya semakin dalam.

"Abang kan juga dari jurusan yang sama. Kamu bisa minta ajarin Abang kalo Abang pulang kerja. Tinggal sebentar lagi kok Mbi. Bisa ya?" ucap Mama dengan sabar.

Arimbi hanya bisa mengangguk pasrah.

Di tempatnya duduk, Prabakesa memandang Adiknya yang sedang cemberut dengan senyum tertahan.

"Ayo kita makan. Nanti Papa sama Praba telat berangkat kerjanya," ucap Papa memutus pembicaraan pagi ini.

******

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Aku datang membawa cerita baruuuu~
Buat kalian yang baca cerita ini, jangan berharap akan ada konflik yang bikin pala pusing ya. Di sini spesialisasi cerita ringan, wkwkwk...

Semoga kalian semua suka sama cerita ini. Enjoy semuanya...

Remedial [Completed]Where stories live. Discover now