"Tidak Taeyong, ada apa?"

"Eumm... aku ingin kita berkunjung ke rumah eomma di Incheon," ucap Taeyong dengan gugup, semoga rencananya dengan Jeno berhasil.

"Boleh, jam berapa kita akan berangkat?"

"Jam 9 pagi, Jaehyun."

"Baiklah, dengan senang hati aku mengantarmu." Pria tampan itu kembali menunjukkan senyumannya.

Taeyong bangun dari duduknya, lalu memutar meja untuk menghampiri kursi suaminya, pria cantik itu membawa suaminya kedalam pelukan, Jaehyun menyandarkan kepalanya didada Taeyong, dan tangan Taeyong mengusap lembut surai hitam Jaehyun.

"Kau percaya padaku kan, Jaehyun?"

"Percaya tentang apa?" Jaehyun mengangkat wajahnya, menatap wajah sang istri.

"Bahwa kau akan sembuh." Taeyong menangkup wajah Jaehyun dengan tangan kanannya. Suaminya ini, kadang dingin, kadang menggemaskan dan kadang sangat posesif, Taeyong sangat menyukai semua yang ada pada diri Jaehyun.

"Aku tidak yakin Taeyong," ucap Jaehyun dengan suara pelannya.

"Kenapa? Bukankah kau sendiri yang memintaku untuk tidak pernah menyerah?"

"Iya, aku memang memintamu untuk tidak pernah menyerah terhadapku, tapi sepertinya kini aku yang menyerah pada diriku sendiri." Suara Jaehyun terdengar sarat akan kekecewaan, Taeyong sangat tau bahwa suaminya itu berusaha keras untuk terbebas dari phobia-nya.

"Tapi hasilnya selalu sama, aku seperti mengalami kemunduran." Pria Jung itu mengusakkan wajahnya didada istrinya, menghirup dalam aroma parfum strawberry khas si pria cantik.

"Kemana Jaehyunku yang penuh semangat dan optimis itu? kenapa akhir-akhir ini suamiku seperti tidak punya semangat seperti ini?" Taeyong membungkukkan sedikit tubuhnya demi mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang suami, tangan kanannya masih menangkup pipi chubby Jaehyun.

"Jaehyunnie, aku ingin kita berusaha lebih maksimal lagi, aku ingin mengandung anakmu disini." Taeyong mengarahkan tangan Jaehyun kearah perut ratanya, dan Jaehyun langsung membelai perut istrinya, dapat ia rasakan hatinya menghangat, jujur saja Jaehyun juga sangat ingin menyaksikan istrinya mengandung selama 9 bulan dan melahirkan anak-anak mereka.

"Aku akan berusaha lagi, aku ingin melihatmu mengandung anakku, pasti anak-anak kita sangat menggemaskan," tutur Jaehyun yang masih mengusap perut rata istrinya.

Taeyong mengulas senyuman mendengar ucapan suaminya, meski sangat sulit, tetapi Taeyong sangat yakin seluruh rasa sakit ini akan segera sembuh.

"Terima kasih karena sudah mau bersabar dalam menghadapiku." Jaehyun menatap lekat wajah istrinya, pria cantik itu terus tersenyum, entah kenapa tetapi setiap Jaehyun melihat senyuman Taeyong, hatinya seakan dipenuhi oleh bunga-bunga yang bermekaran, ia merasa nyaman dan bahagia dengan senyuman istrinya.

...

"Hai, Hyung." Tepat pukul pukul 8:30 pagi Jeno sudah sampai di apartemen kakaknya, pria tampan bermata sipit itu sudah siap membantu Taeyong menjalankan rencananya.

"Masuklah dulu Jeno, hyung mu sedang mandi." Taeyong mempersilahkan adik iparnya untuk masuk.

"Kau sudah sarapan Jeno-ya?"

"Sudah, Hyung." Jeno duduk di sofa ruang tamu, sementara itu Taeyong kembali masuk ke dalam kamar, dan tak lama kemudian suaminya keluar dari kamar mandi.

"Ini pakaianmu, Hyung." Pria manis itu menyiapkan pakaian yang akan dipakai suaminya, menatanya diatas ranjang.

"Eumm... K-kalau kau mau memakai baju aku mau keluar dulu." Taeyong terbata, ia merasa sangat malu, Jaehyun hanya mengenakan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya, sementara tubuh bagian atasnya terekspos bebas menampilkan otot perutnya yang tercetak sempurna, ini memang bukan kali pertama pria Jung itu bertelanjang dada, tetapi tetap saja Taeyong belum terbiasa melihat tubuh suaminya. Ia yakin pipinya pasti sudah semerah kepiting rebus.

PhobiaWhere stories live. Discover now