Akhirnya Ryu meminta izin lagi untuk membawa Ileana di punggungnya. Ileana memberikan izin karena dia benar-benar memerlukan bantuan laki-laki yang menolongnya saat ini. Eratnya lengan Ileana yang mengalung di lehernya, membuat Ryu agak susah untuk mengatur napas.
Kini Ryu sedang melangkah melewati lorong yang gelap menuju tangga darurat karena lift kantor juga mati terkena dampak mati listrik. Suasana lorong sangat sepi dan begitu sampai di tangga darurat, Ileana bisa merasakan cahaya masuk melalui matanya yang terpejam erat. Perlahan dia membuka, dan perasannya menjadi tenang melihat terangnya cahaya yang masuk dari jendela-jendela yang ada di sisi kanannya.
Ryu juga merasakan pergerakan kecil di punggungnya, dan kalungan lengan di lehernya mulai melonggar. Ryu berhenti sejenak karena tidak ingin Ileana terjatuh karena bergerak dari punggungnya.
Ileana yang menduga bahwa Ryu berhenti karena lelah, akhirnya dengan sadar diri dia turun dari punggung tegap dan hangat itu.
"Maaf merepotkan" Ileana mengucapkannya dengan menatap langsung Ryu yang berpijak di dua anak tangga yang ada dibawahnya saat ini. Membuat tinggi Ileana hampir setara dengan Ryu.
Ileana yang sebenarnya masih ada rasa takut karena kejadian tadi memaksakan senyumnya. Karena dia harus berterima kasih dengan benar dan tulus.
"Nggak masalah"
Balasan Ryu yang datar itu membuat Ileana menringis dalam hati. Sepertinya laki-laki dihadapannya ini mempunyai dendam dengannya. Tapi, sisi baik dan yang selalu meminta izin ketika akan menolongnya dengan kontak fisik, membuat Ileana bisa menilai bahwa Ryu orang yang baik. Ileana akan mencoba untuk tidak lagi berusaha menghindar darinya.
"Cukup disini saja, saya akan turun sendiri" Ileana mulai menuruni tangga satu per satu dengan pelan,sambil berpegangan dengan tiang penyangga. Kondisinya masih sedikit gemetar, namun bisa dia atasi.
Ryu menyadari hal itu sebenarnya. Dan dia memperhatikan Ileana dari tempatnya berdiri sejak berhenti tadi.
"Kak Ryu" Dari arah atas Ryu mendengar suara Isabel. Dan benar, kini perempuan itu kembali. Masih dengan barang bawaan yang sama.
"Bukannya ada yang tertinggal tadi?" Tanya Ryu. Kini Isabel sudah berdiri di sampingnya, di anak tangga yang sama.
"Sudah ku masukkan ke tas"
"Lift mati ya ternyata" Isabel menuruni tangga dengan langkah yang sama seperti Ryu. Kaki panjang laki-laki itu sedikit membuatnya kewalahan dalam mengikuti langkahnya.
Ryu menyadari hal itu dan dia mulai memperlambat langkahnya. "Iya.. karena mati listrik".
"Ooh"
---o0o---
Ileana baru saja selesai membersihkan dirinya, keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap dan rambut yang digulung dengan handuk. Duduk di pinggiran tempat tidurnya, Ileana mengecek ponselnya yang memunculkan notifikasi pesan dari Bagas.
Agas : Mulai packing..lo berangkat besok ke Bali. Ketemu Bu bos!
Mata Ileana tidak berkedip untuk beberapa saat. Pesan ini membuatnya merasa kesal tiba-tiba hingga rasanya dia ingin menangis. Terlihat dari ekspresinya yang saat ini tengah menggigit bibir bawahnya, dan kedua alis nya yang mengerut.
Me : Ish!! Perusak rencana orang aja lo
Agas : Bukan gue yang mau. Bu Bos tuh.
Me : Lo ikut, gas?
Agas : G
Me : siapa aja selain gue?
Agas : Gue sibuk. Besok lo tau
YOU ARE READING
FUTURE
ChickLit[[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA]] Hidup itu lingkupnya selalu berhubungan dengan yang pernah ada di masa lalu, yang sedang dijalankan saat ini, dan impian serta harapan di masa depan. Tapi, mana yang paling mempengaruhi hidup kita? Menurutku it...
