END

41 2 0
                                    


Sebulan lebih telah berlalu, MV baru keluar dan aku yang baru-baru ini ikut promosi juga untuk HERE FRIEND lumayan cukup sukses bagi club baru kayak mereka.

   Aku memandang kamar yang selama ini aku tempati, memandang jendela dengan banyak kenangan indah dan sedih bagiku saat mood mengubah keadaanku sesaat, memandang kasur yang aku sayangi udah kayak kekasih dalam hidup ini, memandang sofa di mana ada kenangan kakakku dan karpet berbulu yang paling aku jarang ganti.

Setelah menatap dengan banyak waktu, akhirnya aku keluar kamar dengan menyeret koperku.

"Udah selesai? Gak mau pamitan sama Vera dulu?" Tanya Mamaku dan aku menggeleng

"Udah semalem," ujarku singkat

Iya, sebenernya Vera mau ikut nganter aku, tapi kayaknya ketiduran semenjak mabuk semalem itulah tebakanku.

"Yaudah ayok, nanti gak ke kejar waktunya" suara kakakku membuat kami berdua menoleh lalu mengangguk mengikuti

Sesampainya di bandara....
Aku berpelukan dengan kakakku, Mamaku.Mamaku menangis seakan aku gak pulang lagi

Walaupun gak ada papa, aku juga cukup nyesel karena papa gak ada di sini.

"Jagain papa sama Mama kak" ujarku setelah berpelukan dengan kakakku

"Pasti, kamu jangan lupa jaga diri di sana" pesannya

"Jangan lupa kasih kabar kalo udah nyampe" ujar mamaku kali ini

Aku akhirnya meninggalkan Mama dan kakakku, selamat tinggal Jakarta, selamat tinggal musik yang menjadi karirku waktu lalu, selamat tinggal kehidupan mudaku, dan selamat tinggal Aldi.

Aldi, nama yang pernah hadir sebagai teman dan orang yang tak pernah aku lupakan.Mengingat pesan penjelasan Henry yang aku dapatkan setelah kejadian pembicaraan tentang Aldi sangat intens, aku mengerti maksudnya.

Aldi, yang aku kira memiliki perasaan lengket pada gadis di kursi roda waktu itu dan yang pernah Aldi katakan sebagai motivasi dirinya sebagai dokter dan Aldi yang aku kenal dan salah pahami selama ini.

Aldi, yang ternyata diam-diam menyukaiku.Aldi yang aku kira tidak bisa aku gapai hingga hanya bisa menjadi orang yang aku kagumi diam-diam dulu, Aldi yang sulit di definisikan perannya dalam pekan-pekan hariku.

Aldi, yang aku tak pernah aku egoiskan dalam keputusan ku kali ini, lalu entah menjadi dokter atau musisi yang ia pilih, aku akan selalu melihatnya dari jauh dan mendukungnya dalam diam, melihatnya menggapai masa depan, tanpa halangan termasuk cinta awal yang biasanya menjadi kecelakaan atau keegoisan dalam masa muda.

Aku berfikir akan fokus di Amerika, tidak menyia-nyiakan keputusan yang aku pilih, aku mengutamakan kepentingan nafsu masa depan, soal cinta.....itu urusan belakangan.

Jika aku bisa egois, tolong.... tuhan sampaikan pesan padanya untuk menungguku di tanah air tempat kelahiranku.

Di waktu REHAT dari niat awal dunia musik bagiku waktu itu, memiliki banyak kesan, pelajaran bagiku hingga sekarang. 

Ini baru awal, selamat datang Amerika....selamat datang di hidupku sebagai tempat pengisi waktu dan pengalaman dalam masa ambisiku.

Mengalami jet lag...setelah mengirim pesan singkat pada mamaku, aku istirahat nyenyak di dalam rumah yang akan aku tinggali selama aku di Amerika setelah di jemput oleh teman papaku.

Entah berapa lama, aku akhirnya bangun saat langit mulai gelap.

Tok tok

Aku membuka pintu kamar dengan sedikit kesadaran.

"you finally woke up, madam asked me to bring you breakfast"

Aku benar-benar bangun setelah mendengar penuturan orang di depanku.Aku berfikir sedikit, bahwa yang di maksudkan madam di mulutnya adalah aunty Sesha, istri dari teman papaku yang belum aku lihat saat menjemputku tadi.

Pernah mendengar tentang aunty Sesha dari mulut teman papaku di perjalanan dirinya menjemputku.Dirinya membahas hal umum soal istrinya.

"What's your name ma'am?"

"My name is Emeli, you can call me Em"

"Ok i know, thank you"

"Youre welcome,"

"What's your name?"

"You can call me Maya"

" That good name, ok...Then have a good rest, I'll be back first"

"Oke"

Aku menutup pintu kamar lalu memandang sandwich yang di bawakan perempuan yang sudah berumur tadi, lalu menatap kaca yang belum sempat aku tutup oleh gorden tadi.

Amerika, jangan bosan denganku.Kebebasan di negeri Libertimu semoga aku merasakan hal itu.








tamat?










Dari Maya kita bisa belajar, bahwa... keegoisan memiliki kendali walaupun egois sendiri adalah hal normal yang di miliki umat manusia.

Segala pilihan memiliki alasan, walaupun itu terkadang tak bisa di kompromi oleh orang-orang yang menjadi korban dari alasan tersebut.

Aldi mungkin entah sampai kapan gak tau kalau rasa sukanya terbalaskan walaupun bukan secara lisan, dan Maya.. mungkin gak menyesal dengan keputusan yang dia ambil buat memilih Amerika sebagai pilihan yang tepat menurutnya.

Rasa suka tak harus di ungkapkan, rasa untuk berjuang tak selalu perlu di lontarkan oleh orang yang akan di perjuangkan.Semua memiliki ukuran masing-masing bagaimana menjalani dan menikmati alur hidup yang kadang membingungkan.

Tunggu!!!!

Akhirnya cerita yang termasuk cerpen mungkin, ini selesai.

Rain mau kasih tau sedikit, ini sebenernya tercipta ide buat cerita ini karena seorang temen dari negara yang berbeda.

Jadi, singkat ceritanya...Rain lagi buat cerpen olahraga ehhh gak jadi dulu karena setelah kenal orang ini malah punya ide lain soal musik atau berkaitan soal film.

Terus, bukan orang yang sama tapi karena orang ini Rain bisa lanjutin cerita ini.

Masih di negara yang berbeda, tapi buat pencerahan dan mengartikan hal berbeda bagi Rain saat mau lanjutin cerita ini.

Ada beberapa hal penting dalam cerita ini yang memang di ambil dari kisah nyata, makasih buat kedua orang ini karena kalian bisa buat Rain nulis cerita ini.

Semoga cerita singkat ini menghibur, dan bisa bermanfaat bagi kalian yang memiliki waktu luang untuk membaca kisah Rianti Maya.

Masih ada kesalahan mungkin dari segi isi ataupun penulisan.Walaupun gak ada niat buat revisi, Rain akan berusaha lebih memperhatikan kedepannya.

REHAT [END]Where stories live. Discover now