10

41 5 0
                                    

   Setelah pulang dari liburan sejenak kemarin, tibalah hari di mana aku ngerasain di sidang asisten sendiri.

Sebelumnya, aku baru selesai beresin baju dan ke bawah mau masak mie, tapi terhenti saat bunyi Bell rumah.

   Aku melihat bude dan bude langsung mengerti jadi ia memeriksa.

Baru mencari mie dari tumpukan beberapa mie di lemari kayu dapur, suara bude memasuki indera pendengaranku.

"May, ada Imam nyariin kamu"

Gerakanku terhenti karena ucapan bude.

"Yaudah bude, Maya minta buatin mie ramen buat Maya yahh" ujarku tanpa menunggu jawaban bude aku keluar dari ruang dapur ke ruang keluarga

Aku udah liat wajah Imam yang tak sedap di pandang duduk di sofa seberang.Aku udah nebak tujuannya dia dateng pagi-pagi begini huft.

"May, kamu tuh implusif banget!!"

"Sadar gak sih keputusan yang kamu ambil itu resikonya gimana?!"

"Mam.." selaku tapi langsung di potong oleh Imam

"Kamu tuh bukan satu dua kali May buat aku geram"

"Kemaren-kemaren, tahun-tahun kemaren kamu sadar gak? buat keputusan tanpa ngasih tau dan pertimbangan dari aku?!"

"Apasih gunanya aku May?! Panjangan?!"

"Kalau iya mending aku mundur, berhenti aja May"

"Kamu tinggal cari asisten yang bisa tahan sama sikap kamu aja May"

"Aku udah toleransi emang kemaren, tapi kamu sendiri aja gak sadar, gak pernah mau berubah, capek sendiri ujung-ujungnya aku May"

" Kalo kamu gini terus gak mau berubah, capek yang jadi asisten kamu May"

"Kamu memang punya otoritas tinggi, tapi aku kan ada May, seenggaknya kamu diskusi dulu sama aku"

"Aku gak masalah di marahin sama Om Angga karena masalah band dulu, tapi kalo kamu sendiri gak sadar terus, merasa kamu paling bener sia-sia aku May"

"Aku bakal berhenti, tunggu surat sama agenda jadwal terakhir aku rekap" ujarnya emosi keluar dari rumah dengan langkahnya

Aku terdiam di sofa ruangan, aku ingin menghentikan imam juga percuma yang ada entar aku salah ngomong malah makin menjadi-jadi.

   Aku tau imam bakal marah karena keputusanku tentang club bang joy, tapi aku gak mikir kalau ini bakal serumit ini.

Sampai imam lontarin kata berhenti, aku gak nyaman banget.Aku juga kaget waktu imam nyebut nama papa, ternyata imam pernah di marahin sama papa karena kesalahanku? tapi aku gak tahu?

   Aku terdiam lama, hingga aku tak pergi ke dapur untuk mengambil ramen melainkan pergi ke kamarku dengan fikiran kosong.

Menghempaskan tubuhku di kasur dengan kesal, prustasi, aku ingin marah tapi marah pada siapa? Siapa yang harus di salahin sekarang? Aku? Papa? Atau music itu sendiri?!

Lyrics lagu beautiful dari bon Jovi mengudara membuat aku menoleh secara naluriah.

Aku melihat sekilas tidak ada niatan untuk mengangkat telepon saat ini, karena aku hanya ingin sunyi menjernihkan pikiranku.

Bunyi dering ponsel dengan lagu beautiful bon Jovi kembali terdengar membuat aku akhirnya duduk lalu melihat nama kontak panggilan.

Ternyata Aldi, aku langsung mengangkat telepon.

REHAT [END]Where stories live. Discover now