Bab 11

10 2 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM

.
.

HAVE A NICE DAY!

.
.

Setelah bisa menenangkan diri satu Minggu kemarin. Nindi berharap Minggu ini akan lebih baik. Dia sangat berharap banyak, karena suasana bisa berefek ke nilai praktek Nindi nantinya. Jangan sampai ia mendapat nilai yang tak diharapkan. Padahal dia sudah mempersiapkan matang-matang dari beberapa bulan yang lalu, jika suatu saat akan ada praktek ini. Jangan hanya karena suasana, usahanya akan hancur begitu saja. Jangan sampai.

Nindi akan praktek berpidato di depan dosennya. Dan materinya harus dibuat sendiri, dengan tema Membangun Negeri untuk masa depan. Dari tema itu, Nindi membuat seolah mengajak pendengar untuk membangun negeri dengan cara budayakan membaca. Sejenis pidato persuasif, karena bersifat ajakan.

Bukan karena dia suka membaca, melainkan Nindi juga ingin anak-anak di masa depan gemar membaca. Jadi sebelum melakukan sesuatu harus membaca dulu, agar tidak terjadi kesalahan. Sekarang banyak orang yang bertanya dahulu, padahal sangat jelas. Kalau kita baca terlebih dahulu, semua jawaban yang menjadi tanda tanya akan ada jawabannya. Itulah pentingnya membaca, menurut Nindi.

Saat sedang menghafal dan mempelajari teknik membacanya. Fokus Nindi teralihkan oleh seseorang yang baru saja melewati Nindi. Dua orang yang sama, yang Nindi lihat di Tugu Jogja. Mereka sepertinya makin dekat. Nindi jadi makin khawatir dengan kedekatan mereka, lebih tepatnya dengan Nafis.

Nindi bertekad akan berbicara dengan Rinjan. Agar dirinya menjauhi Nafis, jika ada apa-apa, Rinjan yang akan pertama kali Nindi salahkan. Sekarang lebih baik Nindi kembali fokus dengan praktek yang akan dimulai tiga puluh menit yang akan datang.

Gara-gara terhenti tadi, Nindi jadi lupa sampai mana. Dia harus mengulang dari awal dengan rasa terpaksa. Daripada bingung yang tidak jelas, lebih baik mengulang saja dari awal. Ya, walaupun butuh tenaga, suaranya akan cepat terkuras. Dia sampai lupa, tidak membawa air mineral. Bisa-bisa serak nanti setelah selesai. Nindi berlari ke kantin fakultas BSI, dengan cepat. Supaya waktunya cukup untuk masuk ke kelas dengan tepat, tanpa terlambat.

🍭🍭🍭🍭🍭

"Dengar Nindi, nilaimu hampir saja sempurna. Hanya saja, ada ejaan yang kurang tepat. Tolong pelajari kembali, agar di praktek selanjutnya nilaimu bisa benar-benar sempurna," ucap Pak Dosen yang berada di depan Nindi.

"Baik, Pak. Terimakasih," ucap Nindi lalu keluar dari kelas. Di sana ada beberapa teman Nindi yang masih menunggu giliran untuk praktek, termasuk Riska. Ingin rasanya Nindi menyapa, tapi hati berkata. Tidak ini bukan waktu yang tepat, dia sedang marah dengan Nindi.

Nindi pun meninggalkan area kelas, dia menuju ke area taman kampus. Untuk sekedar bersantai-santai sambil membaca novel. Walaupun begitu, Nindi akan gagal fokus jika ada seseorang yang melewatinya. Ahh, mungkin tidak hanya Nindi yang akan melakukan hal itu, orang lain juga pasti sama dengannya.

"Nindi ya?" tanya seorang perempuan yang baru saja menghampirinya. Nindi tidak mengenalnya. Asing di mata Nindi.

"Iya."

"Lo penulis cerita itu kan, yang lagi booming di wattpad yang judulnya ... , HANALA?" ucapnya setengah berteriak di kata terakhir yang ia ucapkan.

Nindi menganggukkan kepala.

"Ihh, seneng banget bisa ketemu penulis favorit gue. Cerita lo keren banget, kapan update lagi?" tanyanya.

"Gue belum tahu, lagi banyak praktek minggu-minggu ini. Oiya, nama lo siapa?" tanya Nindi. Asik mengobrol sampai lupa menanyakan nama cewek yang sedang diajak mengobrol.

Meet at Univ (On Going)Where stories live. Discover now