"Mereka habis ngapain, si ceweknya nangis,"

"Iyaa bener,"

•••

Di sisi lain Raka termenung melihat gelapnya jalanan. Entah mengapa dirinya memikirkan gadis tadi, dia menatap tempat yang diduduki gadis itu tadi. Tangannya terulur memegangi pipinya yang terkena tamparan dari gadis itu.

"Pengecut! Sejak kapan lo jadi pengecut Ka!" decaknya memukul stir mobilnya. Dia memilih memutar arah mobilnya menuju tempat di mana ia meninggalkan gadis malang itu. Gadis malang yang berniat bertanya alamat.

Mobilnya melaju dengan kencang, entah mengapa dia sangat khawatir dengannya. Dia merasa ada ikatan antara mereka.

"Kalau gak salah di sini kan," ucapnya menatap tempat gadis itu menangis tersedu-sedu. Tangisanya pilu masih terngiang-ngiang dipikiran Raka.

"Maafin gue," ucapnya.

"Cuma tamparan beberapa kali masih kurang," timpalnya.

"HAAA! Maafin Raka Ma, Yah. Raka keluar dari hal-hal yang kalian ajarkan," ... "Raka sekarang jadi orang pengecut," ucapnya meletakkan kepala di atas stir, dengan tangan menjadi tumpuannya. Sepertinya dia menangis.

•••

Setibanya di pondok, Saddam mengajak gadis itu masuk ke rumahnya. Dia hanya busa menurut, dia tidak bisa berbuat apa-apa, cuma bisa berharap kalau lelaki itu bukan seperti lelaki bejak yang ditemuinya beberapa menit yang lalu.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh,"

"Tuh kan, udah pulang. Mana- dia siapa Dam?" tanya Erga diam membeku, lalu menundukkan pandangannya.

"Dia siapa Dam?" tanya Umi Bilqis menghampiri keduanya.

"Nanti Saddam ceritain. Sekarang, Saddam minta tolong bantuin dia bersih-bersih," gumam Saddam menundukkan kepalanya. Umi Bilqis tak bertanya apa-apa lagi, dia hanya mengajak gadis itu ke dalam.

Saddam melirik Athira sejenak, lalu memberikan keresek yang berisikan salep yang dibelinya tadi. Dia memikirkan nasib gadis yang dinodai oleh lelaki yang tak berperikemanusiaan itu.

"Makasih," cicit Athira dibalas anggukan kecil dari Saddam.

"Ga, ikut ane ke luar sebentar,"

•••

Mereka duduk di sebuah gazebo dekat sungai, tempat biasa mereka berbincang. Cuaca cukul dingin, tapi mereka tak memakai jaket, atau sesuatu yang tebal, hanya baju kokoh dan sarung.

"Ada apa Dam?" tanya Erga setelah beberapa berdiam.

Saddam menarik nafas panjang, "Gadis yang ane temui tadi abis dinodai cowok," jelasnya singkat.

Mata Erga membola, "Siapa orangnya, bajingan-"

"Stt, ane gak tau dia siapa. Dia udah pergi waktu ane ngeliat gadis itu,"

"Jadi sekarang gimana?"

"Ane mikir bakalan batalin perjodohan dengan Ustadzah Arumi, dan bakalan nikahi gadis itu," ujarnya setelah berpikir keras.

"Ente yakin?" Erga terkejut, terlebih dia mengetahui fakta kalau adiknya menyukai sahabatnya itu. Dia tau apa yang akan dirasakan adiknya itu.

"Yakin, ini demi menutup aib dia. Lagi pula tadi Ibu-Ibu liat kita, mungkin udah gosipin kita yang enggak-enggak,"

"Tapi Dam, ente ngelepas Ustadzah Arumi demi gadis itu, gadis yang gak tau asal-usulnya," ... "Gimana kalau dia ngejebak ente Dam,"

"Enggak, ane yakin dia gak bohong,"

Impian Athira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang