- dua puluh tujuh

833 119 7
                                    

Renata dan Junghwan bingung soalnya Keyla nangis mulu kalau Kenji udah tidur. Mereka bisa faham sih dengan keadaan kakaknya itu.

"Kalau kak Jihoon selingkuh, apa mungkin ya sama cewek waktu itu tabrakan sama gue?" Bathin Junghwan.

"Gue harus cari tahu" bathinnya lagi.

Junghwan menyambar jaket yang tersampir pada sofa lalu pergi.

"Mau kemana lo?!" Ucapan Renata menghentikan langkah Junghwan.

"Urusan anak muda! Yang tua diem aja!" Junghwan terkekeh.

Renata melotot di lengkapi melempar sendalnya untung aja gak kena Junghwan.









Junghwan masuk kantor Jihoon tanpa permisi toh yang disana juga udah pada tahu siapa si ganteng tersebut.

"Heh! Ngapa lo kesini?" Doyoung tiba tiba datang.

"Mau ngelamar kerja! Ada lowongan gak buat gue?"

"Mana surat lamaran lo?!"

"Belom bikin" Junghwan nyengir.

Doyoung menghela nafas "tuan besar gak ada! Bos Jihoon lagi di hukum sama tuan besar"

Junghwan membulatkan matanya "kok bisa?!"

"Lo tahu kan bos Jihoon kerjaannya bikin dosa! Nah dia lagi nerima balasan atas dosa dosanya" ucap Doyoung berjalan menuju salah satu meja karyawan diikuti Junghwan tentunya.

Junghwan ngangguk ngangguk doang.

"Lo mau gak bantu gue?"

"Bantu apaan?"

"Nangkep ular betina"

"Buat apaan?"

"Buat syarat pesugihan!"

"Enggak ah musrik!"

"Dapat duit dua puluh juta!"

Junghwan langsung mengerjap ngerjapkan matanya "beneran?!"

Doyoung geplak kepala Junghwan "denger duit aja mata lo ijo!"

Junghwan cuma nyengir "normal lah bang! Realistis zaman sekarang apa apa harus pake duit"

"Ya udah yuk ikut gue!"

Junghwan nurut aja tanpa tahu apa itu ular betina yang di maksud Doyoung.















Doyoung dan Junghwan tiba di sebuah mall tepatnya cuma di parkiran.

"Bang ngapa sih disini? Emang ularnya sosialita bisa masuk mall?"

Doyoung fokus mengawasi pintu keluar mall "bawel lo ye! Pokoknya lo jangan bacot ikuti aja perintah gue!"

Junghwan diem.

"Tuh tuh tuh! Lo lihat cewek yang pake baju warna merah!" Doyoung mukulin lengan Junghwan dengan pandangan yang fokus pada sosok berbaju merah.

"Iya itu. Kenapa? Cantik"

Doyoung noyor kepala Junghwan "lo samperin sana! Pura puranya lo nanya alamat atau nanya kartu keluarga atau apalah terserah! Pokoknya bikin dia nyaman! Terus lo harus ngaku orang tajir!"

"Harus gitu?"

"Lo ikutin aja ah bawel lo kaya emak emak kehilangan laki!"

Junghwan mendecak sebal lalu keluar mobil dan menghampiri sosok wanita berbaju merah yang di makasud Doyoung barusan.

Setelah kepergian Junghwan, Doyoung segera menghubungi seseorang.

"Hendery lo siap siap!"- Doyoung

"Otw" - Hendery



Bruk! Junghwan nabrak seseorang.

"Maaf ya gak sengaja!" Kata Junghwan.

Wanita itu mendongkak "gak apa apa kok"

Junghwan tertegun "kayanya gue pernah lihat nih cewek" bathin Junghwan.

"Kaya pernah lihat" bathin Woyeon begitu matanya menatap jelas wajah Junghwan.

Junghwan menepis lamunannya "maaf mbak! Mari saya bantu!" Junghwan memungut keresek yang baru saja isinya di punguti oleh Woyeon.

"Makasih" Woyeon gugup.

"Oh ya sebagai permintaan maaf mau gak saya teraktir?!"

"Gak usah, lagipula saya gak apa apa kok" tolak Woyeon.

"Ayolah plis! Saya nih gak enakan orangnya"

Woyeon diam sejenak sampai akhirnya menerima tawaran Junghwan.

"Bagus juga ngedramanya tuh bocah" monolog seseorang memperhatikan Junghwan dan Woyeon dari jauh.









Seperti yang di katakan Doyoung kalau Junghwan harus ngaku orang tajir jadi dia so so an masuk cafe mahal.

"Oh ya, sepertinya kita pernah ketemu ya?!" Junghwan memulai pembicaraan.

"Iya deh. Saya juga inget inget lupa sih" Woyeon senyum.

"Ah ya udahlah lupain aja. Btw gak sangka ya ketemu lagi" Junghwan tersenyum.

Woyeon cuma senyum tipis lalu meminum jus strawberrynya.

Kring' ponsel Junghwan bunyi.

"Oh sebentar, asisten saya nelfon" Junghwan bangkit dari duduknya berjalan agak jauh dari Woyeon.

"Hallo bang" - Junghwan

"Lo jangan pergi dulu sebelum gue dan Hendery datang" - Doyoung

"Hendery siapa?" - Junghwan

"Sales panci" - Doyoung

Sambungan telfon terputus.

"Kok bisa kak Jihoon punya sekertaris modelannya kek bang Doyoung" monolog Junghwan lalu berjalan menghampiri Woyeon lagi.

"Sorry ya, tadi asisten saya bilang katanya mobil di bengkel belum selesai jadi aku jangan pergi dulu. Supir saya baru jadi dia belum sempet saya mintain nomor telfon" Junghwan sombong amat 😁

"CEO ya?"

Junghwan ngangguk sambil senyum "kalau untuk kerjaan saya sudah serahkan ke sekertaris, dia pintar dan serbaguna udah kaya tepung bumbu dah pokoknya"

Woyeon terkekeh denger lawakan garing Junghwan.

"Asisten punya, sekertaris terus supir juga waaahh fiks dia pasti kaya banget" bathin Woyeon.

"Oh ya belum kenalan ya daritadi. So Junghwan" Junghwan mengulurkan tangannya.

"Ah iya. Woyeon Park"

"Wait! Kaya pernah denger nama itu" bathin Junghwan.

"Oh mantan bininya kak Jihoon! Iya gue inget cerita ayah Baekhyun waktu itu. Oh jadi ini ular buat syarat pesugihan! Hmmm gue faham sekarang!" Bathin Junghwan lagi tersenyum licik.

"Kenapa bengong?"

"Ah gak apa apa. Kamu cantik" puji Junghwan asli gak sengaja.

Mereka berdua asik ngobrol ampe katawa ketiwi udah kaya pasangan baru jadian.

Brak! Meja yang di huni Junghwan dan Woyeon di gebrak seseorang.

Woyeon natap terkejut pada sosok Doyoyng dan Hendery sementara Junghwan malah senyum penuh kemenangan.

"Kamu berakhir Woyeon Park!" Junghwan tertawa.

Woyeon natap tajam ke Junghwan tapi dia gak bisa ngapa ngapain di kepung tiga orang laki laki sekaligus.




































Ayok jangan lengah ya bentar lagi tamat hehe

Btw di akhir kok emak pengen jadi Woyeon ya di kerubuni tiga cogan😁

DUGEM (DUda GEMez)Where stories live. Discover now