25. (END - dihapus beberapa bagian)

42.1K 3K 204
                                    

"Mbak Nessa?" Ia menggumam. Seolah masih tak percaya akan kehadiranku di ruangan tersebut.

"Dokter bilang, kamu sudah boleh dikunjungi. Jadi, aku ke sini dan membawakanmu makanan. Aku nggak tahu apa makanan favoritmu, jadi ... yeah, kubawakan saja banyak buah dan cemilan sehat." Kuletakkan bungkusan besar di meja di sisi ranjang.

Kali ini perempuan itu mendongak, mengarahkan tatapannya ke arahku. Terlihat jelas kedua matanya mulai berkaca-kaca. Seketika rasa bersalah menghinggapi diriku. Apa seharusnya aku tak membahasnya? Aku sudah pernah mengalami hal ini. Jadi aku tahu bagaimana rasa sakitnya.

"Aku minta maaf atas apa yang sudah kulakukan padamu ya, Mbak. Aku sadar diri, dulu aku pernah berkali-kali berniat buruk padamu, termasuk berusaha untuk menghancurkan pernikahanmu dan Dru." Friska memotong kalimatku.

Aku tertegun. Sabar menanti kalimat yang akan Friska utarakan selanjutnya karena aku yakin, obrolan ini akan berlangsung lumayan lama.

"Dru adalah pilihan yang paling sempurna untukku, Mbak. Mapan, tampan, baik hati dan kaya raya. Nggak mudah untuk bisa menakhlukkannya. Hubungan kami lancar, ia bahkan sudah mengutarakan keinginannya untuk menikahiku. Tapi ... ketika angan-angan untuk menikah dengannya tinggal sejengkal, tiba-tiba saja perjodohan itu datang. Dru dinikahkan dengan perempuan lain. Aku begitu sakit hati. Terlebih ketika Dru menerima perjodohan itu dan menyudahi hubungan kami. Ia sama sekali tak berniat memperjuangkanku." Friska melirikku sekilas lalu kembali menjatuhkan pandangan ke kedua tangan di atas selimut.

"Aku selalu mencari cara untuk merebutnya kembali. Ketika dia pulang dari kantor, aku sering menyusulnya. Sekadar mengajaknya mengobrol atau memintanya menemaniku makan. Aku senang ketika ia pulang telat dan kalian bertengkar. Aku bahkan sering berpura-pura sakit agar ia mau menjagaku." Friska terkekeh parau. "Awalnya aku percaya dia akan kembali padaku. Aku masih percaya bahwa akulah satu-satunya wanita yang akan dipilih pada akhirnya. Nyatanya?" Ia menggeleng-geleng pelan. "Begitu gampangnya ia jatuh hati padamu."

Aku menyaksikan kristal-kristal bening menetes melewati pipi. Bibirnya yang pucat bergetar. 

"Ternyata begini ya, Mbak, rasanya kehilangan suami, kehilangan anak. Aku nggak nyangka bahwa karma akan datang padaku secepat ini. Maafkan aku, ya, Mbak. Tolong maafkan semua kesalahanku." Friska menutup wajah dengan kedua tangan. Lalu tangisnya pecah. Perempuan terisak dengan bahu terguncang.

Dan ulu hatiku terasa nyeri. Ada amarah menyergap manakala perempuan itu mengungkapkan segala perbuatannya selama ini. Tak menyangka bahwa selama ini ia memang terang-terangan berniat menghancurkan rumah tanggaku dan Dru. Sengaja mengajaknya bertemu agar Dru pulag telat? Berpura-pura sakit agar Dru lebih memperhatikannya? Astaga, rasanya darahku berdesir.

Namun menyaksikan ia yang sekarang, terisak tak berdaya, hatiku pun tak kuasa membencinya. 

***

"Itu tanggal-tanggal keramat. Saat di mana setiap malamnya aku harus lebih banyak menghabiskan waktuku di ruang kerja, tiduran di sofa, di depan tivi, pokoknya nggak dekat-dekat sama kamu karena ...." Kalimat Dru terhenti. "Ah, sudahlah. Otakku sudah travelling ini." Ia bangkit. Bukan untuk beranjak pergi, melainkan mendekatiku lalu mengangkat tubuhku dengan ringan.

"Ngapain?" tanyaku bingung.

Dru tersenyum penuh arti. "Otakku sudah terlanjur kemana-mana. Jadi ayo kita lakukan." Ia mendaratkan ciuman lembut di bibir. "Pelan-pelan saja, aku janji. Agar jika di sana benar-benar ada Dru kecil," Kali ini ia melirikku perutku. "Ia nggak terguncang."

Aku tersenyum. "Aku nggak yakin kamu bisa pelan," bisikku di telinganya dengan ekspresi menggoda sambil mengelus dadanya yang keras.

"Syukurlah kamu sadar. Suamimu ini memang jarang bisa mengendalikan diri apalagi kalau sudah ...." Ia mendesis karena kali ini jemariku menyusup di bawah kaosnya.

"Nakal begini. Tapi aku suka." Ia berbisik di atas bibirku lalu menyambarnya lembut. Langkahnya yang panjang membawa kami menyusuri anak tangga menuju kamar atas. Dan selama itu pula kami tak melepaskan ciuman kami.

Dalam hati aku merapal doa, semoga besok pagi kami mendapat kabar baik.

***

Tamat.

Terima kasih sudah setia mengikuti cerita ini sampai selesai. Terima kasih sudah sabar menanti jadwal updated yang -- gak ada jadwalnya. Wkwkwk ...

Terima kasih untuk setiap kritik dan saran, setiap komentar, vote, dan support. Kasih tau kalo ada typo ya.

Sampai jumpa lagi di versi buku. Akan ada beberapa part tambahan di sana. Semoga pembaca semua diberi kesehatan dan kelancaran rejeki, biar bisa peluk bukunya. Hehehe...

Ebook juga bakal ada. Jadi yang berat ongkir, tungguin ebook-nya di playstore ya.

I love U 😘

021021©KeiWinset

Note: Info PO buku akan menyusul.

Ayo Nikah Lagi! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang