•prolog

719 267 215
                                    

"Anak pembawa sial kayak lo nggak pantes hidup!"

Suara berat terdengar dari arah belakang membuat laki-laki berseragam putih abu-abu itu menghentikan langkahnya. Dia mengenal siapa pemilik suara itu, Farel. Abang kandung satu-satunya yang Reza miliki, namun kehadirannya tidak pernah terlihat olehnya. Slayer biru masih setia menutupi area mulutnya, di dalam sana rahangnya yang tegas, mengeras. Menunjukkan betapa tidak sukanya ia mendengar perkataan itu lagi. Wajahnya masih di penuhi keringat sedari tadi, karena habis latihan basket sebelum pulang ke rumah.

"Kalo gua nggak pantes hidup, kenapa gak dari dulu aja Tuhan ambil gua. Atau lebih tepatnya ngegagalin gua buat lahir ke dunia yang penuh kekejaman ini." Sahut Reza.

"Nggak salah sih lo lahir di dunia yang penuh kekejaman, manusia sialan kayak lo emang pantes nerima semua ini." Ucap Farel membuat Reza semakin menahan keras emosinya.

"Bukannya lo, ya, yang pantes menerima semua ini?"

Bugh

Farel melayangkan satu pukulannya yang tepat mengenai rahang Reza, membuat slayer biru milik laki-laki itu terjatuh mengenai lantai. Reza yang tersungkur, hanya tertawa kecil dan membersihkan sedikit darah di bibirnya yang sobek itu.

"Jaga mulut lo!"

"Apa kabar sama mulut lo?"

Terlihat rahang abangnya yang mengeras akibat kata-kata yang keluar dari mulutnya. Sangat puas jika melihat abangnya itu terdiam kalah bacot olehnya.

"Buang-buang waktu aja lo, ke sini mau cari ribut doang. Owh iya lupa, manusia nggak berguna kayak lo, 'kan nggak punya kesibukan waktu," Ejek Reza.

"Tadinya gua kesini nggak ada tujuan apa-apa. Tapi pas ngeliat lo pulang sekolah, jadi punya tujuan, yaitu mau ngehajar lo."

"Rumah gua terlalu susah di bersihin kalo lo yang buat jejak nya. Dari pada terlalu banyak lo bikin jejak di sini, mending cabut deh."

Lagi-lagi Farel di buat bungkam olehnya. Memang awalnya dia tidak punya maksud apa-apa buat datang ke rumah papahnya itu. Namun ketika melihat Reza, hawa ingin mengajaknya ribut muncul tiba-tiba.

"Gua bakal cabut, asal lo keluar dari perkumpulan Calaveras itu."

"Calaveras itu udah kayak keluarga gua, dari mereka gua banyak belajar menerima keadaan. Dan adanya mereka, buat gua gak merasa kesepian."

"Mereka tuh perkumpulan enggak bener!

"Yang lebih nggak bener itu lo."

"Bangsat!"

Reza tak meladeni perkataan abangnya itu, ia mengambil slayer biru nya yang terjatuh tadi, dan melanjutkan langkahnya ke kamar meninggalkan abangnya yang mungkin akan segera pergi dari rumahnya itu.

Reza berdecih. "Bangsat kok teriak bangsat."

"Gua masih bisa denger ya,"

***

"Abang, kenapa yah. Bunda nggak pernah jagain Luna?"

Hujan deras sedari tadi tidak berhenti-henti, saat ini malam hari bersama derasnya hujan membuat Reza sedikit canggung dengan keadaan rumah yang sepi sejak 1 bulan yang lalu. Dia dengan adik kecilnya sedang menempati ruang tamu yang luas itu.

"Bunda sibuk, princess."

"Jangan sedih. Kan ada Abang, yang selalu jagain Luna," Sahut Reza dengan mengelus halus rambut adiknya itu.

"Tapi, Luna kangen sama Bunda sama Ayah. Apa mereka nggak kangen, ya, sama Luna?"

Terlihat raut wajahnya yang sedih, membuat Reza bingung. Bagaimana pun ia tidak bisa menyembunyikan rasa kangennya terhadap kedua orangtuanya itu. Dan melihat adik kecilnya yang sedih, membuat dia menampakkan kesedihannya juga.

"Mereka juga kangen kok, sama kamu. Tapi mereka sibuk, makanya gak bisa nunjukin rasa kangennya ke kamu."

"Abang, Luna ngerepotin Abang ya, selama Bunda nggak di rumah?"

Reza menggeleng, mengangkat dagu adiknya dan sedikit tersenyum. "Enggak sama sekali. Kamu, perempuan kedua setelah bunda yang harus Abang jaga. Jadi bagaimana pun keadaanya, Abang bakal tetap sama Luna, jagain Luna."

Luna mambalas senyuman Abang nya itu. Hampir saja ia menangis, namun dengan ucapan Abang nya itu membuat ia kembali tersenyum. Dan jujur, ia juga tidak bisa selama itu menatap wajah Abang nya yang tampan.

"Luna, jangan merasa sendiri ketika Bunda ataupun Ayah lagi nggak sama kamu. Kamu jadi tanggung jawab Abang saat mereka nggak ada di rumah. Kalo Luna butuh apa-apa, bilang aja sama Abang, insyaallah Abang turuti kalo Abang mampu."

"Princess nggak boleh sedih lagi, yah. Tau nggak, princess itu cantik, kalo bahagia."

"Dan teruslah tersenyum karena kamu bahagia, jangan karena menutupi luka."

---

Hallo kakak-kakak, mohon maaf apabila ada kesalahan kata, tanda baca. Maklum baru belajar, nanti di perbaiki lagi biar makin baik.

Jangan lupa ninggalin jejak di sini yah. Jangan ninggalin pas sayang-sayangnya, sakit tau.

Oke bye, sekian terima kasih.

ALFAREZA (HIATUS)Where stories live. Discover now