"... Jika dipikirkan lebih lagi, kurasa kakekku lebih gila karena percaya dengan apa yang aku beritahukan. Termasuk percaya akan pengakuanmu terkait keberadaan desa ini. Padahal dia belum pernah bertemu denganmu sebelumnya. Intinya, percaya saja semua akan membaik. Barangkali Museum Huanjing setelah ini akan meraup banyak keuntungan dan bukannya hal buruk," kekehnya kemudian, sungguh membuat Xue Jing tak habis pikir akan isi pikiran pria ini. Meskipun begitu, sukses sudah membuat Xue Jing tersenyum.

Namun, suasana suram disertai kekelaman kembali dirasakan. Tatkala langit yang cukuplah cerah tiba-tiba terselimuti awan mendung, rintikan air mata langit pun meluruh begitu saja tanpa meminta izin dari sejumlah tim berpakaian jubah putih yang sibuk memindahkan potongan kerangka demi potongan kerangka dari tumpukan tulang belulang secara hati-hatinya semacam benda yang teramat berharga.

Lantas harus bagaimanakah Xue Jing dan He Ting bereaksi kala melihat tumpukan tulang belulang yang ada ini? Rasanya seperti barulah kemarin mereka menyaksikan langsung akan megahnya gua yang menjadi atap dari area yang mereka pijaki ini, dan jujur saja ... aura yang berada di sekitar area hutan larangan masihlah terasa kuat oleh semacam energi. Sulit untuk dijelaskan, tapi jika harus mengatakan energi apa itu, maka Xue Jing ataupun He Ting mampu mengatakan ini adalah bentuk energi yang berharap untuk dilepaskan, alias bebas.

"Mereka akan beristirahat dengan tenang mulai sekarang, bukan?" tanya Xue Jing, langkah seketika terhenti. Mendapati akan bagaimana He Ting meraih dan menggenggam sebelah tangannya, pun tahu-tahu pria ini menarik dan memeluk sudah. "Sejak Mo Shan juga para penjaga desa tewas. Aku yakin, sangat yakin mereka sudah tenang, dan sekarang mereka hanya akan memenuhi seutuhnya ketenangan itu," jawab He Ting, dan jawaban itu sukses meluruhkan air mata tertahan yang sedari tadi Xue Jing tahan. "Sesuatu membahagiakan seperti ini untuk apa ditangisi? Tersenyum, justru itulah hal yang tepat dilakukan. Anggap sebagai hadiah terakhir dari kita untuk mereka."

Apa yang dikatakan He Ting ini benar, mereka telah terkubur lama di sini tanpa ada siapa pun yang tahu, tapi sekarang tidak lagi ... mereka telah ditemukan, siap mendapatkan kuburan yang jauh lebih hangat. Diusap sudah air mata yang masihlah tergenang dalam sepasang netranya, mengembangkan senyuman sembari melepaskan pelukan. "Apa kau sedang bermain peran? Mencoba menjadi kuat di kala kau sebenarnya juga ingin menangis tadi, bukankah begitu?"

"Setidaknya aku tidak menangis sepertimu," ucap cepat He Ting, merasa beruntung rintikan hujan turun kini. Setidaknya mana air mata dan air hujan tidaklah kentara terlihat. Namun, menyebalkannya, pria ini terus saja mengejek. "Lihatlah betapa konyolnya dirimu, aku yakin kau juga suka menangis tiap kali menonton drama ataupun saat menulis, whoahh ... tidak bisa kubayangkan," lanjutnya, bereaksi seakan sedang membayangkan baik-baik bagaimana jika ucapannya ini benar. Sebelum akhirnya tertawa, diikuti pula oleh Xue Jing yang tak terima sebenarnya diperlakukan seperti ini.

Namun, apa pula yang terjadi? Apa mungkin cuaca mampu berubah secepat ini? Meskipun benar langit berawan taklah hilang, tapi setidaknya rintikan hujan telah berhenti. Kala di mana sinar kehangatan dari sang surya yang bertengger pada singgasana tertingginya, dirasakan sudah. Mengusir sejumlah energi tak mengenakkan yang masih melingkupi area hutan larangan di masa lampaunya.

"Tuan," sapa seorang pria, menyudahi sesi tertawa mereka untuk menanti apa sekiranya yang ingin disampaikan pria arkeolog ini. "Kami menemukan sesuatu pada dua kerangka yang tergeletak berdekatan." Memperlihatkan sesuatu yang dimaksudkan tersebut pada telapak tangannya yang mengenakan sarung tangan medis.

Sepasang cincin giok abu-abu. Serta merta He Ting bertukar pandang dengan Xue Jing, tahu akan apa keinginan wanita ini. Karena memang itu pula yang diinginkan oleh He Ting. "Boleh aku melihat kerangkanya?"

Pria itu pun menunjukkan arah, mengantar He Ting juga Xue Jing pada sisi lain yang menampilkan akan keberadaan dari tenda terbuka. Mendapati pula akan jejeran kerangka yang telah diselamatkan, baik berupa kerangka belum utuh ataupun yang telah utuh. Dan di antara kerangka-kerangka tersebut, satu yang akhirnya menarik perhatian keduanya. Bahkan pria yang menunjukkan jalan pun kini terus berjalan ke arah tersebut. Tepatnya, pada ujung dari tenda yang memanjang ke samping ini, dua kerangka utuh terbaring berdampingan.

"Sebelah kiri jelas seorang pria, dan yang kanan adalah wanita. Mereka bisa saja pasangan karena cincin ini." Menunjukkan kembali cincin yang dimaksud, kala He Ting pada akhirnya mengambil pun meminta pria arkeolog ini kembali bekerja.

"Kau akan menyimpannya?" Dan jawaban yang Xue Jing dapatkan hanyalah berupa 'hmm', tak heran jika ia mengalihkan sudah pandangan dari kerangka tersebut pada He Ting. Setidaknya ingin tahu lebih jelas lagi 'hmm' seperti apa yang dimaksud. Tatkala mendapati kemudian akan bagaimana He Ting malah melihat ke lain arah, semacam sedang bertemu pandangan dengan seseorang saja. "Mungkin itu yang mereka inginkan," ucapnya, tersenyum.

Mereka? Xue Jing yang kian tak paham, terlebih dibuat semakin bingung akan tingkah aneh He Ting ini pun berakhir mengikut arah pandangnya.

Sempat terkejut di awal, tapi setelahnya mengeluarkan ekspresi serupa dengan He Ting, tersenyum. Tepatnya senyuman lebar dilengkapi pula sepasang netra berkaca-kaca, menangkap sosok Hui Yan dan Ji Yu yang bergandengan tersebut ikutan tersenyum lebar pula. Yang mana sekejap kemudian berubah menjadi seberkas cahaya terang, naik ke atas langit yang entah sejak kapan telah terbebas dari selimutan awan.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang