Chapter 54

61 16 99
                                    

Menyingkirkan segala pemikiran yang ada, Ji Yu mulai mengedarkan pandangan dalam ruangan kuil yang hanya mengandalkan cahaya kilatan petir dari luar sana. Meskipun demikian gelap, tak dipungkiri kalau sana-sini bahkan langit-langit menjulang nan luas dari kuil kosong ini terhiasi sudah sarang laba-laba. Tak jarang pula, permukaan lantai yang tertutupi debuan ini pun akan mencetak jelas jejak kaki mereka berempat yang kini mendekati area tengah. Tepatnya area yang menyajikan pemandangan berupa lobang besar, lobang dengan pendar cahaya hitam menutupinya.

Kian Pak Tua mendekat, kian pula geraman terdengar, menggetarkan permukaan lantai di mana mereka berpijak. Sontak saja Ji Yu dan Yue Ming menghentikan langkah, berbeda dengan Tang Yuan yang justru terus saja melajukan langkah. Bahkan suami Kwan Mei ini tak segan-segan, menjongkokkan diri pun menyentuh pendaran cahaya hitam yang diketahui segel pengurung yang diciptakan oleh Pak Tua.

"Kalian lihat ukiran yang ada pada lantai." Tunjuk Pak Tua, memperlihatlah keberadaan dari tiga ubin yang memiliki ukiran layaknya bulan sabit mengelilingi area berlobang dalam jarak tertentu. Namun, jika diperhatikan lebih lagi, jelas itu bukanlah ukiran melainkan sisik naga berwarna hitam yang tertanam. "Tidak peduli apa pun yang terjadi nanti, pastikan kalian bertiga selalu berada di atasnya, kalian mengerti?"

Tanpa banyak bicara lagi, mereka bertiga pun mengambil posisi didekat dari ubin-ubin tersebut. Kala lihatlah bagaimana Pak Tua memunculkan belati es mata iblis dari tangan kanan kosongnya dalam sekejap mata, pun kemudian tanpa keraguan sedikit pun dikibaskan sudah sebelah lengannya pada area berlobang. Serta merta, sepasang netra Pak Tua sekilas menyala kemerahan seiring akan memudarnya pendar kehitaman dari segel pengurung.

Akan tetapi, kesunyian dan keheningan macam apa ini? Kian mendebarkan saja. Yang mana Pak Tua telah berada pada posisi siap siaga, pandangan menajamnya tak sama sekali dialihkan dari area berlobang. Semacam ia tahu kapan makhluk di dalam sana akan keluar, atau barangkali Pak Tua sedang memperhitungkan akan seperti apa harus menghadapi dan menyudahi pertarungan ini dalam waktu sesingkat yang ia bisa lakukan. Apa pun itu, mari percayakan saja pada Pak Tua yang telah berpengalaman ini. Kala pertarungan akanlah segera dimulai, makhluk tersebut, alias naga hitam benarlah keluar kini.

Tubuh bersisik nan kokoh berliuk-liuk, dibawa berputar-putar mengelilingi langit-langit kuil. Belum lagi, lihatlah kuku yang dimiliki seakan mampu mengoyak matikan siapa pun hanya dalam sekali sapuan. Juga, tanduk-tanduk kecil yang menghiasi area kepala, yang mana sepasang netra merah yang dimiliki terus saja diarahkan pada Pak Tua.

Kebencian, kemurkaan, dan ketidakterimaan pun dirasakan kuat. Dan begitu Pak Tua memberikan aba-aba, terpijaki sudah ketiga ubin yang terbenam sisik naga tersebut. Lihatlah pula bagaimana leher makhluk kegelapan ini terjerat sudah oleh rantai yang memampukan ia untuk tidak terbebas sepenuhnya.

"Kuberikan kau kehidupan, lantas seperti inikah kau membalasku!"

"Berhenti mencoba menggoyahkan keputusanku!"

"Keputusanmu hanya aku yang bisa memutuskan! Kau hanya manusia lemah, makhluk paling tak berguna! Kau pikir bisa memusnahkanku hanya dengan bantuan tiga pria lemah ini! Zhan Hou, kau sungguh konyol!"

"Dulu kau juga meremehkanku, tapi buktinya aku bisa mengurungmu di sini. Sekarang, aku pun bisa memusnahkanmu!"

Naga hitam menggeram, sepasang netra yang seakan hanya sudi diarahkan pada Pak Tua, pada akhirnya dialihkan sudah pada Tang Yuan. Namun, detik berikutnya dialihkan pada Yue Ming. Entah hal apa yang dicarinya, semacam ada ketidakpuasan. Hanya saja, begitu sepasang netra makhluk kegelapan ini bertemu pandang dengan Ji Yu, tampak sudah akan datangnya suatu ketertarikan. Yang mana Pak Tua serta merta berseru, meminta Ji Yu untuk berhenti memandangi naga hitam alam iblis ini.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now