105 ~ Menjadi Demon?

60 14 0
                                    

Malam semakin larut, dan tidak ada yang tertidur sama-sekali. Sesekali kami akan menatap ke arah pegunungan utara. Aku juga merasakan tubuhku yang panas dingin, perasaanku tidak enak. Dan hal itu membuat Jack sesekali harus mengambil beberapa jenis tumbuhan dari hutan, sepertinya dia memang mengetahui banyak hal.

"Kau masih bisa bertahan?"

Aku mengangguk, menatap Travold yang terus berusaha untuk memberiku kekuatannya. Jack kembali dan merambu beberapa jenis tumbuhan itu lagi, tapi semakin aku meminum ramuan itu. Semakin aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku merasakan bahwa sepertinya ini adalah puncaknya. Aku menatap Travold.

"Kau pasti bisa melakukannya, Kirey. Tamus, Tana, Tara, apa kalian sudah siap?"

Mereka mengangguk, lalu segera menghilang dari tempat ini. Aku menatap Travold yang membawaku berdiri, dia tersenyum sembari memelukku erat. Dàdaku semakin terasa sesak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Jack juga tidak memberitahukan apa yang akan aku alami. Aku menatap Travold yang membawaku ke arah Jack.

"A—apa yang aka....arghhh!" teriakku keras, pungguku sakit. Sekujur tubuhku terasa terbakar. Jari-jariku juga kembali memanjang. Aku menatap Travold yang masih tetap memegangiku.

"Trav...ARGGGHHH!" Teriakku semakin merasakan sakit. Keringat dingin membanjiri tubuhku, kabur hitam berkumpul di atas kami. Aku menatap dari arah pepohonan, rasanya aku mendengar ada teriakan-teriakan dan suara pedang yang saling beradu di sana. Aku menatap Jack yang menunduk dan memberiku ramuan itu lagi.

"Kau akan berada dalam wujud Demonmu sebenarnya, aku mohon jika dalam wujud itu. Tetaplah sadar Kirey, jangan lukai siapapun. Karena aku tidak akan bisa mengendalikan dirimu sampai proses perubahanmu selesai!"

"Trav, aku...sakit!" isakku, menggenggam tangan Travold kuat. Sama-sekali tidak ingin melepaskannya. Aku menatap ke arah punggungku yang benar-benar terasa aneh.

"Kamu harus kuat sayang, aku yakin!"

"ARGHHHH!" teriakku keras, begitu merasakan tubuhku benar-benar seperti terbakar. Bruk—aku bahkan tidak sadar jika tanganku menghempaskan tubuh Travold yang terus berusaha untuk membantuku. Jack juga ikut terlempar, kekuatan yang besar sekali. Aku bisa merasakan kekuatan yang lebih besar. "Tidak, Kirey. Tahan!" teriak Travold dari jauh.

Aku berusaha untuk menahan kekuatan yang terasa ingin membuatku menghàncurkan apa saja yang ada di depanku. Badanku semakin mengeluarkan keringat, bahkan aku tidak lagi sadar jika punggung bajuku sudah robek. Nafasku tercekat, aku menatap Travold yang terus berusaha untuk mendekatiku.

"Tahan Kirey, aku yakin kamu bisa!" teriaknya dari jarak dekat

"Tidak, jangan mendekat Trav!" bisikku dengan suara pelan. Berusaha untuk menekan kekuatan itu, srak—aku tidak sadar jika punggungku rasanya robek. Hal itu membuatku semakin merasakan sakit. "Arghhhhh!" teriakku mencakar apapun yang ada di depanku dengan cakarku.

"Kirey!"

Aku menatap Travold yang memeluk tubuhku kuat, tidak, "Tidak, Trav, pergi. Aku tidak tahan untuk mengontrolnya!"

Travold menggeleng dan terus menahan tubuhku yang hampir lunglai, menatap bahwa sepertinya Travold sama-sekali tidak ingin menyerah. Membuatku membiarkan dia sendiri, sembari menahan tanganku yang hampir melukai Travold kembali. Punggungku, rasanya, rasanya sakit sekali. Aku tidak bisa menahanya lagi.

"Arghhhh, ini sakit!" isakku, menatap Travol dengan isak tangis yang membanjiri wajahku.

"Arghh!" Srak—Suara kepakan sayap terdengar, aku terkejut menatap sepasang sayap hitam yang berasal dari punggungku. Rambutku juga kembali berubah menjadi pirang kemerahan, menjadi warna rambutku sebelumnya. Perhatianku tertuju ada Travold, yang juga mengeluarkan sayapnya.

"Kirey, perhatianmu harus tertuju padaku. Jangan dengarkan apapun untuk sekarang, kau masih butuh untuk menyesuaikan dirimu!"

Aku mengangguk, lalu berusaha untuk mengalihkan perhatianku dari suara-suara pedang dari arah hutan. Sayapku membawaku terbang, begitu juga dengan Travold yang tetap memegangiku. Tidak membiarkan sedikitpun kesempatan bagiku untuk berpaling darinya. Hingga tiba-tiba aku merasakan sekujur badanku melemah dan bruk—sayap itu tiba-tiba menghilang, membuatku kehilangan keseimbangan. Beruntung Travold lebih dulu menangkap tubuh setengah telànjangku. Dia menutupiku dengan jubahnya.

Travold membawaku turun, dia meraba keningku yang terasa panas. Jack dari jauh membawakan kami jubah tambahan. Beberapa saat, aku sama-sekali tidak bisa merasakan punggungku. Aku tidak bisa merasakan karena saking sakitnya. Sayap lebar Travold juga kembali menutup, dia menyalurkan energinya lagi. Jack berlarian dan mengelus punggungku yang terluka dan mengeluarkan darah dengan beberapa ramuan.

Cukup lama, hingga aku merasa lebih baik. Aku duduk, lalu menatap ke arah belakang, Tamus dan kedua sahabatnya itu terlihat kesulitan melawan para musuh itu.

"Kita harus membantu mereka. Ini sudah saatnya!"

"Apa kau yakin?"

Aku mengangguk, lalu mengeratkan ikatan jubah di punggunggu. Lalu menatap pedang pemberian Travold, aku tersenyum, ini adalah pedang yang diberikan oleh Aragon sebelum lelaki tua itu menghilang karenaku.

"Kau tidak melukai siapapun Kirey, itu sudah lebih daripada cukup. Sekarang, aku penasaran sekuat apa darah demonmu itu!" seru Jack, memberiku tantangan.

Aku mengeringai, "Aku juga penasaran dengan kekuatan baru ku ini, aku harap tidak sampai memenggal lehermu juga nantinya!"

Srak—aku membuka pedang itu, "Kirey, jangan sampai kehilangan kendali. Sekarang kau sudah berada di dalam wujud demonmu, tidak ada kata kembali menjadi wujud penyihir. Tapi kau masih tetap bisa menggunakan kekuatanmu. Jangan sampai...."

Cup—aku membungkam mulut Travol dengan kecupan ringan, sambil terkekeh. Sekarang aku sudah tidak lagi peduli, yang paling penting, aku harus menghabisi mereka semua. "Jangan terluka Travold, aku tidak suka jika mereka sampai melukaimu. Apa kau bisa memegang kata-kataku tadi?"

Travold menghela nafas, lalu mengangguk. Membuatku lekas menghilang dan jleb—pedangku menembus leher musuh yang hampir saja melukai Tamus dari belakang. Tamus terlihat terkejut melihat tampilanku yang baru lagi. "Are you okay?"

Tamus mengangguk "Wow, aku tidak pernah melihat klan demon sebelumnya. Kau adalah yang pertama!"

Srak—darah menjiprat di pedang itu, aku menatap Travold yang baru saja memutus leher sosok yang hampir saja melukai kami. "Thanks, dan jaga dirimu Tamus. Kau harus lebih sigap untuk melawan mereka. Ingat untuk membidik kepala dan leher mereka, itu jauh lebih berguna jika kau hanya menekan dáda mereka saja!"

Melihat Tamus mengangguk, aku lekas melakukan teleportasi lagi dan pedangku kali ini benar-benar menghabisi mereka semua. Srak...prang...brush, suara terjatuh itu menandakan jika pedangku lagi-lagi berhasil menghabisi sosok musuh.

"Kirey!"

Jleb—aku sedikit terkejut ketika melihat sebuah anak panah menembus lenganku, aku menyeringai lalu menatap sosok lain yang mendekat ke arahku. Tanganku terangkat dan mengambil anak panah itu, membuangnya seolah itu bukanlah apa-apa. Aku menatap sosok itu, dan brugh—badannya terpental menabrak pohon. Plup—aku berteleportasi dan srak—lehernya terpotong, membuat darah itu kembali membuat wajahku kotor. Aku tersenyum dan menendang tubuh tidak berdaya itu.

"Itu adalah yang terakhir!"

Suara Travold membuatku berbalik dan menatapnya. Benar, itu memang musuh yang terakhir, sebelum tiba-tiba aku meraskan pusing dan setelahnya gelap, aku tidak mengetahui apa yang terjadi setelahnya. 

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now