44 ~ Lalat Tsetse

74 27 3
                                    

Kamis, 05 Agustus 2021

Usai beristirahat sebentar, kami akhirnya melanjutkan perjalanan lagi. Kakiku sudah lebih baik berkat obat yang di berikan oleh Travold. Hewan besar yang menyerang kami subuh tadi, sepertinya tidak mengejar kami lagi.

Aku menatap peta di tanganku, arah kami seharusnya sudah benar.

Berjam-jam perjalanan tanpa henti, iguanaku tiba-tiba berhenti. Aku menatap lurus ke depan, padang pasir yang gersang tepat ada di hadapan kami. Aku mengerutkan kening, kenapa tiba-tiba ada padang gurun di dunia ini?

Melihat Edward yang turun lebih dulu, membuatku ikutan turun dari iguana dan mendekatinya.

"Apa kita berada di jalan yang tepat, Na?"

Aku mengangguk lalu menyerahkan peta di tanganku pada Ed. Travold ikut turun dan atas iguana.

"Kita sudah berada di jalan yang tepat, arah mata angin musim ini memang datang dari Utara. Kita sudah mengikuti arahnya dengan benar!" Jawab Travold

"Tapi, apa kita akan melewati Padang gurun ini? Tidak ada kehidupan di sini, bagaimana mungkin kita tahu apakah ada ujungnya atau tidak? Bagaimana jika hanya ada padang gurun?" Harry yang baru saja turun mengeluarkan penolakannya.

Aku diam, tidak menanggapi Harry, karena nyatanya aku juga memikirkan hal yang serupa dengannya. Aku juga khawatir apakah padang gurun itu akan ada ujungnya atau tidak sama sekali. Jika kekhawatiran Harry benar, maka ini akan menjadi masalah besar bagi kami. Lain lagi dengan hewan berbahaya gurun, bisa saja di sana ada ular Derik, kalajengking berbisa dan lainnya. Ukurannya juga mungkin berlipat kali lebih besar daripada hewan di gurun bumi.

Gurun penuh dengan hal misterius

"Tapi kita sudah berada di jalan yang tepat, aku percaya pada Kirey. Jadi, kita tetap lanjut!" Edward membuat keputusan. Dia memegang bahuku dan memberiku kepercayaan.

"Apa kau yakin kita akan menuju ke gurun itu, Na?" Harry terlihat masih ragu dengan arah kali ini.

"Aku yakin dengan Kirey, lagi pula sebelumnya kita juga tidak pernah salah jalan. Persediaan kita pasti cukup untuk perjalanan ini, yang terpenting kita saling percaya untuk saat ini!" Logan akhirnya buka suara.

Aku menatap Edward lagi, dia tersenyum padaku dan memberiku kesempatan untuk memutuskan. Travold masih berdiri di belakangku dan menatap ke depan. Baiklah, karena semua sudah setuju. Maka "kita ikuti arah peta, aku yakin padang gurun ini pasti ada ujungnya!"

"Baiklah, semua kembali ke tunggangan masing-masing!" Perintah Edward

Kami kembali ke atas tunggangan masing-masing. Travold kembali berada di depanku, dia langsung memacu iguana kami untuk melesat memasuki Padang gurun. Sejauh mata memandang, hanya ada hamparan pasir kering. Beberapa tulang belulang hewan besar ada di sepanjang perjalanan kami. Anehnya, semua rangka itu terlihat segar dan baru saja mati.

Aku mengerutkan kening, perasaanku tidak enak. Sepertinya aku mendengar bunyi-bunyi bising dari arah depan. Aku sesekali mengelus iguanaku, dia juga terlihat ragu. Tapi aku meyakinkannya untuk tetap berlari. Kami melesat cepat, dan sejauh ini, suara bising tadi tidak ada pergerakan. Apa mungkin itu adalah gema dari tempat yang jauh?

Beberapa jam terus berlari tanpa henti, di depan mulai terlihat ada sekumpulan kaktus yang tumbuh. Aku juga melihat ada beberapa bebatuan besar di sekitar kaktus. Ini sedikit lebih baik, kaktus memang sudah menjadi ciri khas Padang gurun. Aku sempat khawatir karena tidak menemukan tumbuhan ini, biasanya jika tidak ada kaktus. Maka Padang pasir ini memang tidak ada kehidupan dan tidak aja ujungnya.

The Spesial Bride of DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang