54 ~ Sosok Penyerang Di Cafe

74 25 7
                                    

Jangan lupa koment ya, heheh:) 

09 Agustus 2021

Kami masih terus melanjutkan perjalanan, namun awan semakin menghitam dan tidak lama. Aku mulai merasakan adanya rintik-rintik hutan yang mengenai wajahku. Perjalanan kami masih jauh, lagipula tidak ada waktu lagi untuk berteduh. Aku memasang jubahku, baju yang diberikan oleh klan vampire begitu membantu. Baju ini tahan air, memberikan sirkulasi udara agar tetap terjaga. Sayangnya baju Travold sudah rusak, dia hanya mengenakan baju yang diberikan oleh Cara Cinema. Baju itu tidak sebagus baju milik klan Vampire, Travold sudah basah kuyup di terjang hujan.

"Apa kita tidak perlu istirahat Trav? Badanmu sudah sangat basah!"

"Tidak perlu, pegangan yang erat Kirey. Kita harus tetap melanjutkan perjalanan! Kau tidak basah bukan?"

"Tidak, tapi aku hanya khawatir denganmu Trav!"

"Tidak perlu khawatir denganku Kirey!"

Aku menghela nafas, dan membiarkan Travold dengan keputusannya. Kami terus melesat melewati semak belukar. Hewan-hewan yang melihat kami lintas segera menepi, dan menatap kami dari balik semak-semak. Hari sudah mulai gelap, pencahayaan juga mulai minim. Semakin memasuki hutan, penerangan semakin sedikit. Daerah ini tidak seperti klan lainnya, dimana aurora akan turun ketika malam. Namun disini sepertinya sama-sekali tidak ada aurora, kami terhalangi oleh cahaya.

"Kita harus berhenti Trav, di sini begitu gelap, tidak ada penerangan sama-sekali. Hujan juga semakin deras, percuma saja kita melanjutkan perjalanan. Kita bisa tersesat dan malah memperlama kita!" desakku, kali ini aku yang mewakili Harry. Wajah sepupuku itu sejak tadi terlihat sudah kelelahan, dia sepertinya ingin sekali protes. Namun karena kami tidak pernah berhenti, jadilah wajahnya ditekuk sepanjang perjalanan.

"Tidak Kirey, begini saja. Aku rasa kau bisa menggunakan kekuatan dari cincin atau kalung itu, buat mereka bercahaya atau lakukanlah hal yang sama seperti kita istirahat tadi. Tanganmu bisa mengeluarkan cahaya ketika kau menyentuh tanah, apa kau tidak bisa melakukan hal yang sama? Kita harus lanjut terus, agar kita tidak memakan banyak waktu!"

Aku menghela nafas kesal, hujan semakin deras mengguyur kami. Sebenarnya aku tidak basah, hanya saja aku kasihan melihat badan Travold yang mulai menggigil. Aku menatap cincinku, aku memikirkan sebuah cahaya. Namun tidak ada yang keluar, cincin ini tetap seperti biasa.

"Cincin ini tidak bekerja sesuai kemauanku, Trav. Aku juga tidak tahu kenapa tadi tanganku bisa mengeluarkan cahaya!"

"Apa kau sudah mencoba dengan kalungmu itu Kirey? Coba dulu, aku yakin kau pasti bisa!"

Aku kembali menghela nafas, lalu menyentuh kalungku. Belum sempat aku memikirkan cahaya, kalung ini sudah lebih dulu mengeluarkan cahaya. Aku bahkan sampai terkejut, Travold kelihatan senang. Kami sudah berpindah tempat, aku duduk di depan untuk memberikan penerangan pada iguanaku. Edward di belakang kami terus memantau Harry yang tertinggal cukup jauh.

Kami terus berlari, melanjutkan perjalanan kami tanpa henti. Perjalanan kami cukup lancar berkat cahaya dari kalungku, hujan juga sudah mulai mereda. Aku menatap Travold, dia benar-benar sudah basah kuyup. Perhatianku tertuju pada tangan Travold, jika tidak salah, sekilas tadi aku melihat ada seperti sebuah ukiran di sana.

Aku kembali menatap lurus ke depan, memacu iguanaku sesuai dengan alur yang diberikan oleh Travold. Aku menatap pohon-pohon besar di depan kami, semak-semak yang tadi menghalangi jalan juga mulai tidak ada lagi. Cahaya aurora mulai terlihat dari atas, semakin membantu kami mempercepat perjalanan. Sesekali aku menatap ke arah Ed dan juga Logan, mereka mulai tertinggal cukup jauh, membuatku harus memperlambat laju lari iguanaku. Sementara Harry sudah mengikat dirinya pada jaguarnya, dia terlihat tidak lagi bisa menahan kantuknya sendiri.

"Apa kita tidak berhenti dulu? Harry sudah tidak tahan!"

Edward berteriak dari atas jagurnya, aku menatapnya lalu menatap Travold. Meminta persetujuan darinya. Travold menatap ke atas, melihat arah bintang lalu menghela nafas ketika melihat Harry yang masih tertinggal jauh.

"Baiklah, kita istirahat dulu malam ini!"

Aku mengangguk, lalu kami mencari tempat yang tepat untuk beristirahat. Tidak banyak tempat yang masih kering karena hujan, namun akhirnya kami menemukan sebuah pohon besar. Ukurannya jauh lebih besar dari pohon sebelumnya. Aku menghentikan iguanaku di depan pohon itu, lalu segera turun. "Terima kasih, jika kau lelah. Kau bisa kembali!" seruku, menyatukan keningku dengan iguanaku.

Sosok besar di hadapanku mengangguk, lalu dia langsung berubah menjadi cahaya dan masuk ke dalam kalungku. Itu lebih aman baginya untuk tempat istirahat.

"Apa kita akan istirahat?"

Harry yang baru saja tiba menatap kami dengan wajahnya yang terlihat kelelahan, aku mengangguk dan membantu Harry untuk turun dari atas jaguarnya. "Ini adalah waktu yang paling aku tunggu-tunggu! Tapi, apa kita tidak sekalian makan? Aku sudah lapar lagi!"

Aku terkekeh, Harry selalu saja tidak pernah lupa dari makanan dan tidur. Dua hal yang dulu juga menjadi hobiku, namun aku bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru ketika sudah berada di sini. Aku lekas duduk dan merenggangkan badanku yang cukup pegal, sudah berbulan-bulan aku tidak pernah tidur dengan baik lagi.

Harry duduk di sebelahku, sambil memakan daging yang baru saja di bakar oleh Edward. Dia kelihatan tidak makan selama berbulan-bulan, padahal baru saja tadi—ketika kami istirahat—dia makan sangat banyak. Aku menerima daging pemberian Edward, menyantapnya dengan cepat. Travold masih berdiri dan menatap ke sekitar, dia terlihat lebih was-was belakangan ini.

"Duduklah Trav, kau juga harus makan!" seru Logan

"Tunggu, aku merasakan ada pergerakan lain di sekitar sini. Kirey, cepat keluarkan iguana itu dan kemarilah sebentar. Kau butuh bantuanmu!"

Aku lekas memberikan daging di tanganku pada Harry, lalu bergegas mengeluarkan iguanaku. Iguanaku terlihat was-was, aku segera berjalan ke arah Travold. "Ada apa?"

"Aku butuh bantuanmu, dengarkanlah alam berbicara padamu dan lihat pergerakan di sekitar. Aku yakin kita tidak dalam keadan baik-baik saja!"

Aku mengangguk, meletakkan tanganku di atas tanah. Mendengarkan suara alam, tidak ada, aku hanya mendengar suara hewan malam yang berkeliaran di hutan. Itupun, aura mereka semakin menjauh, aku yakin karena sadar kami sedang berada di sekitar mereka. Ketika aku hendak membuka mataku, sesuatu menarik perhatianku, aura ini. Aku lekas berdiri dengan nafas memburu, Travold benar. Aura ini adalah aura yang aku rasakan ketika kami beristirahat di tepi danau.

"Mereka adalah sosok yang menyerangku di café, Trav. Apa yang harus kita lakukan?"

"Sial, cepat naik ke atas iguana. Kita harus kabur secepat mungkin, cepat, Harry! Jangan pikirkan makanan itu lagi!" terik Travold

Harry yang sedang sibuk makan sembari membakar daging menatap kami, jagurnya sudah mendekati Harry. Dia lekas naik ke atas jaguarnya, tapi tetap membawa daging bakar itu. Travold lekas memacu iguana kami menuju arah Utara. Kami terus berlari dengan cepat.

"Edward!" teriakku panik melihat tubuh Edward yang terkena serangan. Dia terjatuh membentur pohon, jaguarnya juga kehilangan keseimbangan, membuat hewan lincah itu menabrak pohon dan terjatuh ke jurang.

Lalu tatapanku tertuju pada Harry, dia masih saja sempat untuk mengunyah daging itu.  

The Spesial Bride of DragonWhere stories live. Discover now