99 ~ Kehancuran

52 14 0
                                    

Travold POV

Tes...tes...tes...hujan turun dan menetes, membasahi semua lapangan bercampur darah dan máyat yang tergeletak di mana-mana.

Rasa dingin itu menjalar ke wajahku, merasakan badanku yang semakin basah. Mataku mulai terbuka dengan perlahan seiring dengan air hujan yang benar-benar membasahi wajah dan juga tubuhku. Pedih, aku bisa merasakan rasa perih yang menjalar di setiap inci tubuhku. Tanganku yang lemah berusaha untuk bangkit.

Aku menatap ke depan, semuanya tergeletak di bawah guyuran hujan. Aku mengambil jubah, untuk menutupi tubuhku yang telanjang. Semuanya hàncur, aku kehilangan kesadaran setelah melihat bayangan itu mengháncurkan semuanya. Aku menghela nafas, lalu aku melangkah dengan kaki yang bergetar. Aku tidak siap dengan kenyataan ini. Tanganku turun dan menggoyangkan tubuh Edward yang sudah kaku. Tapi, begitu melihat wajahnya, ternyata itu bukan Edward. Seingatku, pedang bayangan itu menembus perut Edward. Apa yang terjadi padanya?

Aku kembali berdiri dan menatap semua yang ada di depanku. Kirey! Aku menahan nafasku. Bayangan itu pasti membawanya, sebelum kehilangan kesadaran. Aku masih sempat untuk menangkap pergerakan dari bayangan dan juga pasukannya. Mereka membawa Kirey dari sini.

"Trav...."

Perhatianku tertuju ke bawah, lalu menatap bahwa suara itu berasal dari tubuh Harry. "Harry...." Seruku dan lekas membantu lelaki itu. Sekujur badannya benar-benar tidak terselamatkan. Tanganku menyentuh kening Harry, memberikan sedikit sisa energiku yang tersisa padanya. Cahaya biru keluar dari tanganku.

"Terima kasih!"

Aku mengangguk lalu melepaskan Harry yang sudah bisa berdiri, meskipun aku sadar bahwa badannya sepertinya masih amat lemah. Aku menatap semua klan yang sudah terkapar di bawah guyuran hujan.

"Semuanya háncur!"

"Apa kau melihat, Kirey?"

Kepalaku menggeleng, pertanyaan yang memang ingin aku tanyakan padanya juga. Kenapa bisa Kirey tidak sempat terselamatkan oleh Luna Anna dan Zura? Aku berjalan menuju arah tebing, tubuh Zavier ada di sana. Namun sayangnya, darah dari dàdanya membuatku sadar bahwa dia sudah kehilangan nyawanya. Jantung Zavier sudah menghilang.

"Trav!"

Mendengar teriakan Harry, aku lekas berbalik dan berjalan mendekat menatap tubuh Jack yang dibanjiri oleh darah. Perhatianku tertuju pada mata Jack yang menatap ke arah tangannya, membuatku ikutan menatapnya. Tangan Jack sudah tidak ada lagi, tangan itu terpisah dari dalam tubuhnya. Aku menahan nafas, lalu segera membantu Jack untuk berdiri. Begitu tubuh Jack berdiri, dia lekas jatuh terduduk di depan tubuh Jaelah yang sama-sekali tidak membuka matanya.

"Jae, bangun...jangan lakukan ini padaku!" isak Jack, mengguncang tubuh Jaelah yang hampir menghilang di bawah kabut yang menyelimuti dirinya. Melihat itu, aku kembali teringat dengan tubuh Aragon. "Jae...."

Teriakan Jack memenuhi lapangan itu, tubuh itu perlahan menghilang dan benar-benar menghilang. Aku menatap Jack yang memukul tanah, tempat tubuh Jae menghilang. Aku menahan nafas, tatapan Jack benar-benar berubah. Dia menatapku dengan tatapan marah, hal itu sontak membuatku sedikit was-was. Namun aku merasa legah ketika dia tidak berkata apa-apa.

"Jack!" seru Harry yang mendekat

"Tolong beri aku waktu Harry, jika tidak, mungkin aku tidak akan bisa menahan rasa marahku! Aku mohon padamu!" seruku Jack, membuatku ikut menahan rasa simpatiku dan membantu beberapa klan yang masih selamat.

Aku berjalan ke tebing, membantu Luna Anna dan juga Zura yang ternyata masih selamat. Namun tubuh mereka sudah dipenuhi dengan berbagai macam luka. Pertanyaan yang tadi hendak aku tanyakan urung aku tanyakan, karena melihat Luna Anna yang berlari menuruni tebing. Dari atas, aku melihat Luna Anna yang berteriak histeris melihat hewan serigala besar itu berubah menjadi manusia dengan tubuh yang telanjang. Aku menatap raungan histeris Luna Anna saat tidak melihat pergerakan dari hewan besar itu. Rasanya benar-benar tidak bisa aku jelaskan, beberapa dari klan sadarkan diri. Semuanya penuh dengan teriakan histeris. Aku memalingkan wajahku, lalu berjalan menjauh. Aku tidak siap dengan semua ini.

Lofoten yang indah benar-benar hàncur, hutan rindang yang dulu menjadi tempat latihan klan elf itu sudah benar-benar háncur. Namun meski begitu, masih ada beberapa tempat yang bisa selamat. Aku memperhatikan luka yang terasa sakit, baju yang aku kenakan dinodai oleh warna merah. Melihat hal itu, membuatku sadar jika luka tusukan di perutku kembali menganga. Rasa sakitnya kembali membuatku menekan luka itu. Aku hendak duduk, namun sebuah tangan lebih dulu menahanku. Aku menatap Zura, dia sudah lebih dulu mengambil alih lukaku.

Dia mendudukkanku di atas batu, lalu mengambil beberapa tumbuhan dan menumbuknya dan mengolesnya di atas tubuhku. Setelah itu, Zura mengambil jubah dari sakunya, jubah itu kecil dan memanjang. Dia mengikat lukaku dengan ramuan itu lalu duduk di sebelahku. Hening, tidak ada yang mengeluarkan suara sama-sekali.

Aku merasa lebih baik, dan kembali menatap Lofoten yang sudah háncur.

"Aku baru sadar jika kamu memiliki sayap!"

Zura membuka suara lebih dulu, aku menatapnya dan kembali menatap ke arah lofoten. "Tidak ada gunanya semua yang aku miliki, jika sama-sekali tidak bisa berguna. Aku tidak seperti yang tertulis pada legenda, semua yang telah kita alami membuktikan hal itu. Bayangan itu tetap saja lebih kuat daripada kami bayangkan. Dan sekarang, mereka juga sudah benar-benar membawa Kirey, aku juga kehilangan tubuh Edward. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan Zura, aku benar-benar bingung. Apa yang terjadi kedepannya, aku hanya ingin sebuah kedamaian dan kehidupan seperti sebelumnya. Aku tidak ingin hal ini semua terjadi!"

"Tapi ini sudah terjadi, Nak!"

Mendengar suara dari belakang, aku dan Zura lekas berbalik. Aku menatap Luna Anna yang tetap memberikan senyuman menenangkan itu. Lalu ikut bergabung duduk di sebelah Zura. Tapi meskipun Luna Anna memberikan senyumannya, aku tetap bisa menyadari bahwa Luna Anna sedang bersedih.

"Lebopy sudah tidak ada, tubuhnya sudah tidak bernyawa lagi. Dan hal itu membuatku ingin sekali melakukan hal yang sama pada bayangan itu!"

"Aku turut berduka Luna, maafkan aku yang tidak bisa mencegah hal ini! Aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini, kita selalu berada di dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Semuanya selalu membuatku merasa tidak bisa mampu untuk melanjutkan perjalan ini lagi. Mungkin, aku akan menghilang dulu!"seruku dengan rasa putus asa. Aku benar-benar tidak lagi memiliki pengharapan. Sekalipun itu Kirey, cincin Kirey yang sebelumnya dia berikan padaku sudah tidak lagi memberikan cahaya. Kalung itu sudah redup dan membuatku yakin bahwa Kirey juga tidak ada. Hal yang pasti, aku tidak sanggup untuk kenyataan itu.

"Jika kau memilih untuk menyerang sekarang, maka lihatlah wajah-wajah yang berada di belakangmu itu, Travold!"

Aku berbalik, lalu menatap klan yang selamat berjalan mendekat. Aku juga menatap Jack yang ikut berada di dalam kumpulan itu. Jaballah juga masih selamat dan ikut di sana. Mereka semua menatapku, sepertinya menunggu keputusan apa yang harus aku berikan pada mereka. Tapi, aku tidak ingin jika harus ada korban lagi karena hal ini. Mungkin, aku akan menghilang dan mencari keberadaan Kirey seorang diri. Aku tidak ingin mengorbankan siapapun lagi. Wajah mereka terlihat memilukan, dan hal itu adalah kelemahan untukku, mungkin, aku harus melakukan hal ini seorang diri. 

The Spesial Bride of Dragonजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें